KARANGANYAR, bisniswisata.co.id: Tak semua komunitas itu berorientasi hura-hura, malah ada yang beraktifitas sangat positif bagi lingkungannya, masyarakat bahkan dunia pariwisata. Buktinya dilakukan Komunitas Anak Kali Pring Kuning, di Dusun Sayuran, Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah (Jateng).
Komunitas ini melihat peluang wilayahnya dapat dijadikan destinasi wisata. Memang di Kecamatan Ngargoyoso, ada banyak objek wisata terkenal seperti Candi Sukuh dan berbagai spot foto menarik di kawasan Kebun Teh Kemuning.
Nah banyaknya wisatawan yang menikmati obyek wisata itu, membuat Komunitas Anak Kalipringkuning berpikir dua kali lipat agar sungai yang ada bisa dijadikan obyek wisata sekaligus menambah lama tinggal wisatawan di wilayah ini dan mendapat tambahan obyek wisata baru yakni destinasi wisata river tubing.
Selama ini Kalipringkuning hampir selalu ramai oleh wisatawan yang ingin merasakan keseruan river tubing nan mendebarkan setiap hari libur. Namun sekitar empat tahun yang lalu, Kali Pring Kuning ternyata hanyalah sungai kotor.
River tubing Kalipringkuning pun tidak muncul begitu saja. Satu hal yang unik adalah, destinasi ini ternyata berawal dari kegiatan bersih-bersih sungai. Kegiatan itu merupakan bentuk keprihatinan karang taruna Dusun Sayuran atas kondisi sungai yang kotor.
“Sekitar empat tahun yang lalu, karang taruna dusun kami sebenarnya tidak langsung membuat wahana itu (river tubing), tetapi karena peduli dengan lingkungan sungai. Jadi mengadakan kegiatan bersih sungai dan menjaga habitat sungai,” papar Ketua Komunitas Anak Kali Pring Kuning (pengelola yang beranggotakan 20 orang), Budi Harnanto seperti dikutip Kompas.com, Kamis (28/02/2019).
Dilanjutkan, kondisi sungai sebelum dibuat untuk river tubing kotor sekali dan menjadi tempat sampah. Setelah sungai bersih, muncullah ide untuk membuat destinasi wisata river tubing. Hal itu dilatarbelakangi banyaknya destinasi wisata yang bermunculan di Kecamatan Ngargoyoso pada saat itu. Selain tubing, ada wisata selfie dan yang utama adalah agrowisata Kebun Teh Kemuning.
“Setelah kami bersih-bersih sungai, kok kenapa tidak dijadikan wahana wisata untuk menambah pemasukan dan pemanfaatan sungai itu?,” lanjut pria yang disapa Pak Bho itu.
Sementara Kali Pring Kuning berarti sungai bambu kuning. Pak Bho menjelaskan kalau sumber mata air sungai berada di sekitar bambu kuning. Hal inilah yang menjadi asal muasal penamaan Kalipringkuning.
Pak Bho juga menceritakan tentang awal mula pengadaan perlengkapan standar di Kali Pring Kuning. Pengadaan berbagai peralatan, mulai dari ban, helm, pelampung, dan pelindung lutut. Semua dilakukan secara patungan.
“Memang awalnya kami patungan, jadi semua kami biayai sendiri. Tidak ada sama sekali semacam investor atau yang memberi dana. Kami 20 orang patungan, mulai pembuatan jalur sampai pengadaan perlengkapan,” ujar dia.
Penataan jalur sungai Kali Pring Kuning dilakukan selama sekitar satu tahun agar cocok untuk river tubing. Penataan itu tidak merusak keasrian sungai karena batu-batu yang dianggap menghalangi jalur hanya digeser saja, tidak diambil atau dijual.
“Sebelum membuka wahana itu, kami ikut pelatihan. Kebetulan ada teman dari Klaten bernama Mas Reza yang memberi berbagai pelatihan tentang river tubing seperti water rescue. Jadi kita ada pelatihannya,” kata Pak Bho.
Selain itu, river tubing Kali Pring Kuning juga sudah menerapkan standar SOP. Selain ada pemetaan sungai, pengelola juga telah mengikuti bebagai seminar atau workshop tentang kepedulian lingkungan yang diadakan berbagai pihak.
Kini keuntungan dari river tubing menjadi pemasukan desa. Selain itu, river tubing Kali Pring Kuning juga mampu memberdayakan karang taruna sebagai pengelolanya yang tergabung dalam Komunitas Anak Kali Pring Kuning. (NDY)