JAKARTA, bisniswisata.co.id: Permintaan makanan Halal meningkat di Indonesia karena masyarakat cenderung menerapkan makanan sehat sesuai ajaran agama di tengah pandemi COVID-19, ungkap satu laporan.
Inventure Knowledge, perusahaan konsultan dan riset lokal mengungkapkan bahwa keprihatinan atas risiko COVID-19 telah memberikan kontribusi pada peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengkonsumsi makanan halal dan higienis seperti dikutip dari Jakarta Post
Virus Sars dan COVID-19 diyakini berasal dari pasar basah Wuhan , China. Sejak menjadi pandemi negara ktu melarang perdagangan satwa liar untuk dikonsumsi. “Konsumen menjadi semakin sadar bahwa makanan non-halal dan makanan yang tidak diolah secara higienis memiliki potensi besar untuk menimbulkan penyakit seperti yang kita lihat hari ini,” ungkap laporan synonymizing halal dengan makanan sehat dan higienis.
Laporan ini mendukung temuan oleh McKinsey & Company, yang menunjukkan perubahan perilaku konsumen yang lebih memilih makanan sehat dari sumber lokal berdasarkan laporan April 2020 mengenai tinjauan makanan ritel di Asia setelah merebaknya COVID-19
Namun sebelum makanan halal mendapatkan popularitas karena meningkatnya keprihatinan kebersihan, laporan tentang ekonomi halal global dan domestik menunjukkan bahwa industri ini telah berkembang selama bertahun-tahun.
Sedikitnya 1,8 milyar konsumen Muslim di dunia menghabiskan sekitar US $2,2 triliun pada 2018 di sektor yang berbeda-beda dari ekonomi halal yang menunjukkan adanya pertumbuhan 5,2 persen dari tahun ke tahun.
Secara keseluruhan ekonomi halal diproyeksikan akan bernilai US $3,2 milyar pada 2024, berdasarkan laporan 2019 perekonperan Islam global yang dihasilkan oleh DinarStandard, sebuah perusahaan konsultan dan riset.
Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center, Sapta Nirwandar dalam sebuah webinar pada 24 April lalu mengungkapkan bahwa konsumen Muslim Indonesia menghabiskan sekitar $218,8 miliar di seluruh sektor inti dari ekonomi halal di 2017 dan bahwa angka tersebut diperkirakan naik menjadi US$330, 5 miliar pada tahun 2025.
Sektor makanan dan minuman akan melihat pertumbuhan terbesar dalam nilai sebagai pengeluaran di sektor ini dan diperkirakan mencapai US $247,8 miliar pada tahun itu atau naik dari US $170,2 milyar dibandingkan tahun 2017. “Ini adalah proyeksi pra-COVID-19,” kata Sapta mengklarifikasi.
Perekonomian dari bisnis halal secara keseluruhan akan terkena dampak karena penurunan daya beli. Namun, ia mengatakan bahwa sektor makanan halal di antara mereka yang paling tidak terpengaruh oleh krisis kesehatan, bersama dengan sektor media halal farmasi dan halal.
Di sisi lain, perjalanan halal, kosmetik halal, dan busana sederhana akan sangat terpengaruh, katanya, karena orang memotong pengeluaran yang tidak penting. Tren ini tidak hanya terlihat di Indonesia, karena negara lain juga telah mencatat lonjakan permintaan untuk makanan halal.
Komite pemantau halal Inggris (HMC), badan sertifikasi halal, melaporkan peningkatan permintaan daging Halal yang signifikan akibat wabah tersebut. Dengan wabah COVID-19 baru-baru ini, permintaan daging Halal meningkat.
Soalnya pelanggan yang biasanya beli rata-rata misalnya, 1 kg setiap minggu, mereka lalu meminta hingga 10 kali lebih banyak dalam kunjungan yang sama, sehingga sempat menimbulkan ketegangan di pasar untuk memenuhi meningkatnya permintaan, ungkap HMC dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada 31 Maret lalu.
Meskipun Indonesia memiliki perkembangan ekonomi halal yang stabil dan tahun 2019 menduduki lima besar ekonomi halal dunia menurut indikator ekonomi Islam Global, tapi RI belum mendapat keuntungan dari posisinya itu.
Seperti yang dilaporkan oleh Dinarstandard, peringkat Indonesia yang pertama adalah pengeluaran untuk makanan halal yang jumlahnya sebesar US $ 173 miliar pada tahun 2018, secara signifikan pengeluarannya melebihi Turki yang hanya mencapai US $ 135 miliar pada tahun yang sama.
Namun, Indonesia tidak menduduki ranking satu diantara lima negara teratas untuk besarnya ekspor diantara negara anggota Organization of Islamic Cooperation yaitu Brazil, Australia, Sudan, Turki.
Laporan ini juga menunjukkan bahwa bumbu halal, daging halal, tekhnologi makanan halal, makanan berbasis daging serta makanan ringan adalah produk-produk yang prospek pertumbuhannya besar di tahun 2020 dan menekankan ada peluang bisnis ke ranah makanan halal.
Dengan wabah pandemi global saat ini, orang-orang ingin meningkatkan kekebalan tubuh mereka melalui makan yang sehat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan pernyataan bahwa mengkonsumsi makanan sehat lebih baik daripada mengkonsumsi alkohol karena melemahkan sistem kekebalan.
“Ini mencerminkan thoyiban berdasarkan prinsip Islam dan hal ini Ini secara tidak langsung mempromosikan makanan halal food,” kata Sapta