KUALA LUMPUR, bisniswisata.co.id: Sitem Keuangan Islam ( syariah) tumbuh di China setelah pandemi COVID-19 berakhir. Tahun ini pertumbuhan PDB Cina habya 2,5%, terendah selama 44 tahun terakhir di negara yang perekonomiannya terbesar nomor dua di dunia.
China juga dikenal sebagai hub dunia manufaktur utama di dunia sehingga rendahnya pertunbuhan ekonomi ini membuat para pembuat kebijakan di negara tirai bambu itu berencana untuk rebound di berbagai sektor ekonomi setelah pandemi.
Salah satu sektor yang sibuk dengan kegiatan adalah sistem keuangan Islam yang telah tumbuh dalam kepentingan di China sejak negara ini memulai multi-dekade Mega-investasi dan pengembangan program dari New Silk Road. Hal ini secara resmi dikenal sebagai Belt and Road Initiative (BRI)
Fakta bahwa China mulai mengejar proyek BRI di Asia Tengah dan Barat yang berurusan dengan banyak negara mayoritas Muslim. 27 dari 65 negara yang telah bergabung dengan BRI adalah negara mayoritas Muslim.
Hal ini diharapkan dapat memacu pertumbuhan sektor keuangan syariah di Timur Tengah dan Afrika setelah pandemi COVID-19 berakhir.
“Beberapa proyek Belt and Road Initiative ( BRI) akan melalui sistem keuangan Islam karena itu kemungkinan besar akan dibiayai sesuai kerentuan syariah” kata Mohamed Damak, Global Gead of Islamic Finance di S&P Global Ratings yang menyatakan analisanya soal ambisi China itu seperti dikutip dari halaltimes.com
BRI, yang diluncurkan oleh Presiden Cina Xi Jinping pada 2013, adalah salah satu proyek infrastruktur dan investasi terbesar dalam sejarah keuangan melibatkan sekitar 70 negara, serta 65% dari populasi dunia dan 40% dari PDB global.
Pemerintah China mengatakan siap untuk menghabiskan hampir $150 triliun dalam setahun bersama-sama dengan negara yang telah bergabung dalam program inisiatif BRI itu.
Melakukan ekspansi di Asia Tengah dan Barat serta akhirnya ke Timur Tengah, BRI memimpin melalui banyak kegiatan ekonomi dan yurisdiksi Islam yang memiliki basis besar konsumen Muslim.
Hal ini jelas menguntungkan bagi sektor ekonomi Islam, yaitu keuangan Islam, dan perdagangan halal, untuk bergabung dan berkontribusi pada BRI. Apalagi di dalamnya sudah ada sejumlah lembaga keuangan Islam, dimulai dengan Islamic Development Bank yang bekerjasama dengan China Asian Infrastructure Investment Bank.
Bank ini yang mendominasi pembiayaan infrastruktur berbasis syariah untuk BRI. Ada juga The Industrial and Commercial Bank of China ( ICBC) yang terbuka dengan sistem syariah untuk pembiayaan BRI.
Sementara Qatar National Bank dan Qatar International Islamic Bank bermitra perusahaan sekuritas berbasis di Chongqing untuk menyerap pasar modal dari negara Gulf Cooperation Council (GCC) untuk investasi BRI yang sesuai dengan Syariah.
Pemain utama lainnya, konglomerat industri China Hainan Group, telah mengeluarkan pinjaman Islami mulai dari 2015. Ini menjadi perusahaan pertama di daratan China untuk mendapatkan pembiayaan melalui keuangan Syariah, dengan fokus awal pada pendanaan untuk segmen Maritim BRI.
Dengan demikian keuangan Islam telah menjadi elemen penting untuk implementasi dari BRI, dan perbankan Islam terutama dari Asia Tengah dan Asia Tengah telah melakukan investasi tidak hanya di BRI, tetapi juga di China secara langsung setelah negara ini mulai mengubah aturan Islam di negara sendiri.
Hal ini merupakan langkah besar setelah kepentingan keuangan Islam di China tumbuh paska krisis keuangan 2008, yang memicu perdebatan di China atas kemenanganan sistem keuangan Islam, baik secara privat atau institusional.
Sementara sebagian besar aktivitas Islam China saat ini terfokus pada investasi proyek di luar negeri, ada juga perkembangan sektor dalam negeri sendiri, meskipun perkembangannya lebih lambat.
Tahun lalu, sebuah perusahaan properti yaitu China Country Garden mengumumkan rencana untuk mengeluarkan medium Sukuk melalui anak perusahaan di Malaysia. Diharapkan bahwa Shanghai akan menjadi salah satu pusat keuangan terbesar di dunia.