Kawasan belanja La Valle Village di kota Mode Paris sebelum diberlakukan social distancing akibat pandemi global COVID-19. ( Foto: Hilda Ansariah Sabri)
JAKARTA, bisniswisata.co.id: Viral warga berbelanja di berbagai daerah di tanah air dan melanggar pembatasan sosial berskala besar (PSBB) terjadi jelang Lebaran. Keadaan seperti ini tentu tidak bisa disamakan dengan keadaan biasa mengingat lebaran pada tahun 2020 ini sedang mengalami masa pandemi global COVID-19
Meski masyarakat dibatasi aktivitasnya serta diimbau mengurangi kegiatan di luar rumah, namun Lebaran jadi tradisi yang sudah melekat di masyarakat dari generasi ke generasi.
Silaturahmi dengan mudik, berbelanja sandang baru, dan menyiapkan aneka hidangan khas jika tidak dilakukan rupanya membuat masyarakat akan merasa kehilangan makna atau esensi dari Hari Raya Idul Fitri.
Berbelanja di mall hingga pasar tumpah bukan saja menyebabkan kerumunan yang membahayakan tertular virus tapi juga dianggap netizen ‘menyakiti hati’ masyarakat yang akibat pandemi banyak kehilangan penghasilan bahkan susah makan.
Lain di Indonesia, lain pula di dunia. Saat pandemi global masih terus berlangsung seperti saat ini, lima panduan berbelanja sudah dikeluarkan organisasi dunia World Travel & Tourism Council ( WTTC) agar masyarakat lebih bijak dalam mengambil keputusan dan para pengelola tempat perbelanjaan juga melakukan prosedur kesehatan.
Maklum wisata belanja jadi andalan berbagai negara dunia. Biasanya ada tempat khusus belanja yang dibuat seperti ‘perkampungan’ atau village khusus untuk berburu produk garment branded dari seluruh dunia.
Bandung, misalnya, dari dulu terkenal dengan kawasan outlet factory belanja karena menyuguhkan kualitas bahan dengan harga bersahabat. Disamping juga menjadi tujuan wisata kuliner terutama bagi kalangan milenial.
Nah di Paris misalnya selain dikenal sebagai pusat mode dunia juga menjadi surga belanja khususnya untuk pecinta barang branded. Butik high brand bisa ditemukan dengan mudah di sini.
Salah satu factory outlet yang cukup populer adalah La Valle Village yang berada di 3 Cous de la Garonne, 77700 Serris, Prancis. Di kawasan belanja itu, semua barang mendapat diskon mulai dari 10% sampai 50%.
Lokasinya sejalur menuju Disneyland Paris. Jadi tidak heran seperti bola dunia yang dihuni beragam etnis manusia maka wisatawan mancanegara dari lima benua bisa kita jumpai di La Valle Village terutama dari kawasan Timur Tengah yang suka memborong hampir semua isi toko.
Soalnya meski dengan budget terbatas namun tetap ingin berbelanja barang branded masih bisa dilakukan di kawasan khusus factory outlet ini. Barang branded yang dijual di La Valle Village juga berharga miring. Memang bukan produk keluaran baru, melainkan dari musim yang sudah lewat dan yang ditawarkan di sini tetap dalam keadaan baik.
Nah WTTC memberikan panduan untuk tempat semacam outlet factory itu. Paling tidak ada lima langkah utama yang perlu diterapkan jika virus Corona, sang aktor utama pandemi global saat ini sudah tidak ‘traveling’ lagi ke seluruh dunia. Berikut diantaranya adalah :
1.Mulai operasional
Ketika aktivitas belanja kembali mulai para tenant harus memastikan mereka memiliki:
* Protokol operasional yang memastikan keselarasan dengan pedoman pemerintah daerah dan otoritas kesehatan.
- Karyawan menangani operasional toko secara bertanggung jawab
- Latih kembali tim mereka, sebelum buka kembali pada praktik baru ( New Normal) yang harus mematuhi jarak sosial, termal pemindaian, dan persyaratan masker wajah untuk semua staf yang menghadapi tamu.
- Cek ulang tata ruang kerja untuk menerapkan jarak sosial termasuk penutupan sementara fasilitas kantor dan area terbuka untuk menghindari kerumunan.
- Jika memungkinkan, beri ventilasi kantor melalui jendela terbuka untuk udara segar masuk dan memastikan sistem pendingin mensirkulasi udara dengan kualitas baik.
- Menciptakan protokol untuk para tenant seperti mentaati jam operasional, jam pengiriman barang, pengemasan, pembuangan sampah, pemindahan barang ke lantai toko, penyimpanan produk, persyaratan jarak sosial, kamar pas, pembersihan ruangan dan sanitasi. Merubah tanda terima digital, bukan kertas.
- Memberikan pelatihan pra-pembukaan untuk karyawan ( staf) tentang keterampilan menjual dalam realitas baru yaitu jaga jarak sosial.
- Mengembangkan protokol untuk outlet F&B (restoran, kafe termasuk gerobak makanan keliling) mengontrol rantai pasokan, penanganan makanan dan persiapan, menjaga jarak tempat duduk, peningkatan kebersihan, manajemen antrian dan digitalisasi menu.
- Mengimplementasikan protokol back of house untuk menjaga jarak sosial, meningkatkan frekuensi pengelolaan limbah, dan kembali
membersihkan toko/ outlet secara mendalam dan menyediakan ruangan bagi semua mitra untuk menjalani pemindaian termal.
- Menyelaraskan protokol baru dengan semua mitra dan pemasok pihak ketiga.
- Berhubungan dengan mitra perjalanan dan transportasi setempat untuk mempromosikan kebutuhan ruang yang memadai untuk menghindari kerumunan mengingat pengunjung kebanyakan para turis.
- Memastikan pengalaman belanja yang aman dan bertanggung jawab
*Kegiatan belanja harus memberikan pengalaman yang aman dan terjamin bagi karyawan maupun pengunjung
sehingga sanitasi menjadi perhatian utama. Staf kebersihan meningkatkan kebersihan yang berkaitan dengan kamar kecil, ruang fasilitas ganti bayi, ruang menyusui dsn lainnya.
- Dalam lingkup sanitasi dan kebersihan, sediakan 70% alkohol untuk dispenser pembersih tangan di kamar mandi, dekat pintu masuk dan pintu keluar secara berkala.
- Memperkenalkan prosedur pemindaian termal, jarak sosial, serta manajemen antrian:
o Pantau bahwa masker wajah dikenakan di dalam gedung, jika diminta oleh peraturan pemerintah setempat.
o Pasang penanda jarak sosial visual di lantai untuk membantu pengunjung mematuhi protokol
o Memantau dengan cermat jumlah tamu dalam ruangan untuk memastikan bahwa jarak aman dapat diamati dengan nyaman
o Mengelola jumlah tamu dalam satu butik, restoran, atau area tertentu dan menerapkan antrian yang mendukung persyaratan jarak sosial
o Optimalkan parkir mobil untuk mencegah kepadatan
o Pertimbangkan untuk menyediakan sarung tangan sekali pakai untuk para tamu yang menggunakan titik pengisian charger listrik untuk HP misalnya dan sanitasi secara teratur
o Meminimalkan kontak sentuh dengan mendigitalkan layanan tamu seperti peta digital, manajemen antrian digital, e-menu, belanja virtual pribadi, virtual shopping, menyediakan WIFI gratis untuk mendorong penggunaan layanan digital.
3. Membangun kepercayaan
- Membuat kode perilaku tamu/ pengunjung seperti pakai masker wajah, panduan tentang kebersihan tangan, prosedur jaga jarak.
- Menerbitkan panduan yang jelas dan pengiriman pesan yang konsisten pada protokol baru melalui saluran situs web, aplikasi, media sosial, email langsung dan juga melalui saluran para mitra sehingga sudah siap sebelum berkunjung
- Melatih karyawan untuk menjawab pertanyaan tamu terkait dengan protokol baru dan merespons dengan benar dan bertanggung jawab.
- Menyediakan komunikasi yang konsisten kepada pemasok, mitra, dan klien pihak ketiga.
- Menyediakan pesan konsisten yang jelas ke media.
- Bekerja dengan mitra sektor publik, seperti pemerintah daerah dan otoritas pariwisata, untuk menjelaskan protokol baru.
- Inovasi terintegrasi
- Mempercepat pemulihan operasional melalui integrasi teknologi untuk menyediakan layanan digital.
- Menerapkan kebijakan
Wisata belanja dan ritel jadi aktivitas yang disukai wisatawan karena itu pemerintah agar meningkatkan promosi wisata untuk mendorong permintaan baik domestik maupun internasional.
- Memberikan bantuan keuangan kepada sektor pariwisata ini melalui pengurangan pajak dan retribusi untuk merangsang permintaan.
- Menciptakan insentif untuk mempromosikan pariwisata serta insentif pajak.
- Menerapkan langkah-langkah fasilitasi visa, membuat visa lebih terjangkau dan lebih mudah untuk didapatkan.
- Melaksanakan langkah-langkah transportasi umum ke dan dari tujuan yang mengamati jarak sosial.