BAHARI DAERAH

Demi Terumbu Karang, Kapal Wisata Dilarang Sandar

WAISAI, bisniswisata.co.id: Pemerintah Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat, melarang kapal penumpang, kapal wisata maupun kapal pesiar berbadan besar sandar di Dermaga Kampung Wisata Arborek. Larangan ini mengingat Dermaga Kampung Arborek sangat dangkal, sehingga tak diperbolehkan kapal besar untuk sandar karena akan merusak terumbu karang dan biota bawah laut di sekitarnya.

“Kami tengah membuat regulasi berupa peraturan daerah untuk mengatur alur pelayaran di kawasan konservasi tersebut, agar terumbu karang dan biota laut tetap aman, tidak mengalami kerusakan akibat kapal-kapal itu,” papar Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Raja Ampat Yohanes B Rahawarin di Waisai, Papua Barat, seperti dilansir dari Antara, Kamis (22/11/2018).

Jika aktivitas wisata terutama kapal-kapal wisata di Raja Ampat tidak diatur dengan baik, sambung Yohanes, ke depan alam daerah yang disebut surga kecil itu akan rusak dan tinggal cerita. “Tujuan aturan ini bukan untuk membatasi wisatawan, tetapi mengatur aktivitas di kawasan konservasi serta mengurangi kerusakan terumbu karang,” ungkapnya.

Namun, sambung dia, berdasarkan laporan dari masyarakat, sudah ada kapal berbadan besar yang sandar di dermaga tersebut, sehingga berbagai jenis ikan yang menjadi tontonan masyarakat setempat dari atas dermaga mulai berkurang karena aktivitas kapal besar.

Menurut dia, regulasi yang sedang disusun akan mengatur jenis kapal apa saja yang dapat sandar di Dermaga Kampung Arborek, yang merupakan salah satu spot diving dan snorkeling terindah di Raja Ampat. “Akan diatur pula kawasan mana yang dapat digunakan oleh kapal pesiar wisata membuang jangkar, guna melakukan aktivitas menyelam maupun snorkeling di Kampung Arborek,” sambungnya,

“Regulasi ini ditargetkan sebelum Desember sudah tuntas agar disosialisasikan kepada seluruh stakeholder pariwisata yang ada di Kabupaten Raja Ampat,” sambungnya.

Larangan ini diberlakukan karena sebelumnya sudah terjadi kerusakan terumbu karang akibat Kapal wisata M membuang jangkar di kawasan dangkal Kampung Arborek. Kapal wisata itu, bikin kesal warga Kampung Arborek karena membuang jangkar di kawasan yang tidak seharusnya pada Selasa (6/11/2018).

Pada 3 Maret 2017, kapal pesiar MV Caledonian Sky berbendera Bahama dinahkodai Kapten Keith Michael Taylor, membawa 79 kru dan 102 wisatawan tiba di desa Yenwaupnor, Raja Ampat merupakan kawasan konservasi perairan daerah Selat Dampier. Esokannya pada tengah hari, kapal dengan bobot 4200 gross ton melaju ke arah Bitung dan menabrak terumbu karang pada kedalaman lima meter di perairan pulau Kri.

Menurut pernyataan kapten kapal, kandasnya kapal disebabkan dia hanya mengandalkan GPS dan radar tanpa memperhitungkan pasang surut air laut. Berdasarkan perkiraan pendahuluan luasan terumbu karang yang rusak mencapai sebesar 1.600m2 akibat pergerakan MV Caledonian Sky yang berusaha keluar dari area kandas, bukan karena ditarik oleh tug boat. Kapal dilepaskan oleh Syahbandar Jayapura pada 5 Maret 2017 dengan meninggalkan kerusakan terumbu karang di kawasan seluas 18.882 meter persegi.

Pada November 2017, Kapal pesiar Amanikan dengan 173 GT menabrak terumbu karang di perairan Kampung Arborek salah satu destinasi wisata terindah di Kabupaten Raja Ampat. Sesuai hasil kajian di lapangan, luas terumbu karang di bawah laut yang rusak akibat KM Amanikan tersebut mencapai 162 meter persegi.

Imbas kerusakan itu, fungsi ekosistem atau tempat perlindungan ikan, fungsi estetika, fungsi tahan ombak atau arus, penelitian sosial juga budaya menurun. Terumbu karang yang rusak berbagai macam, dan membutuhkan waktu mencapai 15 tahunan untuk terumbu karang tersebut dapat hidup kembali seperti biasa. Kerugian Raja Ampat akibat kerusakan terumbu karang tersebut mencapai Rp 800.000.000.

Selain dugaan perusakan terumbu karang oleh kapal pesiar Amanikan, ada pula kasus yang melibatkan kapal MV Caledonian Sky yang memiliki bobot 4200 gross ton ke perairan Raja Ampat pada 3 Maret 2017. Setelah penumpangnya berwisata di pulau, kapal yang dinahkodai oleh Kapten Keith Michael Taylor itu hendak melanjutkan perjalanan ke Bitung pada 4 Maret 2017. (EP)

Endy Poerwanto