KATHMANDU, bisniswisata.co.id: Masalah sampah di kawasan gunung Everest juga menjadi persoalan tersendiri bagi Pemerintah Nepal. Saat ini tercatat ada 11 ton sampah menggunung di atas gunung tertinggi didunia. Geram dengan kondisi itu, pemerintah Nepal mengeluarkan kebijakan baru soal sampah bahkan menjadikan kawasan Everest sebagai zona bebas plastik pada tahun 2020.
Wisatawan pendaki gunung yang membawa plastik sekali pakai dilarang mendaki. Langkah itu sebagai cara mencegah polusi berlebihan di gunung yang menjadi titik tertinggi di permukaan bumi. Aturan ini akan berlaku mulai 1 Januari 2020.
Ahli lingkungan internasional telah menyatakan keprihatinan Nepal nampaknya belum melakukan tindakan yang cukup untuk melindungi Eeverst. Meski demikian, Ganesh Ghimire merupakan kepala administrasi untuk wilayah kota dan pedesaan di Nepal mengatakan selama ini barang-barang plastik dengan ketebalan kurang dari 30 mikron dilarang.
Barang-barang ini termasuk kantong plastik, sedotan, botol soda, botol air, dan sebagian besar kemasan makanan. “Minuman ringan yang populer seperti Coke, Fanta, Sprite, dan jenis minuman lainnya yang dikemas dalam botol pastik tak akan diizinkan, tetapi minuman dalam kaleng masih diperbolehkan,” ujar Ghimire dilansir India Today, Kamis (22/8/2019).
Ghimire mengatakan pemerintah juga bekerja sama dengan sejumlah organisasi lokal, perusahaan yang melayani wisata pendakian gunung serta Asosiasi Pendaki Gunung Nepal untuk menegakkan larangan tersebut. Ia juga optimistis kesadaran akan tercipta bagi semua orang, baik penduduk lokal maupun warga asing yang berada di sana tentang dampak negatif plastik pada lingkungan.
Selama ini, ratusan pendaki gunung dari berbagai negara datang ke Nepal dengan tujuan menaklukkan Everest, gunung tertinggi di dunia. Biasanya, mereka melakukan pendakian pada musim semi yang dimulai pada awal April hingga Mei. Namun, dengan kedatangan para pendaki, banyak sampah yang bermunculan di kawasan tersebut.
Pada 2014, Pemerintah Nepal memberlakukan aturan yang memaksa setiap anggota ekspedisi Everest membawa kembali setidaknya delapan kilogram sampah yang dikumpulkan, selain sampah yang mereka miliki. Setiap tim ekspedisi harus melakukan deposit 4.000 dolar AS, yang akan dikembalikan jika masing-masing pendaki kembali dengan jumlah sampah yang ditentukan. Meski demikian, aturan tersebut tidak berlaku untuk para trekker atau pemandu pendakian.
“Karena jumlah trekker di wilayah Everest telah meningkat setiap tahunnya, maka ini adalah langkah yang baik dari otoritas lokal untuk memberlakukan larangan penggunaan plastik,” ujar mantan presiden Trekking Agencies Association of Nepal Sitaram Sapkota.
Everest tercatat sebagai lokasi yang menampung sampah terbanyak di dunia. Pemerintah Nepal pada Mei juga mengatakan upaya pembersihan di gunung tersebut dilakukan. Hampir 11 ton sampah yang menumpuk selama beberapa dekade berhasil diambil. Diantara tumpukan sampah itu termasuk alat-alat pendakian hingga tabung oksigen.
Khumbu Pasang Lhamu adalah wilayah yang menerima puluhan ribu wisatawan setiap tahun. Banyaknya wisatawan yang datang ke tempat itu membuat pemerintah lokal memperketat peraturan di sana.
Agustus 2019, sebuah panel penasihat merekomendasikan bahwa orang yang berniat ke puncak Everest harus menggunakan pemandu yang berpengalaman dan pertama-tama harus mendaki puncak Nepal setidaknya 6.500 m (21.325 kaki). Saat ini, izin untuk gunung tertinggi di dunia berharga USD 11.000 (Rp156 juta). Panel menyarankan untuk menaikkan harga menjadi setidaknya USD 35.000 (Rp498,5 juta). (NDY)