Keindahan alam Indonesia yang diminati wisatawan mancanegara ( Foto: Kemenparekraf)
MADRID, bisniswisata.co.id: Sekretaris Jenderal Badan Pariwisata Dunia di bawah PBB (UNWTO), Zurab Pololikashvili mengatakan negara anggota dapat memulai kembali pariwisata dengan cara yang bertanggung jawab yaitu keberlanjutan, inovasi, kolaborasi, dan solidaritas
Sudah lebih dari tiga bulan sejak Organisasi Kesehatan Dunia, WHO mendeklarasikan pandemi global COVID-19 hingga krisis datang terus mengancam pekerjaan dan mata pencaharian di bidang pariwisata dan lainnya.
“Komite Krisis Pariwisata Global yang dipimpin UNWTO mendukung pedoman kami untuk memulai kembali pariwisata, dan kami sekarang mengubah tekad ini menjadi tindakan nyata untuk pemulihan,” Zurab Pololikashvili dalam pernyataannya dikutip dari situs unwto.org ini.
Menurut dia, upaya UNWTO dihargai di tingkat tertinggi mulai dari kepala negara hingga dukungan penting dari Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres yang mengidentifikasi sektor ini sebagai pilar pertumbuhan ekonomi.
Sekjen PBB, tambahnya, mengakui kepemimpinan UNWTO ketika ia mengatakan kepada warga dunia bahwa “pariwisata dapat menjadi platform untuk mengatasi pandemi”.
Sekarang, karena masing-masing Komisi Regional UNWTO akan berkumpul bersama secara virtual selama minggu-minggu ke depan, maka pihaknya dengan keahlian dan pengaruh yang dimiliki akan mengumpulkan keahlian agar semua memulai kembali pariwisata dengan tekad mewujudkan dekade aksi menuju tujuan pembangunan berkelanjutan agar kembali ke jalurnya.
Komite Dunia tentang Etika Pariwisata, sebuah badan independen yang dibentuk oleh UNWTO, telah menekankan pentingnya menjaga Kode Etik Global untuk Pariwisata ketika pembatasan perjalanan dikurangi.
Pemerintah dan industri pariwisata agar memulai kembali sektor travel & tourism ini dengan tepat waktu dan bertanggung jawab, menghindari semua biaya yang datang kemudian dengan mengorbankan perlakuan yang adil dan setara dari wisatawan.
Restart ini menawarkan kesempatan untuk menata kembali tidak hanya bagaimana kita melakukan perjalanan, tetapi bagaimana pariwisata dapat membantu membangun masa depan yang lebih baik bagi manusia dan planet, tambah Zurab Pololikashvili.
Komitmen Indonesia
I Gede Ardika, aggota dari UNTWO (United Nations World Tourism Organization) yang juga mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata 2001-2004 sudah sejak tahun 1990 an Indonesia mengembangkan pariwisata berkelanjutan ( sustainable tourism).
Oleh karena itu keputusan UNWTO agar pengembangan pariwisata berkelanjutan setelah pandemi global ini agar kembali ke jalurnya akan lebih mudah menerapkannya dengan berbagai kebijakan dan program yang sudah dimiliki RI
Sebagai Ketua Indonesia Sustainable Tourism Council, I Gede Ardika mengatakan bahwa konsep sustainability seperti yang diusung oleh organisasi pariwisata dunia UNWTO adalah harus mampu merubah pola pikir dan pola tindak untuk menghadapi tantangan ke depan.
“Perubahan ini terkait bidang ekonomi, lingkungan, dan masyarakat, melalui kebijakan-kebijakan yang ditetapkan. Dari sini prinsip sustainable untuk pariwisata harus meliputi tiga faktor yaitu memberi manfaat ekonomi, melestarikan lingkungan alam, dan melestarikan budaya,” tambahnya
Dalam berbagai kesempatan I Gede Ardika mengingatkan bahwa pariwisata yang sustain harus menjadi alat pemerataan kesenjangan, dan mengikutsertakan partisipasi masyarakat lokal. Sehingga pariwisata yang ditawarkan tidak hanya bicara objek wisatanya tapi juga suasana dan masyarakatnya.
Bila sebelumnya, kata I Gede, paradigma seseorang dalam memandang wisatawan hanya sebatas sumber uang atau seperti mesin ATM. Padahal wisatawan itu berkaitan dengan human being, mencakup spirit, mind, dan body, sehingga pastinya berkaitan dengan pengalaman dan human right.
“Jadi fungsi pariwisata di Indonesia bukan sekedar untuk menghasilkan uang tapi lebih penting harus mampu mengentaskan kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup, dan harus memunculkan happiness,” jelasnya.
Oleh karena itu menurut I Gede, konsep sustainable dari PBB tersebut tidak cukup bagi Indonesia. Tidak hanya bicara seputar ekonomi, lingkungan, dan masyarakat, tapi lebih dari itu bagaimana sustainable ini memunculkan perasaan bahagia dan menciptakan pengalaman, mampu menciptakan hubungan antar manusia, menghasilkan mutual understanding.
“Dengan mengupayakan mutual understanding ini lah, pariwisata dapat berkontribusi untuk membangun persahabatan dan kedamaian dalam satu negara. Ini yang dimaksud dengan membanugn Indonesia beradab,” tambahnya.
Pengembangan pariwisata berkelanjutan memiliki 3 program utama yaitu Sustainable Tourism Destination, Observatory, dan Certification. Pedoman tersebut sudah diturunkan menjadi panduan teknis yang menjadi pedoman untuk sertifikasi.
” Dengan kesiapan dokumen ini, sejak tahun 2017 Indonesia dapat menyelenggarakan Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) perdana pada tahun 2017 dan sudah tiga kali diselenggarakan hingga 2019 agar masyarakat terlibat aktif dalam pengembangan wisata berkelanjutan di Tanah Air,” kata I Gede Ardika.
Pariwisata Indonesia selain harus sustainable juga harus mampu melekatkan identitas nasional, mampu membangun moral bangsa. Indonesia begitu kaya akan sumber daya alam dan perbedaan budaya. Tahun 2030 Indonesia akan berjaya karena potensi pariwisatanya,” ungkapnya.