TANJUNG LESUNG, bisniswisata.co.id: Kluster Casamora di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan menjadi tempat start perjalanan di hari Minggu terakhir tahun 2017. Kami berkumpul di rumah Agusman Effendi, ‘komandan’ komunitas Rais Family yang akan melewatkan pergantian waktu di Villa Kalicaa, Tanjung Lesung Resort.
Sebelum berangkat, rombongan kecil kami sempat berfoto ria. Jam 5.30 pagi ketika matahari mulai muncul mobil bergerak menuju tol JOR Barat dan sempat berhenti di rest area sebelum pintu keluar Serang Timur.
Setelah empat jam perjalanan dan dua keluarga bergabung di pintu keluar gerbang tol Serang Timur kecerian Rais Family menjadi lengkap dengan kehadiran dua cucu yaitu Farabi dan Sakha.
Kami menginap di Kalicaa Resort yang dikelola oleh Jababeka. Villanya bernama Blue Whale Santuary ( BWS). Di area ini villa-villa milik perorangan di dalam kompleks dan dikelola oleh Tanjung Lesung Resort.
Tempat ini menjadi pilihan keluarga besar karena letaknya 180 km dari ibukota Jakarta dan menjadi surga tersembunyi di wilayah Barat yang tidak kalah dengan keindahan pantai di Bali. Tanjung Lesung ini terletak di Desa Panimbangjaya,Pandeglang, Banten.
Selain itu magnet yang membuat rombongan keluarga ini datang karena kawasan Tanjung Lesung kini telah dinobatkan sebagai “ Bali Baru” dan menjadi satu dari 10 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) oleh Kementerian Pariwisata
Berlokasi di ujung paling barat Pulau Jawa, yaitu Kabupaten Pandeglang, Banten, KEK Tanjung Lesung merupakan KEK Pariwisata pertama dan telah diresmikan beroperasi pada Februari 2015
Letaknya cukup strategis dan akses yang mudah dijangkau dengan potensi pariwisata yang beragam, antara lain keindahan alam pantai, keragaman flora dan fauna serta kekayaan budaya yang eksotis.
Lokasinya dekat dengan atraksi wisata Banten lainnya seperti Kawasan Tua Banten, Budaya Badui dan Debus, Taman Nasional Ujung Kulon, Gunung Krakatau serta wisata kepulauan.
Tanjung Lesung berasal dari kata “lesung” yaitu alat penumbuk padi tradisional, Tanjung Lesung memiliki bentuk dataran pantai wilayah yang menjorok ke laut dan mirip lesung. Dengan pantai pasir putih serta laut yang jernih, KEK Tanjung Lesung telah menarik baik wisatawan nasional maupun internasional.
Selama tahun 2016 tercatat jumlah kunjungan wisatawan sejumlah 570.000 orang dan ditargetkan meningkat hingga 6,1 juta wisatawan saat beroperasi penuh pada 2020.
Progress percepatan pengembangan destinasi wisata ‘Bali Baru’ ini makin menggeliat dan yang menjadi fokus prioritas, adalah 3A yaitu Akses, Atraksi dan Amenitas.
Untuk akses selain tol juga akan ada program re-aktivasi kereta api, yang sudah lama mangkrak dan bakal dihidupkan lagi untuk jalur Rangkasbitung-Pandeglang-Saketi-Labuhan.
Soal atraksi, Pemprov Banten dan PT Banten West Java Tourism Development Corporation ( PT BWJ) memiliki event tahunan Festival Pesona Bahari Tanjung Lesung dimana selama festival pada tahun lalu Festival itu meliputi Photography juga ada festival Kuliner, Handicraft & Souvenir, Business Forum dan lainnya.
Sedangkan dari aspek amenitas, nantinya fasilitas tambahannya adalah Air strip, Kampung Sawah Cottage, Ladda Bay Village, Kalicaa Villa, Mongolian Culture Centre, Residence dan rencana pembangunan 10.000 Homestay di Kawasan KEK Tanjung Lesung.
Dukungan lainnya adalah realisasi program Infrastruktur Pemukiman Pendukung Pariwisata. Terutama untuk Kampung Wisata Cikadu, Desa Tanjung Jaya (Kelompok Batik).
Villa Kalicaa
Jam baru menunjukkan pukul 9.30 pagi ketika rombongan memasuki pintu masuk kawasan Tanjung Lesung Resort. Untuk mencapai villa Kalicaa yang bernama Blue Whale Santuary ( BWS) jarak dari gerbang menuju tempat kami menginap cukup jauh, sekitar 2,5 kilometer.
Tidak ada kendaraan umum yang bisa mengantarkan kami keluar masuk kawasan tersebut. Sehingga mobil-mobil pribadi dari para tamu dan motor karyawan yang nampak lalu lalang.
Karena datang lebih awal rombongan diarahkan menuju restoran di pinggir pantai. Ada playground dan sejumlah permainan anak-anak serta ayunan yang langsung menjadi tempat bermain para cucu dan keponakan.
Empat jam perjalanan membuat kami semua bergegas ke pantai menikmati desiran angin ditemani minuman kelapa muda, jus, kopi dan cemilan lainnya sambil menunggu check-in di BWS, Tanjung Lesung Resort.
Jam belum menunjukkan jam 12 siang tapi para karyawan di hotel itu sudah mengarahkan kami ke villa BWS. Unik juga bangunan properti ini mirip huruf V dan dibagian depan langsung ada kolam renang.
Di atas kolam renang adalah lobby villa menyatu dengan ruang makan, sofa-sofa untuk santai dan dapur bersih.Sambil duduk mengobrol, kita bisa mengawasi anak-anak yang langsung berenang tanpa bisa dirayu lagi untuk menunggu waktu sore saat sinar matahari mulai meredup. Tiba di villa welcome drink sudah disiapkan berupa buah kelapa muda.
Ketua rombongan, Al Fatih belum lagi selesai membagi-bagikan kamar dari 6 keluarga Rais yang hadir berwisata bersama, namun sebagian peserta sudah nyebur di kolam renang dan melepaskan penat dengan berenang santai.
Sementara yang lain berenang, saya dan ipar-ipar mulai menyiapkan makanan matang yang sudah kami bawa dari Jakarta sehingga makan siang dapat segera dihidangkan.
Di villa BWS ini ada Anah dan saudaranya yang siap di dapur untuk membantu tamu villa. Terdiri dari enam kamar, empat kamar berada di sisi-sisi kolam dan dua lagi berada di lantai atas berupa kamar besar yang bisa diisi hingga 10 orang.
Praktis setelah makan, sholat zhuhur dan berenang, suasana villa seketika menjadi sepi karena masing-masing keluarga istirahat di kamarnya masing-masing. Maklum bangun paginya sebelum pukul 4.00 dan melewati perjalanan panjang untuk tiba di Tanjung Lesung. Kamar yang saya tempati cukup luas dan bisa diisi 5 orang. Kamar mandinya juga dilengkapi shower namun sayang tidak tersedia air panas.
Letak kamar persis berhadapan dengan kolam renang sehingga saat suasana sepi dan kolam kosong saya mondar-mandir berenang dengan leluasa
Salah seorang keponakan, Nafisha, kelas V SD yang ikut klub renang di Lampung bergabung dengan saya di kolam. Kami berdua berlomba, Namun Nafisha yang akrab dipanggil neng ini tak terkalahkan dan sudah pantas menjadi atlit renang.
Sementara kami puas berenang, tamu-tamu dari villa – vila Kalicaa lainnya melintas di depan villa. Penasaran dengan kolam dan villa kami yang terbesar dari villa yang ada. Mereka berombongan dan berjalan santai ke tepi pantai di seberang. Jarak vila ke tepi pantai hanya dibatasi jalan dan padang rumput yang hijau sehingga dari kamar bisa melihat ombak lautan dari kejauhan sekaligus rumput hijau yang luas.
Malam Tahun Baru
Usai magrib, semua berkumpul di lobby villa sambil memantau laporan berita di televisi jelang pergantian tahun di berbagai kota. Hidangan kambing guling sudah disiapkan pengurus villa tepat di halaman depan kamar saya.
Aroma kambing guling memang menggoda. Wak Agusman berinisiatif membeli cumi dan ikan-ikan segar sehingga bisa menjadi alternatif menu bagi yang sudah harus membatasi diri dengan makan daging kambing.
Barbeque di halaman bersama keluarga besar menjadi momen berharga. Apalagi pertemuan seperti ini dengan anggota keluarga yang lengkap minimal hanya dua kali dalam setahun yaitu saat libur Lebaran dan libur akhir tahun seperti sekarang ini.
Kehebohan dan keseruan menunggu daging kambing matang dan banyolan-banyolan diantara pada keponakan yang rara-rata sudah menjadi mahasiswa di berbagai perguruan tinggi di Jakarta, Lampung dan Bandung tambah mengikat tali persaudaraan.
Puncak pergantian tahun didominasi bunyi petasan yang menggelegar hampir satu jam lamanya. Pesta kembang api dan petasan seakan tidak ada habisnya karena penghuni villa lainnya juga menyalakan petasan dan kembang api.
Mentari awal 2018 bersinar terang. Udara cerah ketika keluar dari kamar dan ramai-ramai kami bemain ke pantai. Meski sebagian besar semalam bergadang tapi dua cucu sudah asyik bermain pasir di pantai.
Pagi hari ini saya sempat mencicipi bermain air di pinggir pantai sebelum diajak Effin Agusman jalan kaki menyusuri sepanjang pantai. Langkah saya jauh tertinggal dari tante saya itu tapi akhirnya kami jumpa di Beach Club, Tanjung Lesung Resort yang pagi-pagi sudah dipadati pengunjung.
Tempat yang menjadi lokasi wajib foto selfie di Tanjung Lesung ini adalah di ayunan yang berada di air dan instagramable banget. Ada juga beberapa permainan air yang bisa dijajal, mulai dari banana boat, jetski dan kayak.
Tanjung Lesung Beach Club merupakan pantai yang paling ramai dikunjungi di Tanjung Lesung. Aktivitas watersport di sini memang lumayan lengkap, dan dibandingkan dengan pantai di depan area villa yang dipenuhi karang, pantai di Tanjung Lesung Beach Club lah yang bisa dijadikan tempat berenang.
Terdapat sebuah jetty yang sering dijadikan area foto untuk pre-wedding. Banyak pengunjung berkumpul di tempat ini untuk foto selfie di sini. Untuk selfie banyak spot untuk seperti di depan tulisan besar Beach Club, foto dengan patung badak dan di depan tenda perkemahan yang warna warni.
Menghadap pantai juga ada Restoran Nelayan yang menyediakan seafood segar. Restonya cukup luas sekaligus untuk menampung tamu umum maupun tamu penyewa tenda di camping hround yang bisa menyewa untuk beberapa malam.
Kelebihan menginap di tenda adalah menikmati pemandangan alam saat matahari mulai muncul maupun akan tenggelam ( sunrise dan sunset) dan berenang karena hanya disini pantainya tidak berkarang.
Puas berfoto ria, saya dan Effin kembali ke villa menyusuri pinggir pantai lagi. Tubuh yang berkeringat dan rencana naik kapal ke pulau Liwungan membuat saya langsung berbelok ke arah villa sementara Effin masih semangat meneruskan joggingnya.
Puas menghirup udara pagi mengawali 2018 di pantai. Saya bersyukur atas kebersamaan selama tiga hari dua malam yang dilalui bersama. Silaturahim dan ikatan persaudaraan semoga bisa diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya.