BAHARI DAERAH

Sensasi Hangatnya Air Pegunungan Sejuknya Air Laut di Pantai Kawaliwu

LARANTUKA, bisniswisata.co.id: Pantai Kawaliwu di Larantuka Flores Timur Nusa Tenggara Timur (NTT), bukan hanya menawarkan panorama pantai yang unik. Keunikan ada sumber mata air hangat dari pegunungan menyatu dengan laut. Sehingga wisatawan bisa merasakan langsung hangatnya air pegunungan dan sejuknya air laut.

Lebih unik lagi, wisatawan harus menggali pasir, kerikil kecil dengan tangan atau sebilah bambu, tak lama kemudian akan mengalir air hangat dari perut bumi. Makin dalam menggali air yang keluar makin panas. Air panas yang Anda gali tadi akan beradu dengan air laut yang dingin.

Air panas ini bersumber dari Gunung Ile (Mandiri) Padung di Kecamatan Lewolema. Pantai Kawaliwu ini menghampar di Teluk Hading, di antara Desa Kawaliwu dan Kecamatan Lewolema. Gunung Ile ini seharusnya gunung berapi masih aktif. Namun, panas dari perut bumi terus menerus dikeluarkan melalui air yang mengalir ke arah pantai.

Tak hanya di Pantai Kawaliwu, air panas ini juga mengalir ke pantai utara di Waiplatin. Pantai Kawaliwu ini, berada di belakang Gunung Ile. Sayang pantai ini masih sangat sepi pengunjung. Sementara Pantai Waiplatin berada di bagian depan gunung.

Menurut Hanna Keraf, pendiri Du’Anyam, fenomena ini terjadi setelah gempa besar yang menguncang daerah ini sekitar tahun 1992. “Daerah ini dulu sempat di terjadi gempa bumi dahsyat yang berpusat di Maumere. Pasca gempa, tsunami dahsyat menerpa pantai Kawaliwu. Gempa membuat permukaan tanah terbelah, ada retakan yang membuat air yang mengalir dari daerah ini menjadi panas,” papar Hanna seperti dilansir laman Bintang.com, Sabtu (27/10/2018).

Jika berani mandi, pantai Kawaliwu bisa menjadi tempat yang seru. Pantai berbatu dengan air jernih akan membuat suasana menjadi berbeda. Ombak kecil akan menjadi teman saat Anda mulai berenang. Karena pantainya masih minim fasilitas, Anda harus siap tak bisa bilas dengan air tawar yang memandai usai mandi di pantai.

Panorama paling dramatis terjadi saat mentari bersiap menuju peraduan. Desir angin yang berhembus kecil membuat suasana semakin syahdu. Perlahan sinar terik sang surya berubah menjadi hangat. Langit yang semula berwarna biru berubah menjadi kuning hingga jingga. Sang surya pelan-pelan seperti tenggelam di ufuk Barat.

Tak terasa gelap mulai menyergap, ingat tak ada penerangan yang bisa mengalahkan sinar alam di pantai ini. Belum ada juga penerangan yang menerangi tepian jalan. Semua masih serba alami. Jalan yang menjadi aksi ke pantai ini juga belum terasa dengan sempurna. Masih dalam proses pembangunan.

“Potensi ini tampaknya sudah dilirik pemerintah setempat, namun semuanya masih dalam proses. Semoga pembangunan jalan dan beberapa fasilitas yang ada di pantai ini segera selesai. Namun yang menjadi kekhawatiran, saat semua fasilitas di pantai ini selesai, apakah keasrian pantai akan terjaga,” lontarnya.

Riana, seorang pengunjung asal Ende mengaku penasaran dengan cerita orang tentang pantai yang bisa mengeluarkan air panas. “Saya kira sumber air panasnya ini agak lebar seperti kolam. Tapi ternyata harus digali dulu. Ini unik sekali,” ujar Riana.

Riana datang ke Pantai Kawaliwu dengan menggunakan motor dari Ende selama 6 jam. Namun jika menggunakan bus waktu tempuh sekitar 8 jam. Selain terkenal dengan air panasnya, Pantai Kawaliwu ini juga terkenal dengan sunset-nya.

Pantai Kawaliwu ini sangat indah. Di bagian depan kita dapat menyaksikan gunung yang hijau dan rimbun pepohonan. Di tempat yang sama pula, kita juga dapat melihat pantai yang tenang dengan air yang sangat jernih. Sementara di pinggir pantai, pohon kelapa melambai-lambai tertiup angin.

Sensasi lain yang disajikan pantai ini, adalah Panorama paling dramatis terjadi saat mentari bersiap menuju peraduan. Desir angin yang berhembus kecil membuat suasana semakin syahdu. Perlahan sinar terik sang surya berubah menjadi hangat. Langit yang semula berwarna biru berubah menjadi kuning hingga jingga. Sang surya pelan-pelan seperti tenggelam di ufuk Barat.

Tak terasa gelap mulai menyergap, ingat tak ada penerangan yang bisa mengalahkan sinar alam di pantai ini. Belum ada juga penerangan yang menerangi tepian jalan. Semua masih serba alami. Jalan yang menjadi aksi ke pantai ini juga belum terasa dengan sempurna. Masih dalam proses pembangunan. (EP)

Endy Poerwanto