RIYADH, Bisniswisata.co.id: Hotel Ritz-Carlton Riyadh kembali dibuka, Minggu (11/2/2018), setelah tiga bulan digunakan sebagai tempat menahan para elite politik dan bisnis di Arab Saudi. Penahanan itu sebagai bagian dari upaya pembersihan korupsi di Arab Saudi.
Saat hotel itu digunakan sebagai tempat penahanan para tokoh, pintu gerbang di hotel mewah tersebut ditutup dan dijaga unit penjaga kerajaan dengan seragam hitam. Adapun puluhan pangeran, mantan menteri, dan pebisnis diinterogasi di dalam hotel itu.
Para tahanan telah dipindahkan dari hotel itu dua pekan lalu. Sebagian besar tahanan telah dibebaskan dengan kesepakatan yang dibuat bersama otoritas atau dibebaskan dari tuduhan korupsi.
Kini komunitas bisnis sudah mulai kembali normal setelah terkejut dengan penahanan tersebut. Seorang pebisnis yang terpaksa pindah ke hotel lain sejak November, kemarin kembali ke Ritz-Carlton Riyadh. “Satu kehormatan dapat kembali,” ungkap seorang konsultan asing menunggu mobil mewah yang akan membawanya berangkat kerja.
Dia menyatakan, penahanan terhadap para tokoh itu tidak meninggalkan jejak apa pun di hotel dengan 492 kamar itu. “Anda melupakan tentang itu segera saat ada di kamar dan Anda hilang dalam gelembung Anda sendiri,” ujarnya.
Pemandangan di lobi hotel tampak normal. Para pelayan berseragam tampak berdiri di bawah kristal lilin saat musik Arab akustik terdengar melalui speaker dan aroma dupa wangi tersebar dari alat pembakar terbuat dari emas. Para manajer hotel menolak permintaan wawancara, tapi perusahaan menyatakan, “Hotel itu telah kembali normal beroperasi mulai hari ini.”
Beberapa tokoh penting yang sempat ditahan di hotel itu ialah investor global Pangeran Alwaleed bin Talal dan Pangeran Miteb bin Abdullah yang pernah dianggap sebagai pesaing utama untuk takhta kerajaan. Sumber pejabat Saudi menyatakan pada Reuters bahwa Pangeran Miteb dibebaskan setelah membayar lebih dari USD1 miliar.
Pangeran Alwaleed tetap menegaskan, dia tidak bersalah dalam kasus korupsi apa pun saat wawancara dengan Reuters beberapa jam sebelum pembebasannya. Pejabat Arab Saudi menjelaskan, dia dibebaskan setelah mencapai kesepakatan keuangan.
Kejaksaan Agung Saudi menyatakan, pemerintah telah menyita lebih dari USD106 miliar melalui kesepakatan itu. Beberapa pengamat menilai, operasi pembersihan korupsi ini untuk memperkuat pengaruh Putra Mahkota Mohammed bin Salman,32, yang kini sedang memimpin reformasi ekonomi dan sosial di kerajaan itu.
Sepuluh hari sebelum penangkapan dilakukan, Ritz menjadi tempat konferensi bisnis internasional tempat Pangeran Mohammed berbicara di panggung dan berfoto selfie bersama para pengagumnya.
Beberapa peserta konferensi itu juga turut ditahan dalam pembersihan korupsi tersebut. Kejaksaan Agung Saudi menyatakan ada 56 orang yang masih ditahan. Mereka diyakini telah dipindah ke penjara setelah menolak mengaku bersalah dan tampaknya akan dibawa ke pengadilan.
Ahmed al-Safer, pengusaha keturunan Yaman-Amerika Serikat (AS) yang biasa menginap di Ritz, berhenti di hotel itu untuk minum teh bersama teman-temannya. Saat ditanya apakah penahanan di hotel itu memengaruhi reputasinya, dia menjawab, “Sekarang ini terkenal. Semua orang akan mengunjunginya meski hanya untuk berfoto.”
Dengan tarif terendah sebesar USD650 per malam, hotel itu menawarkan kemewahan kepada para tamunya.
Ritz Carlton di Riyadh itu merupakan bagian dari jaringan hotel dikelola The Ritz-Carlton Hotel Company LLC yang merupakan perusahaan AS. Perusahaan itu memiliki 98 hotel mewah dan resor mewah di 30 negara dan wilayah. Perusahaan itu didirikan pada 1983, saat pemilik sebelumnya menjual nama merek Ritz-Carlton dan Hotel Ritz- Carlton di Boston, Massachusetts.
Merek itu pun diperluas ke lokasi lain. Di antara hotelhotel bintang lima paling mewah di Arab Saudi, The Ritz- Carlton, Riyadh, membawa para tamu dalam perjalanan menawan melalui taman-taman pemandangan seluas 52 acre, akomodasi mewah dan luas, sejumlah restoran makan malam kelas dunia serta 62.000 kaki persegi ruang acara elegan. (NDHYK)