INTERNATIONAL NASIONAL NEWS SOSOK

Muh. Harry Naldi : Sukses Biayai Yayasan Senyum Alquran dari Bisnis MLM.

   Muhammad  Harry Naldi  ( Foto: TREN) 

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Berbicara dengan Muhammad Harry Naldi, lawan bicaranya bisa bingung dengan sosok pria yang satu ini. Mengaku sebagai aktivis dan pengusaha tapi konten cerita yang diungkapkannya banyak mengutip ayat suci Alquran dan Hadist.

“Fastabiqul khairat, artinya berlomba-lomba berbuat kebaikanlah karena disisa umur justru kita bisa secara berjamaah untuk membantu umat, keren kan ?,” ucapnya mantab.

Naldi, sapaannya, tengah berbicara soal kecanggihan teknologi karya anak bangsa yang mengubah pengeluaran internet setiap bulan menjadi income atau pemasukan tiap hari bahkan saat kita tidur.

Sudah berapa tahunkah hidup kita dan semua anggota keluarga tergantung pada kebutuhan internet ? sudah berapa tahun kita harus membayar biaya berlangganannya atau biaya pemakaiannya tanpa pernah mendapatkan cashback ? tanyanya.

TREN, perusahaan teknologi penyedia modem internet memberikan solusi untuk kemudahan berinternet dimanapun dan kapanpun. Tentunya dengan keunggulan multifungsinya sebagai modem, powerbank, dan aplikasi-aplikasi pendukung traveling.

Sebagai seorang aktivis berbagai macam organisasi kepemudaan sejak di bangku SMA, Naldi berseloroh bahwa Aktivis suka diplesetkannya dengan singkatan Aktif Berkantong Tipis meski idealismenya tak pernah luntur.

Artinya kalau pilihannya menjadi aktivis memang kantongnya tipis karena untuk membuat kegiatan mengandalkan proposal-proposal ke berbagai perusahaan maupun individu.

Tapi itu dulu, kini setelah mengenal TREN, bisnis multi level marketing yang bisa diwariskan pada keluarga dan pihak lainnya, dia malah gencar mengajak organisasi non profit seperti yang didirikannya yaitu Yayasan Senyum Quran yang kini mampu memiliki dana hingga Rp 1,5 miliar. Naldipun kini juga sudah memiliki kendaraan Mercedes Benz

Sekarang, keberhasilan Yayasan Senyum Quran menginspirasi banyak yayasan, universitas, lembaga dakwah, lembaga sosial, pesantren, masjid bahkan gereja menduplikasi hal yang sama dan meraih kemandirian organisasi.

Sebab, selain memberikan solusi dalam berinternet, TREN ternyata juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk dapat ikut serta masuk dalam bisnis perusahaan teknologi. Didukung pula dengan pelatihan serta kelas bisnis yang berkualitas, TREN merupakan jawaban dalam masalah internet dan masalah financial yayasan yang dipimpinnya.

Jalan Hidup

Menyandang gelar aktivis berkantong tipis tak pernah membuatnya risih karena seorang aktivis adalah orang yang memperjuangkan visi misi yang diyakininya sesuai dengan kepentingan organisasi apalagi kegiatan yang ditekuninya adalah masalah kepemudaan dan pendidikan, kemanusian dan aktivitas sosial lainnya.

Aktivis dekat dengan istilah gerakan perjuangan dan pembelaan atas masalah-masalah tertentu yang biasanya berkaitan dengan masyarakat lemah dan sejak duduk dibangku SMA, Naldi terlibat dalam organisasi Pelajar Islam Indonesia ( PII).

Tak heran sebagai aktivis, dalam berbagai upaya dia akan mewujudkan masyarakat yang lebih baik melalui advokasi, penggalangan dana, terjun langsung sebagai relawan atau bahkan meminpin demontrasi siswa.

“ibu saya seorang guru dan saya sekolah SMA di Medan tempat ibu mengajar. Ketika Kepala Sekolah berulah dan kebijakannya merugikan banyak pihak maka sayalah yang memimpin demo untuk melawan Kepala sekolah dan akhirnya kepala sekolah itu mendapat tindakan atas perbuatannya,” kata Naldi enteng.

Naldi pilih hijrah ke Jakarta untuk meneruskan kuliah. Di Ibukota inilah dia banyak terlibat di HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) dan mendapatkan bimbingan langsung dari Ary Ginanjar Agustian lewat Gema ESQ 165 (Gerakan Pemuda).

“ Di ESQ saya belajar banyak dan menghadapi banyak tokoh masyarakat apalagi Forum Komunikasi Alumni ( FKA) ESQ mulai dari orang biasa hingga pimpinan tertinggi negara ini. Di sinilah saya mulai pakai jas dan terlibat dalam berbagai kegiatan,” jelasnya.

ESQ Leadership Centre pimpinan Ary Ginanjar memiliki pelatihan-pelatihan yang menyatukan kecerdasan IQ (intelektual quotient), EQ (emotional quotient), dan SQ (spiritual quotient) sehingga dapat menggabungkan tiga kecerdasan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Saat aktif di GEMA 165, organisasi kepemudaan di bawah ESQ maka gerakan-gerakan organisasi lainnya seperti Fosma 165 menjadi mitra kerja untuk menuju Indonesia Emas dan menyongsong Peradaban Emas Nusantara.

‘Bekal’ kematangan jiwa dan pengalaman berorganisasi, membuat Rapat Kerja, Musyawarah Nasional, mengelola tim kerja di berbagai organisasinya membuat spiritualnya terasah apalagi Naldi bergaul dengan kalangan ustad, Habib dan lingkungan yang Islami.

Di kemudian hari,dia aktif berwirausaha bahkan usaha resto bakso juga dijalaninya. Meningkat kemudian ke usaha-usaha yang beragam seperti menekuni bisnis travel biro, jaringan mini market halal dari Sabang sampai Merauke, membuat aplikasi pendidikan sampai bisnis developper.

Suatu hari Naldi bertemu dengan Buya Musnar Minangkabau,  penemu metode Senyum Quran dimana beliau meriset Al Quran selama sekitar 35 tahun dan Buya di kenal dengan metode senyum yang membuat belajar Al Quran mudah, cepat dan menyenangkan.

Beliau sudah sering di undang ke negara tetangga seperti Singapura, Kuala Lumpur, Brunei Darussalam dan dengan keilmuannya itu Buya bermukim selama 20 tahun di Amerika Serikat. Setelah COVID-19 barulah Buya kembali ke tanah air .

“Pertemuan dengan beliaulah kami bertekad mendirikan Yayasan Senyum Al Quran bersama Liza Fazira, uni Ida dan mas Haryanto. Buya prihatin 70% Muslim Indonesia masih buta Al-quran. Baru sekitar 30% warga Muslim mampu lancar membaca Al-Quran,”

Buya dikenal dengan metode 17 pola untuk bisa lancar membaca Al-Quran. Yayasan Senyum Alquran kemudian mengumpulkan dana untuk sedekah subuh, sedekah Jumat dan menyelenggarakan training for trainer bagi guru-guru ngaji seperti yang sudah dilakukan Buya. “Saya tiga kali menyelenggarakan dua kali di Bogor dan satu kali di Medan,” kata Naldi.

Berbisnis dengan Allah

Keinginannya yang menggebu-gebu untuk terus mengadakan pelatihan membaca Al-Quran metode senyum sempat syok tanpa pendampingan Buya Muamar lagi yang tiba-tiba wafat akibat serangan jantung usai mengajar metode Senyum Alquran.

Saat kehilangan sosok Buya itulah dia berkenalan dengan Zul Hendra yang sudah lebih dahulu bergabung di PT. Tren Global Teknologi lalu mengajaknya bergabung dengan niat berbisnis dengan Allah SWT untuk  memberantas buta membaca Alquran.

Produknya, TREN modem adalah bisnis multi level marketing ( MLM) tanpa tutup point dan bisa diwariskan pada anggota keluarga dan pihak lain. Perusahaan ini bisa menempatkan Yayasan Senyum Alquran sebagai anggota utama dan kaki selanjutnya adalah para pengurus yayasan atas nama akun pribadi masing-masing.

Belum genap setahun, bisnis modem dan jaringan yang dibangun untuk Yayasan Senyum Al-Quran sudah memiliki tabungan sekitar Rp 1,5 miliar. Sementara para pendiri yang memiliki akun pribadi masing-masing juga sudah membuahkan hasil berkat kerja berjamaah.

“ Ini nyata karena TREN memiliki bonus-bonus yang memungkinkan pasif income pula sehingga Yayasan Senyum Alquran kini bisa membiayai sendiri program-programnya,” kata Naldi.

Untuk terjun ke bisnis MLM yang satu ini Naldi meminta calon anggota langsung bergabung dan terjun sendiri karena setiap anggota TREN cukup mengembangkan dua kaki. Selanjutnya dengan komitmen tinggi dan konsep kekeluargaan yang ada maka kesuksesan melahirkan entrepreneur baru.

Perusahaan yang diluncurkan tahun 2020 ini berkomitmen kuat untuk memberikan kemudahan berinternet dimanapun dan kapanpun. Dengan kemampuan teknologi yang tinggi tanpa simcard, modem Tren ini secara otomatis dapat mencari jaringan 4G paling stabil dan terbaik dimanapun kita berada sehingga blank spot bukan sebagai masalah lagi baik di dalam maupun di luar negeri.

“Ketika seseorang bertekad berbisnis dengan Allah dan menyatakan visi-misinya meski hanya dalam hati maka Allah SWT akan mencatat serta mengabulkannya. Hal ini bisa terjadi atas izin Allah ketika manusia ciptaannya juga melakukan aksi nyata,” kata Muhammad Harry Naldi. Nah tunggu apalagi ?.

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)