MANADO, bisniswisata.co.id: Assosiation of the Indonesia Tours and Travel Agencies (Asita) Sulawesi Utara (Sulut) terus mendorong para usaha kecil menengah (UKM) agar meningkatkan inovasi membuat cendera mata, yang menarik, unik dan artistik sehingga wisatawan tertarik.
“Saatnya UKM berbenah, menyiapkan cendera mata lokal yang lebih profesional, sehingga menarik wisatawan untuk membeli,” kata Ketua Asita Sulut Merry Karouwan di Manado, Senin (19/3/2018).
Saat ini, lanjut dia, travel agent yang tergabung dalam Asita sudah berbenah dengan melakukan kerja sama semua pihak terkait. “Jika produk cendera mata UKM terus baik, maka pendapatan pasti meningkat,” katanya.
Apalagi, katanya, setiap hari ada ribuan wisatawan mancanegara (wisman) asal Tiongkok yang datang ke Sulut melalui penerbangan sewa.
“Jadi, permintaan cendera mata cukup tinggi, dan diharapkan mampu dipenuhi oleh UKM yang ada,” katanya.
Kepala Bidang Fasilitasi Pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut Alwy Pontoh mengatakan pihaknya akan terus memfasilitasi agar produksi cendera mata di Sulut bisa lebih baik. “Bimbingan teknis akan terus dilakukan, pemberian bantuan peralatan dan peningkatan kualitas sumber daya manusianya,” kata Alwy.
Sebenarnya, sambung dia, produk IKM Sulut sangat banyak dan siap bersaing, namun masih terkendala dengan kemasan yang belum bagus. Sehingga, pemerintah akan membangun rumah kemasan bagi IKM di Sulut.
Ditempat terpisah, Deputi Bidang Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM Abdul Kadir Damanik mengemukakan menghadapi gempuran produk impor, pelaku UKM Tanah Air dituntut membuat strategi menyerang. Di samping harus mempertahankan produk UKM dalam negeri agar mampu bersaing dengan produk impor, pelaku usaha juga harus menggempur pasar global.
“Ada dua hal kalau kita melihat gempuran produk impor. Artinya, kalau main bola itu posisinya bertahan, padahal pertahanan terbaik dalam sepak bola itu adalah menyerang,” kata Damanik.
Damanik mengatakan gempuran produk impor ke dalam negeri mulai ramai terjadi ketika dibuka pasar perdagangan bebas pada 2016. Momentum ini menjadi tantangan bagi pelaku UMKM Indonesia supaya bagaimana bisa merebut pasar global.
“Ketika MEA dibuka pasar yang ingin kita serang itu ada 600 ribu di luar sana. Sedangkan di dalam tetap harus kita pertahankan. Gempuran produk itu tidak hanya bertahan tetapi perlu juga menyerang ke pasar lain,” tandasnya.
Agar bisa diterima di pasar global, produk UMKM harus terlebih dahulu go modern yaitu dengan memperhatikan aspek kualitas dan kuantitas produk serta memanfaatkan sarana teknologi informasi dalam melakukan kegiatan pemasaran. “Setelah itu, baru masuk go online. Dengan begitu, produk UMKM kita bisa go global, yang lebih penting harus dikelola dalam pendataan yang besar,” ujar Damanik.
(WEO)