ART & CULTURE

40 Karya Seni Lintas Generasi & Lintas Aliran Pameran Bersama

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Sekitar 40 karya seni dari 18 seniman Indonesia lintas generasi dan lintas aliran dari berbagai daerah di Indonesia, menggelar pameran seni bersama bertajuk Energi Seni – Fine Art Exhibition. Pameran ini untuk memperingati HUT RI Ke-73 sekaligus menyambut perhelatan Asian Games ke-18, digelar di Plaza Indonesia Jakarta, pada 11 hingga 19 Agustus 2018.

Energi Seni – Fine Art Exhibition hasil kerja sama Plaza Indonesia dengan Talenta Organizer ini menampilkan karya-karya terbaru seniman untuk yang pertama kalinya dalam berbagai konsep dan filosofi. Karya yang dipamerkan terdiri dari lukisan, patung, instalasi, juga pertujukan seni.

“Kami ingin terciptanya komunikasi antara seniman dengan pengunjung, sehingga membangkitkan apresiasi masyarakat terhadap seni. Bagaimana mereka menilai, menghargai, memahami, maupun menikmati karya seni seniman dalam bentuk beragam sehingga tercipta sebuah energi positif. Tentunya ini sejalan tema yang kami usung yaitu Energi Seni,” papar Zamri Mamat, General Manager Marketing PT Plaza Indonesia Realty Tbk dalam siaran persnya, Selasa (14/08/2018).

Mengusung tema Energi Seni, sambung dia, pada pameran ini Plaza Indonesia tidak saja menampilkan keindahan dari setiap karya, tetapi yang lebih utama adalah bagaimana karya-karya tersebut dapat mentransfer energi kepada seluruh penikmat seni. Energi tersebut dapat memunculkan sebuah wawasan, pengetahuan, emosi, dan cinta, hingga sebuah pengharapan.

Dilanjutkan, memaknai kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-73, Plaza Indonesia mengajak seniman yang terlibat untuk menggambarkan perjalanan bangsa Indonesia. Menampilkan sebuah karya hasil dari kepekaan, cipta, dan rasa, seorang seniman terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di negri ini.

Sesuai dengan temanya yaitu Energi Seni, pameran ini di harapkan secara langsung dapat memancarkan energi positif dan atau secara tidak langsung sebagai sebuah medium, mampu memberikan hal yang positif terhadap lingkungan dan hubungan interaksi dengan sesama, tambah Zamri.

Suwarno Wisetrotomo, Kurator Energi Seni – Fine Art Exhibition menyampaikan sebagai kurator pada pameran ini, dia melihat bahwa energi positif itu datangnya dari sebuah karya seni yang memesona secara visual. Energi positif inilah yang pada akhirnya memiliki peran untuk membangun komunikasi antar sesama di tengah berbagai polemik baik dari politik, ras, atau agama.

“Konsep lintas generasi yang dipilih bersama Plaza Indonesia kali ini merupakan sebuah langkah guna memberikan pemahaman akan setiap problematika yang terjadi dari waktu ke waktu,” katanya.

Selama Energi Seni – Fine Art Exhibition berlangsung, Plaza Indonesia juga menggelar berbagai program edukasi lainnya mengenai perkembangan dan inspirasi dunia seni. Kegiatan itu antara lain adalah pada tanggal 14 Agustus 2018 diadakan Art Talk bersama Djoko Pekik, Putu Sutawijaya, dan Suwarno Wisetrotomo. Sedangkan pada tanggal 15 Agustus 2018 diselenggarakan Art Workshop dengan menghadirkan tiga seniman Indonesia Indra Dodi, Afdhal, dan Erianto.

Disamping itu, Plaza Indonesia Extension juga mengadakan berbagai kegiatan seni yang berkolaborasi bersama komunitas seni. Kegiatan tersebut terdiri dari Millenial Dopamine Art Corner yang menggandeng seniman muda Tempa & Rato Tanggela, berlangsung dari tanggal 3 – 31 Agustus. Jakarta Rumahku 2018 Exhibition berlangusng pada 10 -31 Agustus yang merupaka kolaborasi bersama kelompok seniman muda Indonesia RIOP Photography & Instalation.

“Kami berharap melalui berbagai kurasi karya seni dan agenda edukasi yang dihadirkan ini, bangsa Indonesia dan khususnya pengunjung Plaza Indonesia dapat turut merasakan energi dan semangat berkarya agar dapat terus menyebarkan energi-energi positif untuk kemajuan bangsa” tutup Zamri Mamat

Partisipasi seniman yang terlibat dipilih melalui seleksi dan disaring berdasarkan aspek-aspek yang telah ditetapkan, 18 seniman tersebut adalah Afdhal, Agus Kamaloedin, Andrik Musfauri, Bambang Heras, Butet Kartaredjasa, Djoko Pekik, Erianto, Erica Hestuwahyuni, Gunawan Bonaventura, Heri Dono, Indra Dodi, Ma Rozik, Masagoen, Ong Hari Wahyu, Putu Sutawijaya Rato Tanggela, Tempa, dan Umbu LP Tanggela.

Setiap seniman hadir dengan cerita dan karakter seni yang berbeda, seperti misalnya Seperti Djoko Pekik (1938) melalui lukisannya mencoba untuk memperlihatkan kondisi sosial-politik yang penuh ketegangan secara kritis, Ong Hari Wahyu (1958) menyuarakan perkara sosial politik dengan visualisasi digital dan tradisional. Berbeda lagi dengan Erianto (1983) yang cendrung membahas isu-isu dengan cara santai. (redaksibisniswisata@gmail.com)

Endy Poerwanto