NEWS TRANSPORTASI

Saham Garuda Indonesia Melemah

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Harga saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) melemah tipis pada perdagangan Kamis (17/10/2019), setelah Rabu kemarin melesat dan perlahan menuju harga saham perdana ketika tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Data BEI pukul 10.13 WIB, saham GIAA minus 1,65% di level Rp 595/saham dengan nilai transaksi Rp 3,87 miliar dan volume perdagangan 6,47 juta saham. Rabu kemarin saham GIAA menguat 8,04% di level Rp 605/saham, pelan-pelan mendekati harga saat tercatat pertama kali di BEI atau initial public offering (IPO) pada 11 Februari 2011 yakni Rp 750/saham.

Namun Kamis pagi terjadi koreksi dan investor asing mencatatkan jual bersih (net sell) Rp 945 juta. Hanya saja secara tahun berjalan, saham Garuda sudah meroket 101% dengan beli bersih (net buy) asing Rp 89 miliar.

Salah satu sentimen positif bagi Garuda adalah kabar akuisisi Sriwijaya Air. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pun buka suara mengenai rumor Garuda akan mengakuisisi Sriwijaya Air, salah satu maskapai di Grup Sriwijaya Air (lainnya adalah NAM Air).

Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian BUMN, Edwin Hidayat Abdullah menjelaskan, saat ini tengah berlangsung proses verifikasi utang dan valuasi Sriwijaya Air. Namun, dia mengatakan, itu bukan berarti Garuda Indonesia membeli Sriwijaya Air. “Ada proses verifikasi utang dan valuasi perusahaan. Bukan berarti Garuda mau beli Sriwijaya,” katanya dikutip detikcom, Rabu (16/10/2019) malam.

Menurut Erwin, perhitungan valuasi Sriwijaya dilakukan karena merupakan bagian dari kerja sama manajemen (KSM). Itu juga dilakukan jika pembayaran utang Sriwijaya ditempuh melalui skema konversi saham. “Valuasi dimintakan karena bagian dari KSM salah satunya meningkatkan nilai perusahaan ketika KSM berjalan dan juga jika restrukturisasi utang melibatkan skema konversi,” paparnya.

Sejauh ini, Edwin mengatakan, belum ada kesepakatan mengenai konversi saham tersebut. Sriwijaya masih punya peluang untuk mencicil pembayaran utang. “Belum [kesepakatan konversi] karena deal dulu semua aspek komersial termasuk pengakuan kewajiban,” terang Edwin.

Dalam keterbukaan di Bursa Efek Indonesia, Jumat (11/10/2019), manajemen Garuda menyebutkan, bahwa anak usaha Garuda yakni PT Citilink Indonesia, menyatakan berpeluang melakukan konversi utang ke dalam kepemilikan saham Sriwijaya Air dan opsi lainnya atas piutang yang dimiliki oleh maskapai BUMN tersebut kepada Sriwijaya Air Group.

“Citilink sampai dengan saat ini masih melakukan kajian terhadap opsi-opsi yang mungkin dilakukan dengan Sriwijaya Group, termasuk mengenai opsi konversi saham maupun opsi-opsi pelunasan lainnya,” kata manajemen Garuda Indonesia, dalam surat jawaban kepada BEI yang diperoleh CNBC Indonesia. “Kajian tersebut dilakukan guna memberikan manfaat yang terbaik bagi kedua belah pihak,” kata manajemen GIAA lagi.

Sampai saat ini, tulis manajemen Garuda, tidak ada informasi atau kejadian penting yang material dan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perseroan ke depan serta dapat mempengaruhi harga saham GIAA. “Perseroan akan melakukan pemenuhan kewajiban sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” tulis manajemen Garuda.

Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau Ari Akshara pada pertengahan tahun mengatakan ada alasan di balik opsi akuisisi minimal 51% saham Sriwijaya Air. Opsi akuisisi ketika itu dipilih setelah sebelumnya dilakukan kerja sama operasi (KSO)–yang berujung menjadi kerja sama manajemen (KSM).

Menurut Ari Akshara, opsi akuisisi minimal 51% itu sebetulnya sudah ada dalam klausul KSO dengan Sriwijaya. (CNBC/NDY)

Endy Poerwanto