MATARAM, bisniswisata.co.id: Aktifitas wisata pendakian Gunung Rinjani di Lombok Nusa Tenggara Barat, belum normal. Hingga kini masih ditingalkan wisatawan pendaki dari luar negeri, pasca gempa bumi yang melanda wilayah Lombok NTB.
“Memang Rinjani ini destinasi atraksi kita yang paling terdampak. Apalagi jalur pendakian Gunung Rinjani ditutup sejak gempa pada Juli lalu hingga kini,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Moh Faozal seperti dilansir Antara, Jumat (22/02/2019).
Namun, lanjut dia, penutupan jalur pendakian Gunung Rinjani adalah hal lumrah pada periode Januari hingga Maret karena kondisi cuaca. “Jika pada tahun-tahun sebelumnya, jalur pendakian Gunung Rinjani kembali dibuka pada April. Kita berharap pada 2019, jalur pendakian Gunung Rinjani juga dapat kembali dibuka pada April,” ucapnya.
Menurutnya, pendakian Gunung Rinjani harus dibuka sebab sesuai dengan agenda kalender pariwisata dilaksanakan kegiatan Rinjani 100. “Dari laporan yang masuk sudah 4.000 orang yang menddaftar ikut Rinjani 100. Kalau ini tidak kita laksanakan, nanti saya yang akan menjadi orang pertama di-bully,” ujarnya.
Disebutkan, Rinjani 100 merupakan ajang wisata olahraga andalan Lombok yang menarik ribuan pelari dari mancanegara. “Bahkan, agenda tersebut sudah mendunia. Karena itu harus disiapkan dengan baik, tidak ada cara lain selain membuka jalur pendakian Rinjani secepatnya,” kata Faozal.
Untuk kerusakan ringan yang terjadi di Islamic Center NTB akibat gempa juga membuat operasional ikon wisata religi Lombok itu belum dapat beroperasi secara normal. “Dinas PU sudah menyampaikan pada akhir Februari 2019 semua akan normal dan perbaikan sudah selesai. Alhamdulillah kita juga diberikan sumbangan lampu senilai Rp 1,5 miliar dari Kemenpar, hampir sama nanti bentuknya dengan Masjid Nabawi,” ungkapnya.
Faozal tidak memungkiri jika kondisi pariwisata NTB saat ini belum sepenuhnya normal. Faozal menilai wisatawan masih trauma dengan bencana gempa yang melanda NTB. Kondisi ini, katanya, diperparah dengan harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar yang membuat banyak pembatalan penerbangan dan juga pengurangan frekuensi penerbangan ke Lombok.
“Kondisi ini terjadi di seluruh Indonesia. Memang hampir menjerit pelaku industri wisata yang tentu tidak mungkin menjual paket murah,” tambahnya.
Karena itu, Faozal berharap rakor bisa mencari solusi atas sejumlah persoalan yang membelit sektor pariwisata NTB saat ini. “Ini mimpi besar kita untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata NTB,” katanya. (NDY)