DAERAH LAPORAN PERJALANAN

Pesona Kampung Terih Batam Jerat Hati Wisatawan

Pantai kampung Terih dengan pemandangan Batam Center di kejauhan. ( foto-foto: HSS).

BATAM, bisniswisata.co.id: Usai acara Kenduri Seni Melayu ( KSM), saya masih menyisakan waktu satu hari untuk bersantai dan menikmati wisata di Batam. Setelah menikmati wisata budaya, wisata belanja dan kuliner, jenis wisata apalagi yang bisa dilihat di kota yang menjadi tetangga Singapura ini.

“ Ayo kita ke desa wisata Kampung Terih, kampung tua di pinggir pantai yang jadi destinasi digital, pokoknya keren deh untuk foto-foto,” kata Lusia Kiroyan, social entrepreneur di Batam, teman lama saya yang membina warga binaan wanita dalam penjara di Batam, Jakarta dan Bali dengan program Batik Girl.

Saya yang baru tiba di rumahnya di perumahan Taman Duta Mas, Batam langsung bergabung dengan Rosmini Manan, polwan dari Polda Kepri, salah satu sahabat Lusi yang menjemput kami untuk ke Kampung Terih.

Perjalanan kami pagi itu dimulai dengan sarapan bubur ayam Teteh dan minum teh manis di komplek perumahan tak jauh dari Duta Mas. Setelah itu perjalanan lanjut menuju Nongsa, kurang lebih perjalanan selama satu jam.

Nah untuk datang kesini juga tidaklah sulit,  tinggal mengikuti petunjuk jalan menuju Pantai Nongsa. lalu disebelah kiri jalan sebelum pantai Nongsa akan ada petunjuk ke kawasan Kampung Tua Terih, Nongsa.

Rupanya sempat tertidur di mobil, saya terbangun saat  Rosmini hendak memarkir kendaraannya. Seorang pria bergegas memandu sehingga kami langsung parkir di sebelah warung. Turun dari mobil baru saya menyadari tempat inilah yang sehari sebelumnya dikunjungi teman-teman pers dari GenPi.

Sebuah kampung tua sederhana dengan suguhan pemandangan aktivitas para nelayan hilir mudik dengan mengayuh perahu. Terlihat pula kapal ferry di kejauhan karena kampung seluas 12 hektar di Kelurahan Sambu, Kecamatan Nongsa ini posisinya berhadapan langsung dengan Batam Center di seberang lautnya.

            Bersama Halim dan aktivitas berfoto ria

Sebelumnya, saya dan teman pers dari GenPi meliput kegiatan Kenduri Seni Melayu ( KSM) yang dihadiri peserta dari negara-negara Asia, berlangsung 1-3 November 2018 yang dipusatkan di Taman Engku Putri, Batam Center. Usai tugas liputan baru kali inilah bisa mengunjungi obyek wisata baru di kawasan Nongsa, Batam.

Generasi Pesona Indonesia (GenPI), komunitas bentukan Kementrian Pariwisata dikenal dengan creative dan commercial value yang diciptakan dalam mengembangkan pasar destinasi digital yang dikelolanya termasuk di Kampung Terih ini yang dikenal dengan destinasi digital Pasar Mangrove.

Saat saya datang, event pasar Mangrove memang tidak ada karena sifatnya event berjadwal di akhir pekan. Saat event akan banyak kegiatan terutama wisata kuliner dan unggulannya masakan kepiting. Pengunjung juga bisa menonton pentas kesenian Melayu setiap hari Minggu oleh pemuda dan pemudi setempat.

Pasar  ini heboh di media sosial, khususnya instagram dan untuk Kampung Terih yang saya kunjungi ini memang menawarkan keindahan alam dari hutan mangrove. Kalau tak suka berfoto ria cobalah duduk di pantai  mangrove sambil mendengarkan desiran ombak menjadi satu.

Turun dari mobil langsung terlihat papan CSR perbankan yang mendukung kehadiran obyek wisata terbaru itu. Saya langsung berkenalan dengan Halim, warga kampung yang menjadi salah satu pengelola sambil menanyakan teman-teman pers lainnya yang sudah berkunjung sehari sebelumnya.

Cuaca panas dan matahari menyengat. Kami segera menyingkir dari pantai dan berlindung dikerimbunan dedaunan mangrove. Duduk dan berpose sambil mendengarkan desiran ombak, jadi pengalaman lumayan juga untuk sejenak berlibur keluar dari rutinitas.

Untuk nama kampung Terih sendiri ternyata diambil dari bebatuan yang mulanya banyak bertebaran di sekitar pantainya. Orang-orang Batam biasa menyebut batu pipih berwarna merah yang banyak ditemukan di sana dengan sebutan Terih.

Kami pun langsung berkeliling untuk menikmati segala fasilitas Kids Zaman Now dan foto-foto bersama Lusia Kiroyan dan Rosmini. Nah salah satu spot foto yang paling kece yaitu  jembatan hutan mangrove dari kayu tadi yang menjadi favorit dan tempat kami duduk-duduk diatas jembatan kayu.

Sayang payung warna-warni yang di gantung  diatas jembatan hanya tinggal dua sehingga tak seindah foto-foto di instagram meski berada di tempat yang sama. Nampaknya pengelola harus mengecat ulang spot-spot yang ada karena warnanya banyak yang sudah memudar.

Di sekitar area wisata ini banyak terdapat tulisan-tulisan lucu tentang hubungan percintaan. Anda akan banyak melihat tulisan seperti “Area khusus jomblo”, “Kutunggu jandamu”, atau bahkan pesan bermoral seperti “Cinta boleh mati, tapi hutan tidak”.

Salah satu spot yang saya sukai adalah bekas perahu yang dicat warna hijau peach dan ditutupi papan-papan kayu warna warni  sehingga pengunjung dapat duduk diatasnya. Sebagai latar belakang dibuatkan potongan kayu bersusun dengan nama pulau-pulau dan obyek wisata lainnya di kawasan Batam, Kepri.

Kendati baru diresmikan pada akhir tahun 2017, Kampung Terih nyatanya sudah bisa menyerap banyak wisatawan mancanegara. Seperti destinasi wisata Batam lainnya, Pantai Terih didominasi oleh wisatawan dari Singapura.

Saat kami datang jelang tengah hari yang nampak hanya wisatawan lokal. Tanpa segan -segan wisatawan yang datang juga langsung berfoto ria. Rekan saya Lusia Kiroyan yang sudah biasa tampil di berbagai media nasional maupun internasional tahu pasti spot yang bagus untuk bergaya.

Puas berfoto ria, kami bergegas menuju mobil dan langkah terhenti karena ada dinding warna-warni dengan motif seperti potongan puzzle yang membuat kami kembali narsis di tempat itu.

Keluar dari Kampung Terih, di mobil kami bertiga sempat membahas beberapa hiasan yang memang terlihat sudah usang dan tidak terawat di Pasar Mangrove Kampung Terih. Tampilannya tidak sekinclong saat pertama kali ditetapkan sebagai kampung wisata yang kami lihat di medsos tahun lalu.

Dalam perjalanan pulang kami masih sempat menikmati minum kelapa hijau di pinggir jalan dan berpose lagi dengan pemandangan jalan yang dipenuhi pohon pinus menjulang tinggi mirip spot foto di Nami Island, salah satu pulau kecil favorit wisatawan di Korea Selatan.

Seperti biasa Lusia tidak ragu untuk berpose meski sesekali ada mobil lewat dengan penumpang yang terheran-heran melihat kami di tepi jalan. Namun akhirnya mereka mungkin maklum dengan gaya narsis kami. Lambaian tangan saya akhirnya membuat mobil itu melintas dengan cepat. Yuk ah foto lagi di lain tempat…

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)