Kota-kota seperti Phu Quoc di Vietnam terus menarik minat kelompok MICE karena aksesibilitasnya yang semakin baik dan rasa kebaruan serta budayanya yang lebih besar. (Foto: Adobe Stock/Nam)
SINGAPURA bisniswisata.co.id: Kota-kota tingkat kedua di seluruh Asia terbukti semakin menarik, tren yang didorong oleh pertimbangan biaya dan keinginan delegasi untuk mendapatkan pengalaman yang lebih alternatif dan autentik.
Dilansir dari meetings-conventions-asia.co, menurut Prakiraan Perjalanan Bisnis Global CWT 2025, yang diterbitkan pada bulan September, biaya harian rata-rata per peserta acara meningkat pada tahun 2024 dan diproyeksikan akan melanjutkan tren ini pada tahun 2025.
Petrina Goh, kepala Komersial, SEA & Hong Kong di CWT Meetings & Events, menyoroti bahwa klien menunjukkan minat yang semakin besar terhadap destinasi seperti Pattaya, Koh Samui, Phu Quoc, Nha Trang, dan Yogyakarta. Lokasi-lokasi ini menawarkan lebih sedikit keramaian dan kesan yang lebih baru.
*Manfaat biaya dan penawaran unik*
Goh mencatat, “Destinasi-destinasi ini kaya akan budaya dan beragam dalam penawaran aktivitas di luar lokasi seperti tour, tempat makan malam yang unik, dan pertunjukan hiburan untuk elemen sosial dari suatu program acara.
Perusahaan bisa mendapatkan lebih banyak keuntungan dengan menggunakan kota sekunder, seperti aktivitas membangun tim eksternal yang menarik, pilihan restoran di luar lokasi, dan bahkan beberapa aktivitas CSR lokal yang bermakna. Dengan semakin banyaknya pilihan penerbangan ke kota-kota ini, harga tiket pesawat juga menjadi lebih terjangkau.
Di Jepang, kota-kota seperti Osaka dan Kyoto menarik para perencana MICE bukan hanya karena biayanya yang lebih rendah dibandingkan dengan Tokyo tetapi juga karena pilihan penerbangan yang lebih baik dan akses kereta peluru.
Johnny Fujimura, manajer umum BCD M&E Jepang, menambahkan bahwa kota-kota ini dapat menampung tamu internasional dan sering kali memprioritaskan mereka.
Kekayaan dan penemuan budaya
Kekayaan budaya kota-kota yang kurang dikenal menciptakan rasa penemuan yang meningkatkan pengalaman acara. Lorela Chia, direktur pelaksana Gr8t Dreams, menyatakan, “Bagi sebagian klien, daya tarik lokasi yang unik dan tidak biasa lebih besar daripada tantangan logistik.
Industri seperti perusahaan rintisan teknologi, mode, dan agensi kreatif khususnya tertarik pada destinasi ini karena pengalaman segar dan autentik yang ditawarkan, yang dapat mengangkat narasi merek mereka dan membuat acara menjadi berbeda, tambahnya.
Menyelenggarakan acara di lokasi yang kaya budaya ini juga merangsang ekonomi lokal, mengembangkan kemampuan MICE, dan mendorong pertumbuhan pariwisata dan perhotelan, yang menguntungkan tuan rumah dan kota.
Potensi dan tantangan bagi destinasi yang sedang berkembang
Banyak kota tingkat 2 dan bahkan tingkat 3 juga merupakan destinasi wisata yang terkenal. Di Tiongkok, kota-kota seperti Kunming, ibu kota provinsi Yunnan, dan Sanya di Pulau Hainan menawarkan pengalaman budaya dan pantai yang unik.
Namun, popularitas beberapa destinasi dapat menimbulkan tantangan. Jennifer Ma, presiden eksekutif Grand China MICE Holdings Co., Ltd, mengemukakan bahwa hambatan musiman dapat memengaruhi aksesibilitas, khususnya untuk kota-kota seperti Zhuhai dan Sanya, yang cenderung penuh sesak dan mahal selama musim puncak dari November hingga Januari.
Saat para perencana mencari destinasi baru berikutnya, tempat-tempat seperti Chiang Mai di Thailand, yang dikenal karena pesona budayanya tetapi kurang memiliki fasilitas konvensi berskala besar, dan Da Nang di Vietnam, yang menawarkan tempat-tempat pesisir yang indah tetapi masih mengembangkan infrastrukturnya, bisa jadi menjadi incaran.
Chia menyebutkan bahwa Kuching di Malaysia menyediakan pengalaman budaya dan ekowisata yang unik, tetapi kota itu juga tengah mengembangkan konektivitas internasional dan infrastruktur acara berskala besar dibandingkan dengan kota-kota seperti Penang atau Kuala Lumpur.