REVIEW

Menangkap Wisatawan Kapal Pesiar

KEHADIRAN Genting Dream Cruises di Pelabuhan Nusantara, Tanjung Priok Jakarta Utara membuat saya berdecak kagum. Dari jauh kapal pesiar mewah terbesar se-Asia Pasifik itu bersandar dengan ‘anggun’ dan badan kapalnya mencuat, melebihi tinggi bangunan terminal kedatangan di pelabuhan itu. Berat kotor kapal pesiar Genting  Dream Cruise mencapai 151.300 ton dengan panjang 335 meter berkapasitas 6000 penumpang dan crew.

Bersama sejumlah media nasional, saya berkesempatan merayakan persinggahan perdana kapal pesiar Genting Dream Cruises untuk pertama kalinya merapat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara pada 4 April 2018 lalu.

Di tengah terik matahari jam 14.00,  tampak kerumunan orang yang berkumpul, berkelompok- kelompok di halaman terminal dengan aktivitas masing- masing. Ada yang menunggu jemputan untuk keluar dari areal pelabuhan, bahkan ada yang sudah keluar pelabuhan untuk mencari kendaraan umum. Kelompok lain ada yang menunggu anggota rombongan untuk naik ke kapal, ada yang sekadar melemaskan kaki dan mencari udara berbeda setelah sekian jam berada dalam kapal pesiar tersebut.

Saat bis yang saya tumpangi merapat di depan lobby pelabuhan nusantara itu jelaslah bahwa mereka adalah penumpang kapal Genting Dream Cruises yang sudah merapat sejak pagi dan akan meninggalkan Jakarta lagi tepat tengah malam di hari yang sama. Sebagian besar dari  wisatawan kapal pesiar itu dari etnis India dan RRT/China. Saat bis yang saya tumpangi datang, banyak yang mau menyerbu masuk dan bertanya apakah bis bisa mengantar keluar pelabuhan untuk melihat ibukota Jakarta?

Hari itu, kapal membawa sekitar 6000 penumpang termasuk crew kapal. Bisa dibayangkan jika dari sekian banyak penumpang hanya 15 bis wisata, keluar pelabuhan berpenumpang pembeli paket wisata yang ditawarkan operator kapal. Untuk persinggahan di Jakarta, ditawarkan beberapa paket tur, mulai dari wisata ke museum, Monas, hingga wisata belanja ke pusat perbelanjaan di kawasan Jakarta Pusat.

Mengingat tak banyak waktu karena harus bergegas naik ke kapal dengan antrian bersama undangan lain. Perhatian saya teralihkan.Maklum meski sudah terdaftar,  kalangan pers harus menunjukkan ID card dan KTP asli untuk naik kapal. Rombongan kemudian diarahkan langsung ke lantai 7 untuk makan di Dream Dining Lower Restaurant.

Setelah icip-icip sajian kue-kue dan makanan lainnya, para undangan dari kalangan Pelindo II , Kemenpar, travel agent dan media cetak, online dan TV menuju Zodiac Theater berkapasitas 999 orang. Letak Zodiac yang berada di ujung kapal memungkinkan undangan melintasi beragam restoran, area  mahyong, boutique berisi produk-produk branded dunia hingga toko minuman Jhonnie Walker House pertama di dunia, di atas kapal pesiar.

Di Zodiac Theater hadir Michael Goh, Senior Vice President International Sales Genting Cruise Lines, Hari Susanto, Sales Manager Genting Cruise Lines, Indroyono Soesilo, Penasihat Kehormatan Menteri Pariwisata mewakili pemerintah Indonesia dan Raymond Lim, Area Director Indonesia dari Singapore Tourism Board ( STB).

Saya sepakat dengan pernyataan Penasihat Kehormatan Menteri Pariwisata mengatakan kehadiran Genting Dream Cruises di Indonesia, khususnya di Jakarta jadi momentum bangkitnya pariwisata kapal pesiar di Indonesia. Masuknya  kapal pesiar ini ke Jakarta akan meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara. Langkah manajemen Dream Cruises akan diikuti operator kapal pesiar besar lainnya di dunia, untuk masuk Jakarta.

Kehadiran perdana Genting Dream, salah satu armada milik Dream Cruises di Jakarta merupakan bagian dari special cruise. Karena, bukan rute reguler yang meliputi Singapura-Surabaya-Celukan Bawang (Bali Utara)-Singapura. Tentu saja kesiapan pengelola pelabuhan dan pihak terkait lainnya sangat menentukan apakah ke depan Jakarta bisa jadi persinggahan tetap, atau tidak.

Kapal pesiar yang berpusat di Hongkong ini melakukan pelayaran perdananya ke Indonesia pada Desember 2017 dengan rute Singapura-Surabaya-Bali Utara –Singapura. Rute ini diklaim sebagai salah satu bukti komitmen kerjasama RI-Singapura. Nota kesepahaman bersama (MoU) kedua negara sudah ditandatangani akhir 2016 untuk meningkatkan kunjungan cruise dan kegiatan Meeting, Incentive, Conference and Exhibition ( MICE). Nah sudah terbayangkan bagaimana besarnya potensi MICE di atas laut ?.

Potensi dan Potensial Loss

Pemerintah melihat potensi dari setiap kali kapal pesiar singgah di Indonesia sangat besar karena kapasitas penumpangnya mencapai ribuan orang. Multiplier effect atau dampak berganda secara ekonomi atas kehadiran kapal dan penumpang yang turun berwisata ke sejumlah obyek wisata di Jakarta juga sangat besar dan langsung bermanfaat bagi masyarakat. Wilayah wilayah perairan Indonesia menjadi salah satu destinasi favorit untuk industri pariwisata kapal pesiar, terutama di kawasan Asia Pasifik.

Ada tiga juta orang yang setiap tahunnya melintasi kepulauan Indonesia. Meski terjadi penurunan kunjungan pada 2015 hanya 200.000 penumpang yang turun dan mengunjungi daratan Indonesia. Tahun 2018,  data yang diterima Kemenpar dari laporan kunjungan kapal pesiar diperkirakan akan mencapai 320.000 wisatawan.

Pemerintah bekerja keras dari sisi kebijakan agar industri kapal pesiar ini dapat berkembang. Berbagai kebijakan dan kemudahan dibuat seperti kebijakan menaikan penumpang di rute yang disinggahi sehingga Genting Dream Cruise  pada persinggahan perdananya ini boleh menaikkan 150 penumpang baru dari Jakarta untuk ke Singapura.

Keberanian operator Dream Cruise masuk Jakarta karena keyakinannya Jakarta menawarkan pengalaman wisata yang unik. Selain juga melihat potensi besar di Indonesia sebagai destinasi perjalanan kapal pesiar yang menarik, unik, khas. Respons wisatawan Indonesia pun sangat positif dengan merapatnya Genting Dream ke Jakarta dan Surabaya. Sebab, banyak yang ingin merasakan pengalaman berpesiar dengan Genting Dream, terbukti kehadiran pertama kapal bernilai US$1 milyar ini mampu menarik minat 150 orang wisatawan dari Jakarta ke Singapura.

Rata-rata wisatawan Indonesia mengambil paket pelayaran 3 hari dua malam dengan rute Jakarta-Singapura. Ada pula yang mengambil paket 4 hari tiga malam dengan rute Surabaya-Singapura.

Pelancong Indonesia ke Singapura masih terbesar ke dua, begitu juga penumpang cruise mau pun moda transportasi lainnya ke Indonesia juga dari Singapura. Kehadiran cruise ini, membantu STB  memperkuat upaya pemasaran di Pulau Jawa bagian Timur, Bali, dan Sulawesi karena STB telah membuka kantor regional di Surabaya yang sudah disinggahi Genting Dream Cruise.
Dream Cruise mengoperasikan Genting Dream dengan
home base Singapura yang di desain khusus untuk penumpang Asean serta World Dream yang bermarkas di Hongkong dengan rute Jepang, Vietnam. Manajemen kapal pesiar ini menargetkan peningkatan menjadi 40% untuk penumpang dari Indonesia. Saat ini tiga peringkat teratas untuk pasar wisatawan Genting Dream berasal dari Singapura, Indonesia, dan India.

Tumbuh pesatnya pasar kapal pesiar di Asia yang mencapai 41 persen persen setiap tahun sejak 2012, membuat Dream Cruises Lines bakal meluncurkan kapal berpenumpang 10.000 orang termasuk kapten dan awak kapalnya pada 2020 atau dua tahun mendatang.
Dari pengalaman saya sendiri naik kapal Genting Dream Cruise ini bulan Januari lalu dengan rute Singapura-Surabaya-Celukan Bawang ( Bali Utara)- Singapura maka saat kapal merapat harus ada persiapan ekstra dari pengelola pelabuhan. Misal ketersediaan fasilitas
portable toilet yang layak dengan jumlah memadai dengan jumlah wisatawan yang turun di terminal.

Meski hanya beberapa jam singgah harus dipikirkan bahan promosi yang memudahkan wisman berwisata secara  mandiri, bazaar dan produk apa yang tepat dijajakan agar penumpang yang enggan keluar dari pelabuhan masih bisa asyik wisata belanja produk  premium kerajinan Indonesia disekitar pelabuhan.
Pengalaman saat mengikuti perjalanan sebelumnya saat singgah di pelabuhan  Surabaya, upaya membuat bazaar di pelabuhan sudah terlihat. Sayang produknya kelas kerajinan daur ulang ibu-ibu PKK sehingga penumpang kapal hanya melewati saja.

Kasus  penumpang kapal Genting Dream Cruise kesulitan cari transportasi umum di Tanjung Priok hanya salah satu dari kurangnya kesiapan,  kordinasi dan sinergi PT Pelindo II mengantisipasi demand.
Meski sudah tahu ada berapa persen dari 6000 penumpang yang akan turun di Jakarta. Kenyataannya taxi resmi di pelabuhan Tanjung Priok  tak cukup memadai sementara transport
on-line belum diterima beroperasi di wilayah pelabuhan. Sehingga waktu persinggahan dalam hitungan jam menjadi terbuang karena tidak tersedianya kendaraan. Jika mereka yang piknik ke daratan berpotensi mengeluarkan per orang US$ 100 saja, berapa besar potential loss akibat malu mengakui bahwa RI belum siap menerima kapal pesiar dengan ribuan penumpang. Apalagi dua tahun mendatang muncul kapal dengan 10 ribu penumpang.

Harus ada mitra dari perusahaan taxi lokal yang sudah memiliki reputasi internasional untuk melayani kebutuhan tranportasi. Bila perlu belasan shuttle bus sudah harus siap dengan mengutamakan faktor keamanan hingga mereka bisa kembali lagi ke kapal dengan selamat. Kerjasama dengan stake holder kepariwisataan lain untuk memperkuat ketersediaan jasa wisata lainnya misal kios oleh- oleh, kudapan khas sesuai klas wisatawan kapal pesiar.

Kapal pesiar bak hotel resort terapung ini memang menawarkan mimpi-mimpi indah bagi penumpangnya. Tapi bagi pengelola pelabuhan sudah tidak ada waktu untuk mimpi dan berandai-andai. Ingatlah di dunia hospitality kesalahan kecil bisa merusak citra negara. Ibarat pepatah bilang Karena nila setitik rusak susu sebelanga. *

Dwi Yani

Representatif Bali- Nusra Jln G Talang I, No 31B, Buana Indah Padangsambian, Denpasar, Bali Tlp. +628100426003/WA +628123948305 *Omnia tempus habent.*