NEW DELHI, bisniswisata.co.id: OYO, Perusahaan startup yang menawarkan layanan penyewaan kamar hotel asal India menjadi sorotan bagi industri perhotelan di penjuru dunia. Karena dikabarkan telah membangun bisnis domestik dengan menggunakan taktik yang dipertanyakan sekaligus diragukan bagi kesehatan perusahaan bisnis hotel.
Dilansir dari New York Times, Senin (6/1/2020), dikatakan kalau OYO dapat meningkatkan jumlah daftar kamar di situs webnya untuk wilayah India, dengan memasukkan kamar-kamar dari hotel yang sebenarnya tidak tersedia. Banyak dari kamar-kamar yang terdaftar di OYO berasal dari hotel dan wisma yang tidak berlisensi di India.
Untuk menghindari masalah yang disebabkan oleh pihak berwenang atas praktik ini, perusahaan terkadang memberikan penginapan gratis kepada polisi dan pejabat lainnya. Hal ini berdasarkan wawancara dengan pemilik dan karyawan hotel, email, keluhan hukum, dan dokumen lainnya.
Dijelaskan, OYO juga membebankan biaya tambahan serta menolak untuk membayar hotel secara penuh yang mereka klaim sebagai utang. “Ini adalah gelembung (bubble) yang akan meledak,” kata Saurabh Mukhopadhyay, mantan manajer operasi OYO di India Utara yang meninggalkan perusahaan pada bulan September lalu.
Pendiri OYO, Ritesh Agarwal mendirikan perusahaan OYO pada 2013 saat usianya menginjak 19 tahun. Sejak itu, OYO dengan cepat tumbuh di lebih dari 80 pasar dan meningkatkan bisnisnya di AS dengan properti yang dikonversi di Dallas dan Las Vegas.
SoftBank sendiri merupakan investor utama OYO. Selain itu, ada pula pendukung lainnya termasuk Sequoia Capital India dan Lightspeed India Partners. Baik OYO dan SoftBank belum memberikan komentar terkait laporan dari New York Times tersebut.
“Ini adalah satu-satunya perusahaan dari India yang mengglobal dalam skala besar,” Satish Meena, analisis senior untuk firma riset Forrester di New Delhi. Satish pun juga berkomentar bagaimana cara bisnis OYO bekerja “tapi sampai sekarang, ada keraguan serius tentang model bisnis (OYO).”
Saat ini, OYO diklaim sebagai salah satu perusahaan baru yang paling menjanjikan di India, dengan nilai $ 10 miliar. Untuk bagiannya, Agarwal memiliki 30% dari perusahaan.
Di bawah arahan dari pimpinan SoftBank Masayoshi Son, ia memiliki strategi pertumbuhan yang agresif kepada OYO yang ia sebut sebagai pertama. Bahkan dikabarkan ia baru-baru ini menghapus miliaran dolar dari investasi lain seperti WeWork.
OYO melaporkan kerugian bersih sebesar 23,85 miliar rupee atau setara US$332 juta (Rp 4,65 triliun) pada tahun yang berakhir Maret 2019, dihitung dari periode ekspansi cepat ke pasar internasional seperti Cina, AS, dan Inggris. (*)