HOTEL

Tsunami COVID-India, Keprihatinannya Terasa Hingga Indonesia.

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Penambahan kasus baru COVID-19 di India belum menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Peneliti dari Indian Institute of Technolog (IIT) membuat prediksi puncak gelombang kedua ini kemungkinan baru akan terlihat di pertengahan atau akhir Mei 2021.

Paruh ke dua bulan Mei ini kasus aktifnya diprediksi akan mencapai lebih dari 1 juta. Profesor Maninder Agrawal dari IIT menjelaskan ia membuat prediksi berdasarkan model Susceptible, Undetected, Tested, and Removed Approach (SUTRA).

Pada dasarnya model ini menghitung seberapa banyak orang yang sakit bisa bertemu dengan orang lain, tingkat paparan populasi terhadap pandemi, serta rasio kasus terdeteksi dan tidak terdeteksi.

“Puncak gelombang sekitar 14-18 Mei untuk kasus aktif dan 4-8 Mei untuk kasus infeksi baru. Nilai puncaknya sekitar 3,8 sampai 4,8 juta kasus aktif dan 340.000 sampai 440.000 kasus baru harian,” kata Agrawal seperti dikutip dari Mint.

Akibat ledakan kasus COVID-19, warga India kini mulai kehabisan kasur di rumah sakit, obat-obatan, hingga tabung oksigen. Melihat penanganan pemerintah tak kunjung berimbas baik, dokter-dokter khawatir kondisi akan semakin memburuk sampai 2 minggu ke depan.

“Situasinya kritis sekarang. Pandemi ini adalah yang terburuk yang pernah kami lihat sampai sekarang. Dua minggu ke depan akan menjadi neraka bagi kami,” ujar dr Shaarang Sachdev dari Rumah Sakit Khusus Perawatan Aakash, dikutip dari Sky News.

Berita dari India yang menyebar ke seluruh dunia dengan cepat diantisipasi banyak negara dengan tidak menerima wisatawan asing maupun warganya sendiri yang pulang dari India. Australia bahkan tidak membolehkan 9000 an warganya yang berada di India untuk kembali ke negaranya.

 

Keluarga Messa Hakiki sudah staycation tahun lalu sehingga saat COVID-19 gelombang baru di India merebak sang anak ikut prihatin dan batalkan staycation Lebaran kali ini

Batalkan  staycation

Di Indonesia, tsunami COVID-19 ikut mendorong Messa Hakiki untuk memilih berlibur Lebaran dengan staycation.  Lebaran kali ini sebagian orang memutuskan untuk tinggal di rumah demi keamanan. Beberapa memilih kegiatan berlibur dekat rumah atau staycation sesuai ajuran pemerintah untuk tidak mudik.

Ibu tiga anak lelaki tingkat SD dan SMP yang berbisnis kuliner dan parfum wanita ini mengatakan sempat tergoda untuk staycation dan booking untuk private villa.

“Lihat anak-anak butuh lahan main yang lebih luas sempat tergoda juga untuk staycation seperti tahun lalu dan memilih ke villa, bawa makanan sendiri. Jadi tidak bertemu banyak orang atau harus ke restoran yang ramai,” kata Messa Hakiki, warga Kompleks MPR, Jakarta Selatan.

Sempat booking villa tapi qodarullah angka covid masih tinggi jadi dibatalkan. Namun sebelum kasus tsunami COVID-19 di India kembali merebak, dia dan keluarga sempat dua kali ganti suasana dengan staycation saat weekday di hotel kawasan Lido, Jawa Barat, tambahnya.

Setelah ada vaksinasi dan orangtua didahulukan untuk vaksinasi, Messa mengaku agak longgar bersikap pada tiga anaknya untuk ikut belanja ke supermarket karena mereka sehari-hari memang hanya beraktivitas di dalam rumah.

” Setelah lebih dari setahun, barulah anak-anak ke Alfamart atau Indomaret belakangan ini selama bulan puasa saja karena benar-benar saya jaga untuk tidak berada di tempat umum,” kata Messa.

Dia menyadari bahwa ketiga jagoan ciliknya butuh recharge, refreshing namun apa yang dialami keluarga di India sangat memprihatinkan. Ketiganya paham pula tidak ada libur Lebaran masa pandemi di tahun ke dua ini sebagai kepedulian mereka atas gelombang kedua COVID yang menimpa India, negara berpenduduk 1,2 miliar orang itu.

“Alhamdulilah, tidak mudik ke Surabaya, daerah asal suami juga tidak masalah. Kita lebih meningkatkan kepedulian umat terhadap Muslim di sana juga,” tegasnya.

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)