JAKARTA, bisniswisata.co.id: Salah satu tonggak penting dalam sejarah sport tourism Indonesia adalah penyelenggaraan balap sepeda Tour de Singkarak ( TdS) yang mulai diluncurkan tahun 2009 dan dilihat dari berbagai ukuran kesuksesan seharusnya bisa berumur panjang.
Namun yang terjadi sebaliknya rendahnya tingkat sadar wisata dikalangan pejabat di Sumatera Barat membuat event yang telah dibangun selama 10 tahun menjadi vakum hingga sekarang seolah tak mampu bangkit lagi setelah COVID-19.
Tour de Singkarak (TdS) sempat menjadi ikon sport tourism Indonesia, tetapi pelaksanaannya kurang konsisten dari sisi tahunan dan dukungan lintas pihak terutama pemerintah daerah setelah pandemi.
Padahal ukuran keberhasilan dari aspek pariwisata menjadi jembatan promosi destinasi karena pada TdS 2013, tahun penyelenggaraan yang dinilai terbaik diikuti oleh 20 tim dari 14 negara, melintasi 16 kabupaten/kota di Sumatera Barat.
Acara ini menampilkan keindahan alam seperti Danau Maninjau, Lembah Harau, Bukittinggi, dan Pantai Carocok — semuanya disiarkan secara internasional lewat media dan televisi.
Hasilnya Sumatera Barat semakin dikenal sebagai destinasi sport tourism dunia, bukan hanya wisata budaya dan kuliner dengan madakan rendang yang makin mendunia, dampak kunjungan wisatawan juga meningkat.
Data Dinas Pariwisata Sumbar menunjukkan peningkatan wisatawan domestik dan mancanegara sekitar 10–15% pada tahun itu.
Banyak wisatawan datang tidak hanya sebagai penonton lomba, tapi juga memperpanjang masa tinggal untuk berwisata yang menjadi indikator keberhasilan pariwisata berkelanjutan.
Sementara itu dari sisi ukuran ekonomi maka peningkatan pendapatan dari event Tour de Singkarak memutar ekonomi di sektor hotel, restoran, transportasi lokal, dan UMKM sekitar Rp 70–80 miliar selama event berlangsung.
Pemerintah daerah menilai TdS 2013 jauh lebih efisien dibanding promosi pariwisata konvensional karena efek publikasinya luas. Sementara dari branding ekonomi kreatif banyak produk lokal — seperti tenun, songket, makanan khas Minang — tampil dalam side events dan bazaar di setiap etape, memperkuat citra ekonomi kreatif daerah.
Untuk ukuran olahraga atau sporting success nya terutama kualitas kompetisi internasional maka TdS 2013 masuk dalam kalender resmi Union Cycliste Internationale (UCI), kategori 2.2, artinya diakui sebagai ajang balap profesional internasional.
Rute sepanjang 1.181 km menantang dan indah, kombinasi ideal antara sport dan tourism. Pembalap dari Jepang, Iran, Australia, dan Indonesia bersaing ketat menandakan kompetisi berkualitas tinggi.
Pembalap Indonesia berhasil masuk dalam peringkat baik di beberapa etape, menunjukkan perkembangan kemampuan atlet lokal. untuk ukuran publikasi event ini diliput oleh lebih dari 200 media nasional dan internasional, termasuk ESPN Asia, Trans7, dan media ASEAN.
Keberhasilan penyelenggaraannya menjadi pemberitaan positif tentang keamanan, keindahan alam, dan keramahan masyarakat Sumatera Barat sehingga memperkuat nation branding Indonesia.
Dari ukuran sosial dan budaya TdS telah menyemangati warga lokal terutama di sepanjang rute aktif menyambut peserta baik berupa atraksi budaya, tari-tarian, dan festival kuliner yang memperkuat rasa bangga. Partisipasi sosial seperti ini menjadi salah satu kunci keberhasilan sport tourism.
Apalagi bagi masyarakat, sebelum penyeleng-garaan maka ruas-ruas jalan dan fasilitas umum diperbaiki di banyak kabupaten, terutama yang menjadi titik start dan finish. Infrastruktur tersebut kemudian dimanfaatkan masyarakat setelah event selesai.
Walaupun sukses besar, beberapa tantangan masih ada hingga sekarang terutama Koordinasi antar daerah kadang belum optimal (karena melibatkan banyak kabupaten/kota). Promosi digital masih terbatas pada saat itu (belum maksimal di media sosial global) dan sustainability plan belum cukup kuat untuk menjaga momentum pariwisata pasca-event.
Ibarat pepatah sekali berlayar , dua – tiga pulau terlampaui maka dari satu event ini promosi pariwisata, dampak ekonomi, kualitas event, publisitas media, partisipasi masyarakat dan event keberlanjutan sudah langsung dirasakan hasilnya oleh Pemda dan masyarakat. Pertanyaannya kemudian adalah mengapa penghasil milyaran rupiah ini tidak diperjuangkan kelanjutannya ?.
Padahal kalau mengulik sejarah singkat TdS sejak awal tujuan awalnya adalah mempromosikan Danau Singkarak sebagai ikon pariwisata Sumatera Barat. Sekaligus memperkenalkan konsep baru di Indonesia: sport tourism berbasis alam dan budaya.
Faktor penting TdS pertama pada 29 April-3Mei itu antara lain event ni masul kategori UCI: 2.2 (masuk kalender resmi UCI Asia Tour), Peserta: 15 tim dari 10 negara. Rute: sekitar 459 km, melintasi kota dan kabupaten utama di Sumatera Barat, seperti Padang, Bukittinggi, Sawahlunto, dan Solok.
Pemenang pertama: Ghader Mizbani (Iran) dan pemenang meraih total hadiah: sekitar US$60.000 dimana saat itu termasuk besar untuk event Asia Tenggara
Dampak langsung setelah event pertama adalah TdS menjadi branding pariwisata Sumbar yang sangat kuat; setelah itu, event berkembang lebih besar tiap tahun.
Tahun 2010–2019, cakupan rutenya semakin luas, Namun sejak 2020 (karena pandemi COVID-19), pelaksanaannya terhenti beberapa kali, lalu tidak konsisten dalam kalender nasional hingga sekarang.
Dari 2009 sampai 2019, TdS relatif aktif tiap tahun. Tidak ada tahun dengan info resmi bahwa acara dibatalkan selain setelah 2019.Keberlanjutan yang kuat selama satu dekade penuh menunjukkan dukungan pemerintah, komunitas, dan fasilitas yang memadai (infrastruktur, rute, sponsor).
Diakui pandemi COVID-19 menjadi titik di mana konsistensi terganggu: 2020 vakum, dan 2021 direncanakan tetapi belum jelas sampai mana persiapan kelanjutannya, begitu juga 2023 akan dilaksanakan namun hingga 2025 masih tinggal dalam ingatan alias belum ada kelanjutan.
Sadar wisata ternyata sebatas dipahami oleh para pengelola desa wisata atau tetap milik rakyat bukan dalam tekad pejabat maupun para saudagar Minang yang berjaya di dalam dan mancanegara. Mereka belum mampu memperjuangkan event tahunan yang mampu mensejerahterakan rakyatnya sendiri seperti janji-janji kampanye yang menempatkannya sebagai Kepala Daerah.
Bangsa Indonesia yang dimata dunia kini menjadi bangsa yang punya mental dan tekad kuat karena kesetiaannya mengawal kemanusiaan bangsa Palestina srmoga menjadi inspirasi bagi pejabat dan rakyat Sumbar untuk menjadikan TdS kembali mendunia. Ayo tunjukkan nyali dan nurani bangkitkan lagi sport tourism kebanggaan. Semoga!
.









