NEWS

Seberapa Efektif Memikat Pelancong dengan Berbagai Insentif?  

Di era pandemi COVID-19, banyak insentif ditawarkan bagi pelancong (foto: vermilion events)

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Sejak Maret lalu, seluruh dunia memberlakukan aturan lockdown. Hampir semua orang sudah empat bulan ini terjebak di dalam rumah. Hasrat untuk kembali melakukan perjalanan pun cenderung membuncah. 

Namun untuk saat ini perjalanan wisata masih belum sepenuhnya bisa dilakukan. Yang terjadi,  banyak orang kini mulai membuat list tempat-tempat yang hendak mereka kunjungi kelak jika aturan lockdown dilonggarkan.

Perlahan tapi pasti, sejumlah negara mulai melonggarkan aturan lockdown. Perbatasan pun mulai dibuka, hotel dan resort sudah menerima tamu. Prospek perjalanan ke depan pun semakin nyata.

Sudah berbulan-bulan pelaku bisnis pariwisata tak mendapat income. Seiring waktu, kini sejumlah destinasi mulai menawarkan paket-paket menarik untuk memikat calon wisatawan.

Cancun, di tenggara Meksiko misalnya, meluncurkan kampanye “Come to Cuncun 2 x 1”. Artinya, pelancong yang menginap di sana selama dua malam cukup membayar tarif untuk satu malam plus refund ongkos tiket pesawat bagi siapa saja yang bisa membawa teman.

Bulan lalu, pemilik kasino Derek Stevens bahkan menyediakan lebih dari 1.000 penerbangan ke Las Vegas untuk mendorong dibukanya kembali pariwisata domestik Amerika Serikat. Sementara itu di Thailand, Cape Fahn Hotel, sebuah resort mewah di Pulau (privat) Koh Samui, menawarkan paket “Buy 1 Get 1 Free”.

Seolah menyadari keadaan pelancong yang sedang dalam keadaan sulit tapi masih harus mengeluarkan dana untuk penerbangan dan akomodasi, negara  Balkan Bulgaria menggratiskan semua fasilitas sewa seperti kursi berjemur, payung, bahkan meja di pantai-pantai top mereka.

Di Swiss, otoritas pariwisata di Jenewa meluncurkan “Geneva Boxes”, yakni semacam paket wisata dalam kota dan hotel dengan potongan sampai 65%.  Jadi, saat ini banyak pilihan paket yang bukan hanya menawarkan diskon besar-besaran, di beberapa kasus bahkan betul-betull gratis.  

Sejumlah negara memilih untuk meluncurkan kampanye kompetitif mendeklarasikan negaranya aman dikunjungi. Kampanye ini bertujuan untuk meyakinkan pelancong yang belum merasa sepenuhnya yakin untuk bepergian setelah pandemi COVID-19. 

Uzbekistan, negara di Asia Tengah, misalnya bahkan bersedia membayar pengunjung yang terkontraksi COVID-19 selama mereka berlibur di sana. Pemerintah Uzbekistan berharap kampanye “Uzbekistan: Safe Travel Guaranteed” dapat meyakinkan pelancong untuk datang berkunjung. Mereka menjanjikan kompensasi sebesar 3.000 dollar AS bagi setiap wisatawan yang terinfeksi COVID-19.

Sementara itu Pulau Mediterania Siprus membuka kembali perbatasannya dengan negara-negara tertentu pada Juni. Mereka juga berjanji akan menutup seluruh biaya penginapan, makanan, minuman, dan obat-obatan bagi pengunjung yang dinyatakan positif COVID-19 selama mereka melancong di sana.

Namun, apakah segala insentif ini cukup memadai untuk meyakinkan pelancong kembali melakukan perjalanan wisata?

Sebuah survei yang dilakukan Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) baru-baru ini menunjukkan 45% responden menyatakan mereka berharap bisa kembali melakukan perjalanan dalam beberapa bulan ke depan setelah pandemi mereka. Sementara 33% lainnya masih belum berminat bepergian karena takut tertular virus yang perilakunya masih misterius tersebut.

Joanna Lord, Chief Marketing Officer untuk perusahaan search engine Skyscanner, mengatakan bahwa insentif, khususnya potongan harga, merupakan cara sederhana dan efektif untuk menciptakan permintaan, tetapi seiring berjalannya waktu, pelancong akan lebih mempertimbangkan soal keamanan ketimbang harga.

“Dalam jangka pendek, diskon biaya penerbangan dan akomodasi akan cenderung menjadi biasa. Perusahaan penyedia perjalanan memulai kembali cash flow mereka dengan merangsang permintaan,” kata Lord kepada CNN Travel.

 

Rin Hindryati