Ramlan Abdullah ( kedua dari kiri) diapit oleh T Rusli Ahmad, Ketua PWNU Riau dan CEO PT.Shali Riau Lestari, Martha Uli Emilia saat peletakan batu pertama Ponpes Santri Tani NU
SELATPANJANG, bisniswisata.co.id: Tanggal 15 April 2022 adalah hari bersejarah bagi Ramlan Abdullah, seorang pemuda desa yang lahir didesa Centai Kecamatan Pulau Merbau , 56 tahun lalu. Hari ini dimulailah peletakan batu pertama pendirian Pondok Pesantren Santri Tani NU pertama di Riau.
Ramlan mengatakan di daerah asalnya ini ketertinggalan dibidang pembangunan , sarana dan prasaran masih sangat terasa disana sini bahkan ditanah kelahirannya yaitu Kecamatan Pulau Merbau termasuk daerah 3 T yaitu terluar , tertinggal dan termiskin.
“Saya merasa miris melihat Pulau Merbau sampai sekarang masih minim pembangunan meski hal ini tidak membuat kami masyarakat berpangku tangan atau hanya merenung sedih,”
Akibat minimnya sarana dan prasarana membuat tanah kelahirannya lambat berkembang disegala bidang. Berbekal niat dan keinginan untuk.memajukan pulau Merbau maka perlu perhatian pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan tentunya Pemerintah Pusat, swasta dan pemangku kepentingan lainnya.
Santri Tani Nahdatul Ulama ( Santan NU) lahir dari gagasan besar seorang tokoh muda Riau T Rusli Ahmad.SE.MM, anak Melayu yang memiliki sejuta gagasan untuk tanah kelahirannya Riau.
Bak gayung bersambut, Ramlan yang menjabat Ketua PCNU Kepulauan Meranti menangkap ide dari Rusli Ahmad, Ketua Tandfiziah PWNU Riau periode 2015-2020 yang kemudian terpilih kembali secara aklamasi pada Konferwil Nahdlatul ulama Desember tahun lalu untuk periode kedua 2022-2027.
Setelah berpikir jernih dan mengunjungi para ulama di Riau dan Pulau Jawa akhirnya Ramlan Abdullah membentuk/ mendirikan Santri Tani NU. ” Pemikirannya jika kita hanya konsentrasi mengurus agama saja tapi lupa mengurus ekonomi maka kita akan tertinggal dan ditinggal, agama dan ekonomi harus seiring,” ungkapnya.
Sesuai dengan nama Santri Tani NU sudah tentu melekat dengan nama besar organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama ( NU). Setelah Santan NU terbentuk dan berbadan Hukum maka peluang untuk mengembangkan diseluruh Indonesia harus di dorong, tekadnya.
Peluang ini cepat mendapat respon diKabupaten Meranti. Pada awalnya Santti Tani NU kab Meranti dinakhodai DR.H.Kamsol.MM saat itu menjabat sebagai Sekda Kab Meranti.
” Sekitar satu tahun pak Kamsol bertugas di Kab. Meranti lalu pindah tugas sebagai Kadisdik provinsi Riau. jabatan ketua DPC Santan NU yang kosong kemudian dijabat Wakil Bupati Meranti AKBP ( Purn ) H.Asmar masa bakti 2020-2025
Pemekaran Wilayah
Kota Selatpanjang merupakan pusat pemerintahan kabupaten Kepulauan Meranti. Duhulu merupakan salah satu bandar yang paling sibuk dan terkenal perniagaan di dalam Kesultanan Siak.
Bandar ini sejak dulu telah terbentuk masyarakat heterogen, terutama suku Melayu dan Tionghoa, karena peran antar merekalah terbentuk erat dalam keharmonisan kegiatan kultural maupun perdagangan.
Semula bagian dari Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Kepulauan Meranti kini terdiri dari Pulau Tebing Tinggi, Pulau Padang, Pulau Merbau, Pulau Ransang, Pulau Topang, Pulau Manggung, Pulau Panjang, Pulau Jadi, Pulau Setahun, Pulau Tiga, Pulau Baru, Pulau Paning, Pulau Dedap, Pulau Berembang, Pulau Burung.
Luas kabupaten Kepulauan Meranti adalah 3.707,84 km², sedangkan luas kota Selatpanjang adalah 45,44 km². Adapun nama Meranti diambil dari nama gabungan “Pulau Merbau, Pulau Ransang dan Pulau Tebing Tinqggi”.
Pesisir pantainya yang berbatasan dengan sejumlah negara tetangga dan masuk dalam daerah Segitiga Pertumbuhan Ekonomi (Growth Triagle) Indonesia – Malaysia – Singapore (IMS-GT ) dan secara tidak langsung sudah menjadi daerah Hinterland Kawasan Free Trade Zone (FTZ) Batam – Tanjung Balai Karimun.
Untuk memanfaatkan peluang dan keuntungan posisi geografis dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah perbatasan dengan negara tetangga Malaysia dan Singapura, maka wilayah kabupaten Kepulauan Meranti sangat potensial berfungsi sebagai Gerbang Lintas Batas Negara/Pintu Gerbang Internasional yang menghubungan dengan Riau daratan dengan negara tetangga melalui jalur laut.
Pemekaran wilayah sudah terwujud menjadi Kabupaten tersendiri bukan di bawah Bengkalis lagi. Namun faktanya, Kabupaten Kepulauan Meranti hingga kini mengalami ketertinggalan dibidang pembangunan , sarana dan prasarana.
Padahal Provinsi Riau adalah provinsi yang kaya karena hasil sumber daya alamnya termasuk minyak dan gas bumi.
“Infrastruktur buruk dan sebagian wilayah masih terisolir disana- sini bahkan ditanah kelahiran saya Kecamatan Pulau Merbau termasuk daerah 3 T yaitu Terluar, Tertinggal dan Termiskin,” jelas Ramlan Abdullah.
Tak heran muncul keinginan untuk mandiri masyarakat Selatpanjang muncul sejak tahun 1958. Kehendak masyarakat Selatpanjang ( kecamatan Tebing Tinggi), Kecamatan Merbau dan Ransang sebagai Ex Kewedanaan sudah lama dicita- citakan
Pada tahun 1999 masyarakat gabungan tiga kecamatan melaksanakan musyawarah besapr (MUBES) untuk meneruskan cita- cita para tokoh terdahulu melanjutkan perjuanggan pemekaran daerah otonom.
” Saat saya merantau di Jakarta itulah dorongan kuat masyarakat untuk mandiri sangat kuat terutama ketika tahun 1998 terjadi reformasi sistem pemerintahan di Indonesia secara dramatis, yang diantaranya ditandai dengan perubahan sistem penyelenggaraan pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi,” kata Ramlan yang merantau ke Jakarta sejak tahun 1985.
“Kalau diingat perjuangan pemekaran itu saya bolak balik ke gedung DPR RI mencari informasi, melobi anggota DPR-RI, menyusun strategi agar keinginan menjadi daerah otonom terwujud,” jelasnya mengenang saat merantau di ibukota negara.
Dia ingat saat itu desentralisasi diyakini dapat mewujudkan keadilan di bidang politik (political equity), mewujudkan tanggung jawab pemerintah daerah (local accountability) dan demokratisasi yang didasari pertimbangan bahwa pemerintah daerah lebih tahu persoalan masyarakatnya.
“Tahun 1999 di Selatpanjang nuansa politik dan aspirasi masyarakat mengaum ngin melepaskan diri dari kabupaten induk yaitu kab Bengkalis” kenangnya..
Berkat kerja keras dan perjunggan seluruh .masyarakat tepat pada tgl 19 Desember 2008 lahirlah kabupaten Kepulaun Meranti melalui rapat paripurna DPR RI Undang – undang no 12 Tahun 2009
Sekarang kabupaten kepulaun Meranti sudah berusia 13 tahun 3 bulan. Jika kita umpamakan seorang anak laki- laki tentu usia 13 tahun lebih sudah remaja pasti sudah banyak maunya nya tapi pikiran belum dewasa dan Mateng
Apalagi akibat minimnya sarana dan prasaran membuat pulau Merbau lambat berkembang disegala bidang, berbekal niat dan keinginan untuk.memajukan pulau Merbau terutama dalam hal sumber daya manusia lahirlah konsep SantribTani.
“Perlu perhatian dan kerja bersama pemerintah daerah terutama Pemprov, Pemkab Kepulauan Meranti dan dukungan Pemerintah Pusat agar daerah terisolir jadi terbuka dan rakyat hidup sejahtera. Soalnya
tugas membangun daerah terisolir harusnya mendapat prioritas dari semua pihak termasuk pihak ssasta ,” tegas Ramlan Abdullah 6
Santri Tani NU
Sebagai salah seorang pendiri kabupaten, Ramlan merasa miris melihat pulau Merbau sampai sekarang masih minim pembangunan, meski hal ini tidak membuat masyarakat Pulau Merbau. Kabupaten Kepukauan Meranti berpangku tangan atau hanya merenung sedih.
Berbekal lahan satu hektar yang dihibahkan kepala sekolahnya waktu duduk di SDN Centai yaitu H. M.Yakop, Rsmlan menggalang peran aktif masyarakat untuk mengejar ketertinggalan.
“Dengan lahan yang satu hektar itu kami mengadakan rapat dengan pemuda dan para kepala desa untuk memaksimalkan agar lahan itu benar- benar bermanfaat sebagai sarana pendidikan agama dan lahan pertanian,” ujarnya.
Dalam perjalanan yang singkat sejak medio akhir September tahun lalu, lahirlah Yayasan yang mengelola pondok itu nanti yaitu Yayasan Binaun Nahdlatul Umah Kabupaten Meranti yang secara legitimasi sudah lengkap berbadan hukum dan kini pembangunan Ponpes dimulai.
“Semoga cita-cita kami terwujud, kelahiran Santri Tani atau Santan NU di Pulau Merbau menjadi inspirasi bagi seluruh kabupaten/kota di Riau untuk membuat ponpes karena target kami di seluruh Indonesia ada 1000 Ponpes Santan NU,” tegasnya.
“Ponpes yang mengembangkan konsep wirausaha ( entrepreneurship) dimana lulusannya sebagai pencipta lapangan kerja bukan pencari kerja,” kata Ramlan optimistis.