DAERAH

Pengalaman Asyik Tersesat di Taman Labirin Coban Rondo Malang  

Jangan taku tersesat di Taman Labirin Coban Rondo (foto: pegipegi)

MALANG, bisniswisata.co.id: Malang terkenal sebagai salah satu kota wisata yang ciamik di Jawa Timur. Udaranya yang sejuk serta kota yang tertata rapi menjadi daya pikat banyak wisatawan. Kota yang berjarak sekitar 95 kilometer dari Surabaya ini memiliki sejumlah wisata outdoor. 

Salah satu yang baru-baru ini ramai dibicarakan adalah Taman Labirin Coban Rondo. Di Taman Labirin ini anda dapat bermain petak umpet bersama kerabat atau teman, bahkan tersesat di antara tembok yang terbuat dari tanaman hijau setinggi 2 meter. Pengunjung dipastikan akan sulit mengintip jalan keluar. Jadi, bersiaplah untuk tersesat.

Bermain di Taman Labirin dapat menjadi obat terbaik untuk sejenak melepas penat, stress, dan kejenuhan selama menjalani hidup di tengah pandemi COVID-19.

Saat Anda tersesat di labirin lalu berhasil menemukan jalan keluar, itu menjadi saat yang sempurna untuk melepaskan tawa, canda, dan kegembiraan.

Tapi, jangan membayangkan Taman Labirin di Kota Malang ini serumit taman serupa yang muncul dalam film-film terkenal seperti Harry Potter atau Alice in Wonderland. Meski demikian berjalan di labirin tetap menarik, apalagi jika dijelajah bersama keluarga, teman, dan kerabat.

Taman labirin ini buka mulai pukul 08.00 hingga 17.00 sore. Harga tiketnya pun cukup murah, yakni Rp 10.000 per orang.  Lokasi taman berjarak 12 km dari Kota Batu atau sekitar 24 km dari Kota Malang,  dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. 

Taman ini sebenarnya merupakan bagian dari wisata air terjun Coban Rondo yang telah dibuka sejak 1980-an. Namun baru pada 2002, objek wisata air terjun itu benar-benar serius dikelola oleh sebuah perusahaan di bawah Perhutani yang berkonsentrasi pada sektor wisata, PT Palawi Risorsis.

Coban Rondo secara harfiah berarti Air Terjun Janda. Sesuai namanya, ada legenda yang berkembang di masyarakat lokal tentang kisah seorang janda, Dewi Anjarwati.

Dekat air terjun itu ada sebuah batu besar yang dipercaya sebagai tempat duduk sang janda saat menunggu sang suami.

Ceritanya berawal ketika Dewi Anjarwati yang baru saja menikah dengan Raden Baron Kusuma, mengajak suaminya berkunjung ke Gunung Anjasmara.

Usia perkawinan mereka sebenarnya baru mencapai 36 hari atau dikenal dengan istilah selapan. Rencana perjalanan mereka sempat dilarang kedua orang tua Dewi, tetapi keduanya bersikeras melanjutkan keinginannya. 

Di tengah jalan, pasangan suami istri itu bertemu dengan Joko Lelono yang terpikat dengan kecantikan Dewi Anjarwati dan berusaha merebutnya dari tangan Raden Baron.

Perkelahian pun terjadi, Raden Baron lalu meminta agar Dewi Anjarwati bersembunyi di tempat yang ada air terjunnya. 

Perkelahian sengit selama tiga hari tiga malam terjadi antara Joko Lelono dan Raden Baron. Hingga akhirnya keduanya sama – sama tewas.

Sejak saat itu, Dewi Anjarwati berstatus janda atau rondo. Nah, air terjun tempat Dewi Anjarwati menunggu suaminya itu pun diberi nama Coban Rondo, yang artinya air terjun janda. 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)