Selamat Jalan Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung

this formate

SANUR, akhir tahun 1971.

Sepeda motor Honda 90cc berwarna biru itu berhenti di depan saya di bawah pohon kelapa.

“Dik, adik mandor di sini?”

Saya menjawab dengan sikap hormat, “Betul pak, saya tukang menerima truk pasir dan batu.” Beliau melanjutkan lagi,”Mau bangun hotel orang Bandung, yang punya restoran di utara “pengkolan” (kelokan –Red) ke Segara itu?”

Saya menjawab lagi dengan sikap yang sama,“ Betul pak, nama beliau pak Sjachrum Jahja (ejaan lama).”

“Adik namanya siapa?” sambung beliau lagi.

Saya menjawab:” Saya Paul pak…”

Beliau masih melanjutkan lagi, “Nanti kalau ada waktu main-main ke Selatan, ke tempat saya ya. Saya juga lagi bersih-bersih, rencana mau bangun hotel juga. Itu di sebelah Tanjung Sari, lewat sedikit, itu tempat saya. Kalau mau lewat pantai, itu lebih baik lagi. Saya Tjetana, Ida Bagus Tjetana Putra. Saya pegawai Hotel Bali Beach, bagian Personalia.”

Saya mencatat nama itu, di dalam hati dan berjanji akan datang ke sana. Pasti. Lalu beliau menstater hondanya dan pamit menuju ke Selatan. Waktu itu baru ada jalan setapak. Belum ada jalan aspal. Yang lewat, hanya 1-2 orang saja.

Itulah kesan pertama pertemuan saya dengan Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung.

Sahabat, setelah beliau meninggalkan saya, saya mendapat kesan yang mendalam. Orangnya sederhana, nada bicaranya sangat lembut. Selama berbicara beliau memperhatikan saya yang hanya berbaju kaos, dan sendal jepit tetapi menempatkan saya sebagai lawan bicara tanpa rasa perbedaan.

Saya berhadapan dengan seorang “Ida Bagus” pada saat itu — dari pengalaman saya– “ada rasa beda”, mungkin hanya pendapat dan perasaan pribadi saya.

Tiga hari kemudian, saya menyusuri pantai, melewati Hotel Tanjung Sari, terus ke Selatan ke tempat beliau. Saat itu beliau ada di sana. Saya langsung menyapa dan beliau kelihatan senang bertemu saya. Saya tidak lagi memakai sendal jepit, tetapi sepatu karet. Saya melihat bahwa di situ sudah ada beberapa tumpukan pasir, batu dan bata merah.

“Dik Paul, di sini nanti hotel kami.”

Saya mengangguk tanda mengerti. Lalu kami ngobrol ke sana kemari antara lain rencana pembangunan Gazebo nanti berapa kamar, apakah calon pegawai sudah ada yang semuanya saya menjawab dengan:”tidak tahu.” Karena memang saya belum tahu rencana selanjutnya. Lalu saya pamit pulang lagi ke Utara tempat saya bekerja. Kami masih tetap bertemu hampir setiap minggu, selalu di atas jam 3.00 sore.

Bulan Juli 1972, Hotel GAZEBO secara resmi dibuka. Sejak itu saya sangat sibuk di hotel. Suatu hari saya ingin menengok beliau di Selatan, di tempat beliau saya menemukan papan nama tertulis: “Santrian Beach Hotel”.

Memang beberapa hari sebelumnya saya mendengar suara gamelan yang ramai dan indah datang dari arah selatan, namun saya tidak tahu acara apa yang sedang berjalan di sana. Mungkin itu yang disebut “Melaspas.”

Bali Sanur Bungalow

Pada akhir 1972 bapak Sjachrum Jahja meminta saya untuk mendatangi pak Ida Bagus Tjetana Putra di hotel Santrian dengan membawa pesan agar datang berkunjung ke Gazebo, karena ada pertemuan. Yang hadir di sana adalah Bapak Ida Bagus Tjetana Putra, Bapak Ida Bagus Alit, ada 2 orang bapak  dari hotel di sebelah Selatan,– saya lupa nama beliau–  dan seorang ibu pemilik hotel di sebelah barat KFC.

Saya tidak tahu isi rapat. Yang hadir waktu adalah Pimpinan Bank Bumi Daya Denpasar. Dari pertemuan itu, sebagai orang yang masih muda dan hijau saya mendengar bisik-bisik bahwa pak Sjahrum memperkenalkan para pemilik hotel dengan Pimpinan Bank Bumi Daya tadi. Yang saya tahu – kemudian–  adalah hotel-hotel di Sanur dimerger dengan nama: Bali Sanur Bungalow, — kecuali Santrian Beach Hotel–.

Waktu berjalan sangat cepat. Tanpa saya duga, kami bertemu di Bangkok pada tahun 1982 dalam rangka Pata Mart. Sejak itu kami sering bertemu di pasar wisata di luar negeri di kota-kota negara Asean. Dan saya selalu mengirimkan wisatawan dari perusahaan yang saya pimpin di Jakarta ke Hotel Santrian.

Suatu waktu beliau menitip pesan melalui Kantor Perwakilan saya di Bali —di bawah pimpinan Pak Made Sutapa (Alm)—jika saya ke Bali, diminta “singgah’ ke Hotel Santrian (yang sekarang Hotel Grya Santrian).

Permintaan itu saya penuhi. Ketika bertemu — sambil makan malam–, kami ngobrol tentang wholesaler dan tour operator  agar secara berkesinambungan mengirim wisatawan ke Santrian. Saya mengatakan kepada beliau bahwa saya tetap akan mencoba dan memberikan perhatian khusus kepada Santrian Beach Hotel.

Janji saya baru dapat terpenuhi awal 1997 ketika saya menjadi agen dari sebuah wholesaler Amerika. Saya hanya menangani post tour ex Thailand dan Vietnam. Tidak banyak, mereka terdiri dari 4 couple, maksimal 6 couple kadang-kadang seminggu sekali. Mereka saya tempatkan di Grya Santrian. Selama saya beberapa kali ke Grya Santrian, saya tidak bertemu beliau. Selalu berselisih jalan.

Ketika tahun 2000, saya menempatkan group lain dari Amerika –tiap minggu 2 group, masing-masing 32-40 orang–, suatu saat saya bertemu dengan beliau. Beliau menegur saya bahwa mengapa saya tidak mendatangi beliau. Saya memang menghindar dengan mengatakan saya sering keluar daerah, –sebenarnya saya sungkan–. Saya menyaksikan keberhasilan beliau yang luar biasa. Saya ikut merasa bersyukur bahwa beliau mencapai keberhasilan itu dari kerja sangat keras.

Suatu hari di tahun 2001 saya bertemu dengan Sales Managernya Pak Made Suardana di area hotel. Pak Made membisiki saya, katanya:” Bapak bertanya, pak Paul mau apa –sebagai tanda terima kasih–.”

Saya bingung, saya tidak dapat menjawab. Tetapi saya harus memberikan jawaban. Saya mengangkat muka, di depan saya ada pisang hias. Saya mengatakan:” Saya mau pisang hias seperti itu.” Sambil saya menunjuk pohon pisang hias.

Pak Made tertegun, lalu mengatakan:”Baik pak, saya akan menyampaikan kepada Bapak.”

Sore hari ketika saya menerima telepon, ternyata Pak Made Suardana. Dari seberang saya mendengar:” Pak Paul, pohon pisangnya mau di tanam di mana?”

Saya asal menjawab:” Nanti kalau sudah datang, saya tanam sendiri pak.”

“Ohhhhh kami sudah di rumah pak, di sini ada tukang tanam yang siap menanam.”

Saya berpikir sebentar, lalu menjawab, “Baik pak, di sudutTimur depan. Tanam di situ, saya masih di Ubud.”

Ketika saya tiba di rumah, saya sangat kaget, dan juga terharu, karena ada dua pohon pisang besar, tinggnya kira-kira 7 meter. Saya mengira dibawakan anakan pisang yang tingginya 30 cm – 1 meter, itu sudah cukup. Ternyata yang dibawa harus dimuat di sebuah truk dengan lima tenaga gardener ditambah dengan Pak Made Suardana.

Menunggu Bade Melintas

Mendengar bahwa beliau berpulang, saya datang melayat bersama teman-teman dari Asita Bali.

Hari ini 8 Oktober 2021, saya melewati jalan yang biasa saya lalui jika ke kantor, para polisi LLAJR berada di setiap persimpangan jalan. Di sepanjang jalan masyarakat berkelompok dan ada yang duduk-duduk menunggu Bade (tempat jenasah yang hendak dikremasi) melewati rute tersebut. Itulah rute jalan “beliau” –dahulu– ketika mulai merintis membangun hotel, membangun pariwisata, membangun Sanur kampung halamannya dan membangun Bali serta Indonesia.

Di Perempatan Bali Beach saya menyaksikan anak-anak umur Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Mereka duduk-duduk di sana, saya menduga mereka menunggu Ida Pedanda “lewat”. Mereka mengetahui bahwa Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung tidak hanya membangun, mengurusi hotel untuk pribadi, keluarga dan keluarga besarnya. Tetapi juga membangun Desa Sanur melalui Yayasan Pembangunan Desa Sanur bersama tokoh-tokoh Sanur lainnya. Ikut membangun dan memperhatikan masyarakat banjar dan sekolah-sekolah. Masyarakat hadir, menunggu di pinggir jalan, rute prosesi upacara kremasi Ida Pedanda untuk menyampaikan matur suksema (ucapan terimakasih).

Tanpa terasa air mata saya jatuh. Terkenang wajah teduh, suara lembut dan tampilan sederhana Bapak Ida Bagus Tjetana Putra.

Selamat jalan Pioner Hotel di Sanur-Bali.

Selamat jalan Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung.

Surga, Nirwana menunggu Ratu di sana.

*Paul Edmundus Tallo, Ketua Umum DPP IINTOA

Bangladesh: Meskipun memiliki potensi besar, masalah sertifikasi menahan ekspor makanan halal

this formate

TBS Infograph

DHAKA, bisniswisata.co.id : Bangladesh tidak dapat mengeksplorasi potensi penuhnya di pasar makanan halal global karena masalah sertifikasi yang berkaitan dengan produk tersebut.

Dilansir dari Halalfocus.net, untuk mempercepat ekspor produk halal, Bangladesh Standards and Testing Institution (BSTI) telah mengumumkan akan mengeluarkan sertifikat kepada produsen tetapi belum memulai proses dalam tiga minggu terakhir.

Wakil Direktur BSTI Md Reazul Haque mengatakan kepada The Business Standard, “Pekerjaan sedang dilakukan untuk segera membentuk tim audit. Sementara itu, berbagai lembaga sedang mengajukan sertifikat halal.”

Sejak 2007, Islamic Foundation telah mengeluarkan sertifikat kepada sekitar 140 perusahaan yang memproduksi produk halal. Lebih dari 100 dari mereka terlibat dalam produksi dan pemasaran produk makanan. Mereka memiliki sekitar 700 produk merek halal.

Di samping perusahaan besar seperti Square, Pran, ACI, Bengal Meat dan Bashundhara, perusahaan multinasional seperti Nestle Bangladesh termasuk di antara produsen yang telah menerima lisensi dari Islamic Foundation.

Pejabat BSTI mengatakan mereka akan menerima jenis standar yang dipertahankan oleh negara-negara Muslim di seluruh dunia sehubungan dengan produk halal. Sebab, pasar ekspor menjadi target utama penerima sertifikat dari BSTI.

BSTI memiliki komite beranggotakan 13 orang yang memverifikasi standar berbagai produk dan menerbitkan sertifikat yang sesuai.

Tim audit akan dibentuk yang terdiri dari anggota komite ini, tenaga teknis, ulama Islam dan guru berpengalaman dari Universitas Islam.

Tim akan memantau berbagai bidang, seperti pengumpulan bahan baku, manufaktur, kondisi pabrik, kualitas produk, dan metode pemasaran.

Laporan pemantauan akan ditinjau oleh komite beranggotakan 13 orang dan sertifikat akan diberikan kepada perusahaan yang dapat memenuhi persyaratan. Jika ada kekurangan di pihak pelamar, mereka akan diberikan saran untuk memperbaikinya.

Karena tidak ada studi tentang pemasaran makanan halal di negara ini, produsen tidak memiliki banyak gagasan tentang hal itu. Tetapi mereka mengatakan bahwa sertifikat halal lebih berguna di ekspor daripada di dalam negeri.

“State of the Global Islamic Economy Report 2020/21” memberikan wawasan tentang pasar global untuk makanan halal. Laporan tersebut mencatat bahwa konsumen menghabiskan US$ 1,17 triliun untuk makanan halal di seluruh dunia pada 2019, yang 3,1% lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

Karena pandemi Covid-19, penjualan makanan halal diperkirakan turun 0,2% pada tahun 2020. Negara-negara Muslim mengharapkan penjualan tumbuh pada tingkat 3,5% per tahun menjadi US$ 1,38 triliun pada tahun 2024.

Pasar saat ini untuk produk halal, seperti makanan, kosmetik, pakaian dan obat-obatan, diperkirakan mencapai $ 2,02 triliun, menurut “State of the Laporan Ekonomi Islam Global 2020/21”.

Sejak lama, Yayasan Islam telah melakukan proses penerbitan sertifikat sesuai dengan standar negara-negara Islam, di mana semua proses seperti bahan baku, proses produksi, penyimpanan dan transportasi diamati dalam produksi barang sesuai dengan adat Islam sampai sampai ke tangan konsumen.

Personil di BSTI dan bagian administrasi obat juga tetap terkait dengan masalah verifikasi kualitas dalam menerbitkan sertifikat halal. Yayasan memberikan sertifikat selama tidak ada bahan haram dan berbahaya dalam produk.

Mengapa produk halal?

Para ahli mengatakan tema utama halal adalah menghasilkan produk berkualitas tanpa menambahkan bahan berbahaya bagi kesehatan dan tanpa menambahkan bahan yang dilarang dalam Islam.

Para ahli mengatakan produk halal adalah masalah kenyamanan fisik dan mental bagi komunitas Muslim. Ada anggapan bahwa rasa produk halal juga bervariasi.

Dr Md Monirul Islam, anggota direktur Dewan Penelitian Pertanian Bangladesh, telah lama melakukan studi tentang nutrisi dan kualitas produk makanan.

“Dalam Islam, gagasan utama halal adalah menyiapkan produk halal dan bergizi sesuai dengan instruksi terkait makan yang dianggap menenangkan tubuh dan pikiran,” kata Dr Monirul Islam kepada TBS.

“Tidak hanya di negara-negara Muslim tetapi juga di Eropa dan Amerika, permintaan produk halal semakin meningkat. Untuk memperluas pangsa pasar, kami tidak punya pilihan selain menghasilkan produk halal berkualitas dengan cepat.”

 

RI – Argentina Sepakat Kerjasama Jaminan Kualitas Produk Halal

this formate

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama Muhammad Aqil Irham dan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Argentina untuk Indonesia Gustavo Arturo Torres bahas kesiapan Kerja Sama Jaminan Kualitas Produk Halal Indonesia dan Argentina secara virtual, hari ini.

Dilansir dari halal.go.id, dalam pertemuan ini. Kepala BPJPH memastikan bahwa rumusan kerja sama bilateral yang akan segera ditandatangani kedua negara telah berkesuaian dengan ketentuan regulasi yang ada.

“Poin-poin kerja sama yang sudah didiskusikan panjang lebar yang kemudian dituangkan ke dalam draft MoU antara Indonesia dan Argentina sudah sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 yang mengatur tentang substansi kerja sama internasional Jaminan Produk Halal.” ungkap Muhammad Aqil Irham di Jakarta

Pernyataan tersebut disambut baik oleh Dubes Argentina Gustavo Torres. Oleh sebab itu, Gustavo berharap penandatanganan nota kesepahaman kerja sama atau Memorandum of understanding (MoU) kedua negara dapat dilaksanakan sesuai waktu yang telah disepakati bersama.

“Kami sangat senang pada akhirnya dapat menandatangani draft MoU kerja sama antara Argentina dan Indonesia dalam Jaminan Kualitas Produk Halal ini, sehingga dapat menunjang kerja sama produk halal kedua negara.” kata Gustavo.

Dia juga menyampaikan selamat kepada Muhammad Aqil Irham atas jabatan baru sebagai Kepala BPJPH yang diembannya sejak 1 Oktober 2021.

Muhammad Aqil Irham juga mengatakan bahwa rintisan kerja sama Jaminan Produk Halal antara antara Indonesia dan Argentina sejatinya telah berlangsung lama sejak BPJPH terbentuk pada tahun 2017. Proses kerja sama tersebut terus berlanjut atas dukungan dan fasilitasi dari Kementerian Luar Negeri.

“Alhamdulillah, saat ini sudah memasuki tahap akhir untuk menuju ditandatanganinya MoU antar negara yaitu antar pemerintah RI dengan pemerintah Argentina. Draf final MoU akan terlebih dahulu kami konsultasikan untuk mendapatkan persetujuan  Menteri Agama,” imbuh Muhammad Aqil Irham.

Ruang lingkup kerja sama tersebut mencakup pengembangan teknologi, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta penelitian dan pengembangan Jaminan Produk Halal. 

Sesuai usulan Argentina, MoU akan dilaksanakan dalam forum Indonesia-Latin America and the Carribean (INA-LAC) pada tanggal 14 Oktober 2021.

“Pada prinsipnya kami tidak keberatan, namun demikian tentu kami akan melaporkan dan memohon persetujuan Menteri Agama. Dan kami harapkan saat penandatanganan tersebut mudah-mudahan Pak Menteri Agama dapat hadir dan menyaksikan.” terangnya.

Hadir dalam pertemuan tersebut Kepala Pusat Kerja Sama dan Standardisasi Halal BPJPH Siti Aminah, dan Direktur Amerika II Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri Daryanto Harsono. 

Ada pula perwakilan dari Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Kemenlu, Direktorat Kerja Sama Bilateral, Kementerian Perdagangan, Biro Kerja Sama Badan Standarisasi Nasional (BSN), serta Biro Hukum dan Kerja sama Luar Negeri Kemenag. 

 

Kemlu Gelar  INACEE Business Forum, Hasilkan Transaksi Rp. 44 Milyar.

this formate

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Indonesia-Central and Eastern Europe Business Forum atau INACEE Business Forum untuk pertama kalinya diselenggarakan secara daring dan hasilkan kesepakatan bisnis bernilai USD 3,1 juta atau sekitar Rp. 44 milyar.

Forum diselenggarakan secara hybrid oleh Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa, Kementerian Luar Negeri, didukung Perwakilan RI di kawasan Eropa Tengah dan Timur, serta Kementerian dan Lembaga terkait pada Kamis (7/10/2021). 

Forum bertemakan Doing Business with Indonesia : Asia’s Economic Power House dihadiri secara virtual oleh lebih dari 300 peserta. Selain itu, 60 peserta lainnya hadir secara presensial di lokasi pelaksanaan kegiatan, 7 tamu undangan di antaranya adalah Duta Besar negara Eropa Tengah dan Timur di Jakarta. Kegiatan ini dilaksanakan dengan penerapan protokol kesehatan. 

Forum dibuka secara resmi oleh Menteri Luar Negeri, Retno L. P. Marsudi yang intinya menyampaikan tiga prioritas kerja sama Indonesia dengan kawasan Eropa Tengah dan Timur, yaitu memulihkan konektivitas dan mendukung interaksi bisnis, meningkatkan kemitraan di sektor-sektor potensial, termasuk ekonomi hijau dan memperkuat kerja sama bidang teknologi digital. 

Dua kesepakatan bisnis ditandatangani secara virtual, yaitu antara perusahaan Bulgaria Picco Ltd dan Sasa Indonesia (PT. Rodamas Inti Internasional) dengan nilai transaksi sebesar USD 1,4 juta atau sekitar Rp. 19,8 milyar untuk pembelian High Fat Desiccated Coconut. 

Penandatanganan kesepakat bisnis kedua antara perusahaan Ukraina SMART4B bekerja sama dengan PT Eksyar Berkah Jaya untuk membentuk asosiasi bisnis dan kerja sama dagang senilai USD 1,5 juta atau sekitar Rp. 21,3 milyar untuk pembelian sejumlah produk, seperti kopi, mocaf, dan lada putih.

Kedua transaksi bisnis tersebut dihadiri dan difasilitasi oleh Duta Besar RI untuk Ukraina merangkap Armenia dan Georgia, Yuddy Chrisnandi, dan Duta Besar RI untuk Bulgaria, Iwan Bogananta, yang juga secara virtual menyaksikan penandatangan perjanjian tersebut.

Lebih dari 30 temu bisnis individual secara virtual dilakukan dan dihasilkan kesapakatan transaksi bisnis antara sejumlah perusahaan Indonesia dan mitranya dari kawasan Eropa Tengah dan Timur sebesar USD 204.400 atau sekitar Rp. 2,9 milyar di sektor makanan, minuman, kosmetik (bulu mata), furnitur dan briket batu bara.

“Hingga selesainya forum bisnis pada pukul 20.00 WIB, 19 temu bisnis individual masih berlangsung membahas beberapa sektor seperti produk manufaktur, furnitur, pertanian, dan kerajinan tangan,” kata Duta Besar Ngurah Swajaya, Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri. 

INACEE Business Forum yang terdiri dari seminar bisnis dan business matching dilaksanakan dengan memanfaatkan platform ekonomi digital INA-ACCESS yang dikembangkan oleh Kementerian Luar Negeri. Platform ini untuk menjembatani interaksi pebisnis Indonesia dan Eropa Tengah dan Timur. 

Seminar bisnis menghadirkan 6 panelis dari Indonesia, Ukraina, Rusia, Hongaria dan Eurasian Economic Commission, serta pembicara kunci Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi. 

Menteri Perdagangan RI menyambut baik pelaksanaan forum bisnis ini sebagai momentum yang penting untuk meningkatkan hubungan perdagangan Indonesia dengan negara di Eropa Tengah dan Timur yang potensial dan menunjukkan trend kenaikan yang cukup signifikan dalam semester pertama tahun 2021. 

Pemulihan ekonomi nasional yang menunjukkan tren positif perlu dimanfaatkan dengan mendorong para pelaku usaha berinteraksi. Menteri Pedagangan juga mengundang pebisnis Eropa Tengah dan Timur untuk berpartisipas dalam Trade Expo Indonesia ke-36 yang diselenggarakan secara virtual tanggal 21 Oktober-4 November 2021 dan showcase produk hingga 20 Desember 2021. 

Kawasan Eropa Tengah dan Timur merupakan pasar tradisional dan non tradisional produk ekspor Indonesia. 20 negara yang tergabung dalam INACEE ini memiliki total jumlah penduduk sekitar 408 juta jiwa.

Pendapatan perkapita rata-rata di atas US$ 10.000 dengan total GDP gabungan di atas US$ 4 triliun. Negara-negara ini sekaligus berpotensi menjadi pintu masuk produk Indonesia ke Uni Eropa, Eropa Barat dan Selatan serta Asia Tengah. 

Dua puluh negara di kawasan ini adalah Albania, Armenia, Belarus, Bosnia & Herzegovina, Bulgaria, Ceko, Georgia, Hongaria, Kroasia, Makedonia Utara, Moldova, Montenegro, Polandia, Romania, Rusia, Serbia, Slowakia, Slovenia, Turki, dan Ukraina.

Tantangan utama yang dihadapi dalam kerja sama ekonomi dan perdagangan dengan kawasan ini adalah logistik yang saat ini menjadi masalah global, seperti kelangkaan kontainer dan ruang angkut kapal yang menyebabkan meningkatnya biaya pengiriman barang. 

Tantangan lainnya adalah kurangnya interaksi dan pemahaman dan informasi mengenai potensi masing-masing.Penyelenggaraan INACEE Business Forum ini untuk menjawab tantangan terkait interaksi. 

Platform digital INA-ACCESS dimaksudkan untuk meningkatkan interaksi secara virtual, termasuk menjadi permanent exhibitions untuk ribuan produk ekspor unggulan Indonesia, khususnya dari UMKM, dan informasi mengenai proyek-proyek investasi konkrit, serta destinasi pariwisata Indonesia kepada kawasan Eropa Tengah dan Timur. 

 

Pemimpin Pariwisata Bertemu di Maladewa Fokus Bahas Pariwisata Domestik.

this formate

MADRID, bisniswisata.co.id: Program Pelatihan Eksekutif tahunan UNWTO kembali fokus pada pemanfaatan kekuatan pariwisata domestik untuk mendorong pemulihan dan pertumbuhan destinasi di seluruh Asia dan Pasifik.

Dalam siaran persnya, UNWTO mengungkapkan di tahun ke-15, Program Pelatihan ini sekali lagi berfungsi sebagai platform terkemuka bagi para pemimpin pariwisata di kawasan itu untuk berjejaring dan kembangkan strategi untuk membimbing sektor ini ke depan. 

Acara tersebut menghadirkan perwakilan dari 25 negara, dengan enam (Afghanistan, Bangladesh, Iran, Sri Lanka, Mongolia, dan Nepal) bergabung dengan tuan rumah Maladewa untuk menghadiri sesi pelatihan secara langsung.

Sambutan politik tingkat tinggi

Sektor ini membutuhkan pemimpin yang dapat mengenali ide-ide yang akan membuat perbedaan, yang akan berinovasi dan mendukung wirausahawan dan pemula

Menteri Pariwisata Maladewa, Dr. Abdulla Mausoom membuka secara resmi Training Session, menyambut para delegasi yang ambil bagian secara langsung dan online.  

Lebih lanjut menyoroti dukungan politik tingkat tinggi negara tuan rumah untuk pariwisata,pimpinan UNWTO juga bertemu dengan Menteri dan rekan-rekannya untuk mempelajari lebih lanjut tentang rencana diversifikasi sektornya dan membuatnya lebih setara gender.

Dr Mausoom berterima kasih kepada UNWTO atas kesempatan untuk menjadi tuan rumah sesi pelatihan, menyoroti komitmen Maladewa untuk menumbuhkan kembali pariwisata secara berkelanjutan, dengan fokus pada mempromosikan kekayaan budaya, warisan dan keanekaragaman hayati pulau itu.  

Sekretaris Jenderal UNWTO Zurab Pololikashvili yang membuka acara tersebut menekankan bahwa, ketika pariwisata dimulai kembali di banyak bagian dunia maka sektor ini membutuhkan pemimpin yang dapat mengenali ide-ide yang akan membuat perbedaan, yang akan berinovasi dan mendukung wirausahawan dan start-up.

Inovasi dan kemitraan sektor swasta

Mencerminkan dimulainya kembali pariwisata domestik di depan pariwisata internasional, baik di Asia dan Pasifik maupun secara global, Program Pelatihan Eksekutif berfokus pada pemberdayaan destinasi dari semua ukuran untuk memanfaatkan tren ini.  

Sesi pembukaan berfokus pada manajemen destinasi dan dipimpin oleh pakar UNWTO bersama mitra utama termasuk Google, dan menampilkan studi kasus dari Bangladesh, Kamboja, Hong Kong, China, Indonesia, Iran, Mongolia, Pakistan, Sri Lanka, dan Vietnam.

Sesi ini diikuti dengan sesi yang berfokus pada peran inovasi dan kemitraan sektor swasta dalam menumbuhkan pariwisata domestik, dengan studi kasus yang dipresentasikan oleh perwakilan dari Bhutan, Macao, China, Maladewa, Myanmar, Filipina, Samoa, India dan China.

Membangun Dukungan UNWTO untuk Maladewa

Sejak Maladewa membuka kembali perbatasannya untuk pariwisata internasional pada Juli 2020, kedatangan wisatawan terus meningkat.  

Pada Februari 2021, UNWTO menandatangani perjanjian dengan Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA) untuk pelaksanaan proyek pemulihan pariwisata Maladewa, bekerja sama dengan pemerintah dan pemangku kepentingan sektor swasta untuk mempercepat pemulihan sektor yang aman dan berkelanjutan.

Pertemuan Gabungan ke-34 Komisi UNWTO untuk Asia Timur dan Pasifik dan Komisi UNWTO untuk Asia Selatan (CAP-CSA ke-34) juga akan diselenggarakan oleh Maladewa tahun depan.  

Acara ini akan diadakan dalam rangka perayaan Jubilee Emas Maladewa untuk memperingati 50 tahun pengembangan pariwisata dan statusnya yang diakui secara global sebagai tujuan wisata kelas dunia.

 

Frustasi Penumpang dengan Pembatasan Perjalanan Makin Tinggi

this formate

BOSTON, AS, bisniswisata.co.id : The International Air Transport Association (IATA) melaporkan bahwa pelancong udara semakin frustrasi dengan pembatasan perjalanan COVID-19.  

Sebuah survei yang dilakukan oleh IATA terhadap 4.700 responden di 11 pasar pada bulan September menunjukkan keyakinan bahwa risiko COVID-19 dapat dikelola secara efektif dan bahwa kebebasan untuk bepergian harus dipulihkan.

Ke 11 pasar yang di survei mencakup Kanada, Chile, Perancis, Jernan, India, Jepang, Singapura, Uni Emirat Arab, Inggris dan Amerika Serikat.

IATA (Asosiasi Transportasi Udara Internasional) mewakili sekitar 290 maskapai penerbangan yang terdiri dari 82% lalu lintas udara global.

Sebanyak 67% responden merasa bahwa sebagian besar perbatasan negara harus dibuka sekarang, naik 12 poin persentase dari survei Juni 2021.

64% responden merasa bahwa penutupan perbatasan tidak perlu dan tidak efektif dalam membendung virus (naik 11 poin persentase dari Juni 2021).

 73% menjawab bahwa kualitas hidup mereka menderita akibat pembatasan perjalanan COVID-19 (naik 6 poin persentase dari Juni 2021).

 “Orang-orang semakin frustrasi dengan pembatasan perjalanan COVID-19 dan bahkan lebih banyak lagi yang melihat kualitas hidup mereka menderita sebagai dampak akibatnya,” kata Willie Walsh, Direktur Jenderal IATA

Mereka tidak melihat perlunya pembatasan perjalanan untuk mengendalikan virus.  Dan mereka telah melewatkan terlalu banyak momen keluarga, peluang pengembangan pribadi, dan prioritas bisnis. 

Singkatnya, mereka merindukan kebebasan terbang dan menginginkan dipulihkan.  Pesan yang mereka kirimkan kepada pemerintah adalah: COVID-19 tidak akan hilang, jadi kita harus membangun cara untuk mengelola risikonya saat hidup dan bepergian secara normal,”.

Dukungan tumbuh untuk pengujian atau vaksinasi untuk menggantikan karantina

Penghalang terbesar untuk perjalanan udara adalah tindakan karantina.  84% responden menyatakan tidak akan bepergian jika ada kemungkinan karantina di tempat tujuan.  Semakin banyak responden mendukung penghapusan karantina jika:

 Seseorang telah dites negatif untuk COVID-19 (73% pada bulan September dibandingkan dengan 67% pada bulan Juni)

Seseorang telah divaksinasi (71% pada bulan September dibandingkan dengan 68% pada bulan Juni).

Dengan tingkat vaksinasi yang meningkat secara global, 80% responden setuju bahwa orang yang divaksinasi harus dapat bepergian dengan bebas melalui udara.  

Namun, ada pandangan kuat yang menentang menjadikan vaksinasi sebagai syarat untuk perjalanan udara.  Sekitar dua pertiga merasa secara moral salah untuk membatasi perjalanan hanya untuk mereka yang telah divaksinasi.  

Lebih dari 80% responden percaya bahwa pengujian sebelum perjalanan udara harus menjadi alternatif bagi orang-orang tanpa akses ke vaksinasi.

Sementara 85% bersedia untuk diuji jika diperlukan dalam proses perjalanan, beberapa masalah tetap ada:

75% responden menyatakan bahwa biaya pengujian merupakan hambatan yang signifikan untuk bepergian.  80% percaya bahwa pemerintah harus menanggung biaya pengujian

 77% melihat ketidaknyamanan pengujian sebagai penghalang untuk bepergian

 “Ada pesan di sini untuk pemerintah.  Orang rela diuji untuk bepergian.  Tetapi mereka tidak menyukai biaya atau ketidaknyamanannya.  Keduanya dapat diatasi oleh pemerintah.  

Keandalan tes antigen cepat diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).  Penerimaan yang lebih luas dari pengujian antigen oleh pemerintah akan mengurangi ketidaknyamanan dan biaya—biaya yang ditetapkan oleh Peraturan Kesehatan Internasional WHO harus ditanggung oleh pemerintah.  

“Jelas bahwa sementara orang menerima pengujian dan tindakan lain seperti mengenakan masker seperlunya, mereka ingin kembali ke cara perjalanan yang lebih normal ketika aman untuk melakukannya, ”kata Walsh.

Keyakinan tinggi dengan pengalaman perjalanan, berjuang dengan aturan COVID-19

Di antara mereka yang telah melakukan perjalanan sejak Juni 2020, 86% merasa aman di dalam penerbangan karena langkah-langkah COVID-19.

87% percaya bahwa tindakan perlindungan diterapkan dengan baik dan 88% merasa personel maskapai melakukan pekerjaan dengan baik dalam menegakkan aturan COVID-19

Ada juga dukungan kuat untuk memakai masker, dengan 87% responden setuju bahwa hal itu akan mencegah penyebaran COVID-19.

Dengan semakin banyak pasar yang mulai dibuka untuk bepergian, area yang perlu ditangani adalah aturan dan persyaratan perjalanan terkait COVID.

73% dari mereka yang telah melakukan perjalanan sejak Juni 2020 merasa sulit untuk memahami aturan apa yang berlaku untuk sebuah perjalanan (naik dari 70% pada bulan Juni). 73% merasa dokumen COVID-19 sulit diatur (juga naik dari 70% di bulan Juni)

“Orang-orang ingin bepergian,  86% berharap untuk bepergian dalam waktu enam bulan setelah krisis berakhir.  Dengan COVID-19 menjadi endemik, vaksin tersedia secara luas dan terapi meningkat dengan cepat, kami dengan cepat mendekati titik waktu itu, ” kata Walsh.

Orang-orang juga memberi tahu kami bahwa mereka percaya diri untuk bepergian.  Tetapi apa yang dikatakan oleh mereka yang telah bepergian kepada kami adalah bahwa peraturannya terlalu rumit dan dokumennya terlalu berat.  

Untuk mengamankan pemulihan, pemerintah perlu menyederhanakan proses, memulihkan kebebasan bepergian, dan mengadopsi solusi digital untuk menerbitkan dan mengelola kredensial kesehatan perjalanan, tambah Walsh.

 

Siargao Masuk Deretan Sebagai Pulau Terbaik di Asia

this formate

MANILA, bisniswisata.co.id: Siargao, pulau berbentuk tetesan air mata di Filipina, terus mendominasi jajak pendapat pariwisata internasional karena dinobatkan sebagai salah satu pulau teratas di dunia dan terbaik di Asia oleh Condé Nast Traveller’s (CNT) Readers’ Choice Awards 202.

Dilansir dari mb.com, tidak hanya dipuji karena “pantai putih bersih, hutan kelapa, dan hutan bakau zamrud,” CNT juga mmenggambar kannya sebagai “contoh cemerlang pariwisata berkelanjutan” untuk hotel dan bisnis baru yang keren dan mandiri.

“Pada saat kami mengerahkan segala cara untuk menghidupkan kembali pariwisata di negara ini, kami berterima kasih atas pengakuan baru dari Condé Nast Traveler ini,” kata Menteri Pariwisata Filipina Bernadette Romulo-Puyat.

 “Kami telah bekerja untuk perkuat posisi kami sebagai tujuan utama di seluruh dunia sambil memastikan bahwa protokol kesehatan dan keselamatan di seluruh tujuan kami diterapkan dan dipatuhi.” tambahnya.

Bergabung dengan Siargao dalam daftar pulau terbaik di dunia adalah Hvar, Kroasia (Eropa); St Barth (Karibia dan Atlantik); Bora Bora, Polinesia Prancis (Australia dan Pasifik Selatan); Kepulauan Bazaruto (Afrika dan Samudra Hindia); Islas Secas, Panama (Amerika Tengah dan Selatan); dan Pulau Cape Breton, Kanada (Amerika Utara).

Tempat wisata lokal lainnya Pulau Palawan dan Boracay juga masuk dalam daftar pulau terbaik di Asia, masing-masing menempati urutan ketiga dan kedelapan. Secara keseluruhan, Filipina mengumpulkan skor 91,63, menjadikannya tempat ke-20 dalam daftar Negara Teratas di Dunia CNT.

Penerbangan Repatriasi Qantas Pecahkan Rekor

this formate

SYDNEY, bisniswisata.co.id: Maskapai penerbangan Australia Qantas telah membuat rekor perusahaan dengan menerbangkan penerbangan langsung satu kali dari Buenos Aires ke kota Darwin di Northern Territory Australia.

Dilansir dari CNN, penerbangan tersebut memulangkan 107 warga Australia dan mencetak dua rekor Qantas dalam prosesnya: jarak tempuh terjauh (15.020 km atau 9.333 mil) dan waktu terlama di udara untuk penerbangan komersial (17 jam 25 menit). 

Sebelum pandemi, penerbangan penumpang langsung terpanjang Qantas menghubungkan London dan Perth, yang datang dengan “hanya” 14.498 km (9.009 mil) dan 16 jam 45 menit.

“Qantas selalu menghadapi tantangan, terutama dalam hal perjalanan jarak jauh, dan penerbangan ini adalah contoh yang sangat baik dari kemampuan dan perhatian terhadap detail tim perencanaan penerbangan kami,” kata Kapten Alex Passerini, salah satu dari empat pilot yang memimpin pesawat dalam pernyataannya.

Dia mencatat satu lagi pencapaian tambahan: “Ada beberapa pemandangan yang benar-benar spektakuler saat kami menelusuri Antartika.” Penerbangan, QF14, menggunakan Boeing 787-9 bernama “Great Barrier Reef.”

Pesawat meninggalkan Argentina pada pukul 12:44 waktu setempat pada hari Selasa, 5 Oktober, kemudian terbang ke selatan, melintasi Antartika, dan tiba di Darwin pada pukul 18:39 waktu setempat pada hari Rabu, 6 Oktober. 

Perjalanan itu sepenuhnya di siang hari. Penerbangan dari ibu kota Argentina ke Northern Territory of Australia bukan satu-satunya yang memecahkan rekor karena pandemi virus corona.

Pada Maret 2021, Air Tahiti Nui menerbangkan penerbangan penumpang terjadwal berdasarkan jarak — transit 9.765 mil melintasi dunia dari Papeete, di Tahiti, Polinesia Prancis, ke bandara Charles de Gaulle Paris.

Biasanya, rute itu melewati AS dan termasuk persinggahan di Los Angeles. Karena peraturan penerbangan AS mengharuskan para wisatawan yang transit melalui negara itu untuk melewati bea cukai Amerika, protokol virus corona yang ketat berarti terlalu merepotkan bagi pesawat untuk berhenti.

Sebagai gantinya, Air Tahiti Nui memilih untuk melakukan penerbangan langsung, mencatat waktu sekitar 16 jam di langit.

Namun, geeks penerbangan yang mungkin ingin mengambil bagian dalam penerbangan itu sendiri kemungkinan akan kurang beruntung. 

Seorang perwakilan Air Tahiti Nui mengatakan kepada CNN bahwa rute langsung “dioperasikan secara luar biasa. Sebelum pencapaian minggu ini, penerbangan khusus “Project Sunrise” Qantas melakukan perjalanan antara London dan Sydney, total 11.060 mil dan 19 jam 19 menit.

Namun, penerbangan itu tidak terdaftar sebagai tarif biasa — itu adalah eksperimen khusus yang dirancang untuk melihat bagaimana manusia secara fisik dapat mengatasi menghabiskan begitu banyak waktu di langit.

Sebuah kru “kelinci percobaan”, termasuk ilmuwan dan pilot, ambil bagian dalam proyek tersebut. Tetapi karena tidak ada penumpang yang membayar, perjalanan Project Sunrise tidak memenuhi syarat untuk rekor “penerbangan terpanjang”.

Konsep Kabin Pesawat Dengan ‘Under Water’

this formate

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Penumpang jet pribadi segera dapat melakukan perjalanan melalui udara dengan view “bawah air” secara bersamaan berkat konsep kabin baru yang unik.

Spesialis perbaikan dan perawatan pesawat Lufthansa Technik baru saja meluncurkan rendering untuk desain kabin baru (digambarkan di atas) untuk Airbus Corporate Jet ACJ330 yang memungkinkan mereka yang berada di pesawat untuk “menemukan dunia” lain saat dalam perjalanan.

Dilansir dari Cnn.com, konsep kabin “Explorer” mengambil inspirasi dari superyacht explorer, yang cenderung dibuat khusus atau diubah, untuk memastikan jelajah jarak jauh ke daerah-daerah terpencil di dunia.

Dirancang untuk menampung sekitar 10 hingga 16 penumpang, tujuan utamanya adalah untuk memberikan pengalaman penumpang yang paling positif bagi mereka yang ada di dalamnya, menurut perusahaan Jerman tersebut.

“Selama beberapa bulan terakhir kami telah secara intensif menganalisis konteks visual dan elemen khas kelas kapal Explorer untuk mentransfer ide desain di baliknya dari air ke udara, dan dengan demikian menjadi desain kabin baru,” kata Jan Grube , direktur penjualan di divisi Layanan Pesawat VIP & Misi Khusus Lufthansa Technik.

Menurut dia, elemen interior, yang juga mengintegrasikan fitur-fitur baru, oleh karena itu sengaja dibuat multi-fungsi.

Sistem proyeksi

Selain elemen klasik yang biasanya ditemukan di jet pribadi, seperti kamar tidur, kamar mandi, dan bahkan kantor dan ruang makan, desain “Explorer” memiliki sistem proyeksi yang dapat menutupi dinding dan langit-langit interior dengan hampir semua jenis pengaturan yang ada di dalamnya. keinginan papan, termasuk dunia bawah laut.

Sementara detail yang lebih baik dari konsep kabin masih berupa rendering atau rancangan gambar pertama yang ditampilkan untuk pembeli potensial di Monaco Yacht Show yang berlangsung dari 22 hingga 25 September lalu.

Menurut tim di Lufthansa Technik, konsep mendapat minat yang kuat daripasarr. Peluncuran terakhir kabin baru akan berlangsung di Dubai Airshow 2021 pada bulan November.

Meskipun tujuan desain hanya untuk menyajikan “kemungkinan teknis dan desain” kabin berbadan lebar kepada pelanggan, Lufthansa Technik mengatakan akan memakan waktu antara 18 hingga 24 bulan untuk sepenuhnya merancang dan menyelesaikan konsep khusus ini jika pembeli memesannya. langsung dari mereka.

Proyek ini datang ketika jet pribadi terus melonjak popularitasnya, dengan perusahaan penerbangan swasta yang berbasis di Florida FlyEliteJets melaporkan peningkatan pemesanan 150% sejak awal pandemi COVID-19.

Perusahaan penerbangan global VistaJet juga mencatat peningkatan permintaan 65% untuk jam penerba- ngan global di seluruh dunia dan mereknya digaungkan  sejak Maret lalu.

Ternyata bukan hanya penerbangan charter pribadi yang melonjak, jumlah pemilik jet pribadi di dunia juga meningkat pesat.

Bulan lalu, Asosiasi Dealer Pesawat Internasional melaporkan peningkatan 52% dalam penjualan kuartal kedua, dengan anggota menjual 320 jet pribadi bekas pada kuartal kedua 2021, naik dari 211 yang terjual dalam tiga bulan pertama tahun ini.

Faktanya, permintaan sangat kuat sehingga tidak ada cukup jet yang tersedia untuk pasar.

Sebuah laporan Juli oleh broker jet Colibri Aircraft menunjukkan bahwa hanya 4,7% dari jet pribadi bekas yang saat ini dijual, jumlah terendah sejak 1980-an.

 

Re-open bandara Ngurah Rai

AP I Ngurah Rai, Sambut Kedatangan Warga Lima Negara Tetangga

this formate

JAKARTA, bisniswisata.co.id:  ANGKASA Pura I sangat antusias menyambut keputusan pemerintah membuka kembali penerbangan internasional bagi turis mancanegara menuju Bali. Antusiasme  diwujudkan dalam bentuk kesiapan Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali pada iplementasi syarat-syarat perjalanan bagi warga negara asing dari lima (5) negara enam (6) destinasi asal— Korea Selatan, Tiongkok, Jepang, Uni Emirat Arab (Abu Dhabi dan Dubai), dan Selandia Baru— baik pemegang visa esensial atau visa traveler.

“Kami harap masa uji coba pembukaan kembali Bali bagi warga negara asing dapat berjalan lancar dan dapat benar-benar menunjukkan kesiapan seluruh stakeholder pariwisata di Bali sehingga pembukaan pintu internasional ke Bali, dapat diperluas dengan penambahan jumlah negara asal. Pembukaan pintu Bali bagi turis mancanegara sangat berarti bagi stakeholder pariwisata Bali dan masyarakat Bali pada umumnya mengingat perekonomian Bali bergantung pada sektor pariwisata,” ujar Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Faik Fahmi.

Sesuai dengan pernyataan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Menkomarinves) Luhut B Panjaitan pada konferensi pers virtual pada Senin 4 Oktober 2021. Pemerintah memutuskan untuk membuka kembali pintu internasional menuju Bali melalui Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali mulai 14 Oktober 2021 dari lima negara yaitu Korea Selatan, Tiongkok, Jepang, Uni Emirat Arab (Abu Dhabi dan Dubai), dan Selandia Baru.

Kesiapan Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali terkait dukungan pemenuhan syarat-syarat perjalanan bagi kedatangan turis mancanegara yang diatur pemerintah, yaitu karantina minimal selama delapan hari, menunjukkan tanda bukti pemesanan hotel karantina, dan melakukan tes COVID-19 dengan hasil negatif.

Lebih jauh dijelaskan Faik Fahmi, kesiapan Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali mencakup passenger journey sejak turun pesawat hingga penumpang dijemput kendaraan menuju hotel karantina. Proses kedatangan turis mancanegara di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali diatur sebagai berikut :

Preflight:

Sebelum terbang ke Bali, WNA dari empat negara tersebut harus sudah menyiapkan bukti vaksin dosis lengkap, memiliki hasil PCR 3×24 jam, mengisi health alert card (HAC), memiliki dokumen pemesanan hotel karantina, mengisi e-PCR, memastikan dokumen keimigrasian, mengisi electronic customs declaration (e-CD)_.

Thermo Scanner:

Setelah mendarat, mereka menuju terminal kedatangan dan diperiksa suhu badannya. Bagi  yang suhu badannya 38-derajat Celcius atau lebih rendah dapat melanjutkan proses selanjutnya, sedangkan bersuhu badan di atas 38 derajat celcius diarahkan menuju ruang pemeriksaan lanjutan. Apabila hasil observasi menujukkan sehat, mereka dapat melanjutkan proses selanjutnya. Jika hasil observasi menyatakan tidak sehat, mereka dirujuk ke rumah sakit.

Konter Registrasi:

Pada konter registrasi mereka akan dilayani petugas Satgas COVID-19, melakukan input data dan petugas melakukan kontrol data serta print barcode. Terdapat 10 konter dengan waktu proses registrasi sekitar 10 menit per orang.

Pemeriksaan Dokumen Kesehatan dan Hotel Karantina:

Pemeriksaan dua dokumen ini difasilitasi Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan melakukan barcode tapping dengan waktu proses di konter KKP sekitar 1 menit.

SWAB RT-PCR:

Setiap penumpang diambil sample RT-PCR, terdapat 20 bilik tes RT-PCR dengan waktu proses pengambilan sample sekitar 1, 5 menit.

Imigrasi:

Pemeriksaan dokumen keimigrasian dilakukan petugas imigrasi, tersedia 16 konter dengan waktu proses pemeriksaan sekitar 1 menit.

Pengambilan bagasi:

Tersedia 7 unit conveyor belt dengan waktu proses 1 menit.

Bea Cukai:

Pemindaian barcode electronic customs declaration dengan waktu proses 0,16 menit.

Fasilitas hotel karantina dan isolasi
Hotel yang memenuhi standar karantina dan isolasi di Bali

Holding Area:

Selanjutnya mereka menunggu hasil RT-PCR dan dilakukan pendataan oleh pihak hotel karantina dengan waktu proses 60 menit.

Satgas COVID-19 Provinsi Desk:

Menuju kendaraan penjemput, mereka melalui counter Satgas COVID-19 Provinsi Bali untuk  tapping barcode dan Satgas COVID-19 Provinsi melakukan kontrol akses.

Pick up zone:

Di area penjemputan tersedia kendaraan untuk menuju hotel karantina pilihan mereka.

“ Diperkirakan untuk melalui proses kedatangan internasional di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, termasuk menunggu hasil RT-PCR, perlu waktu  72 menit atau 1 jam 12 menit. Selain itu, Bandara I Gusti Ngurah Rai juga melakukan penambahan area tunggu di gate 4 hingga gate 6 dan perluasan koridor kedatangan,” jelas Fahmi.

Hal kesiapan layanan tes RT-PCR Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Angkasa Pura I bekerja sama dengan Rumah Sakit Bali Jimbaran dengan fasilitas mobile lab sebanyak dua unit, 20 bilik RT-PCR, 10 unit mesin RT-PCR dengan kapasitas 320 tes per jam dan total kapasitas per hari sebanyak 3.840 tes.

“Angkasa Pura I senantiasa berkomitmen untuk dapat menerapkan protokol kesehatan dan mendukung penegakkan syarat perjalanan udara, khususnya bagi warga negara asing yang datang melalui Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali,” ujar Faik Fahmi.

PT Angkasa Pura I, belum memberikan penjelasan penerbangan negara yang sudah mengajukan permohonan ijin mendarat di bandara Ngurah Rai.

“Menunggu surat edaran dari Dirjen PerHuBud,” ungkap sumber AP I Jakarta.*