Prof Muliaman Dharmansyah Hadad PhD, Duta Besar RI untuk Swiss dan Liechtenstein ( kiri) bersama penulis, tahun lalu saat berkunjung ke KBRI Bern, Swiss.
BERN. Swiss, bisniswisata.co.id: Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang terpukul akibat pandemi global yang sedang dihadapi, Oleh karena itu memang memerlukan respon kebijakan pemerintah yang pas dan komprehensif untuk mengangkat kembali sektor pariwisata.
Hal itu diungkapkan Prof Muliaman Dharmansyah Hadad PhD, Duta Besar RI untuk Swiss dan Liechtenstein, menanggapi telah dicabutnya lockdown dan pembatasan perjalanan di beberapa negara semasa pandemi global COVID-19 saat ini.
Menurut Muliaman, sedikitnya ada empat hal yang perlu diperhatikan untuk memulihkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia dimana Pemprov Bali, misalnya, berencana membuka pariwisata untuk wisman pada 11 September 2020 mendatang.
” Hal yang perlu diperhatikan pertama adalah kepercayaan (trust). Perlu dibangun kepercayaan masyarakat akan keamanan berwisata,” katanya hari ini melalui WA chat.
Berbagai pihak terkait mulai dari transportasi, akomodasi dan objek wisata harus mengikuti pedoman atau protokol kesehatan yg ditetapkan oleh pemerintah, sehinga tidak ada keraguan untuk berwisata kembali, tambahnya
Unsur kedua, Empathy, yakni membangun kembali hubungan emosional masyarakat dengan tempat-tempat wisata melalui berbagai kampanye keindahan obyek wisata via berbagai media sosial.
“Yang ketiga, Awarnesse , yakni mengajak masyarakat untuk kembali merencanakan liburan dalam negeri dan keempat terkait Performance, yakni memberikan penawaran paket wisata yg terjangkau melalui paket terpadu tiket angkutan, hotel, paket wisata ( jalan2 ) serta voucher,”
Muliaman memberikan contoh misalnya, PT KAI Pariwisata, anak perusahsan PT KAI gencarkan menjual paket wisata dengan angkutan kereta api yg digabung dengan berbagai fasilitas lain termasuk akomodasi dengan harga terjangkau.
Kegiatan pariwisata memiliki dampak berganda yang luas dalam menggerakkan perekonomian daerah tujuan wisata. Satu orang wisatawan yang datang berkunjung membutuhkan transportasi, akomodasi, makan, minum, belanja kebutuhan sehari-hari, masuk obyek beli souvenir dan kebutuhan lainnya.
“Itulah sebabnya harus dirancang paket-paket untuk mendukung perekomian daerah dan kelangsungan pariwisata di kota-kota kabupaten,” kata Muliaman.
Intinya perjalanan wisata memiliki linkage yang panjang dan akan sangat efektif membantu ekonomi daerah. Menghidupkan beragam sektor terkait, menyerap jutaan tenaga kerja, Usaka Mikro, Kecil, Menengah ( UMKM).
“Oleh karena itu perlu pengelolaan yang profesional dan keterlibatan pemda-pemda diseluruh tanah air untuk menggerakan wisata domestik, ” kata Dubes yang mantan Ketua Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK) selama periode Juli 2012 – Juli 2017.
Dari pemikirannya itu mungkin perlu dipikirkan semacam paket Hop-On, Hop-Off ( HoHo) untuk PT Kereta Api Wisata sehingga dengan membeli 1 tiket pass Jakarta- Jogya, misalnya, penumpang bisa singgah berwisata di Cirebon menikmati berbagai obyek wisata dan kuliner lalu melanjutkan perjalanan ke Jogja.
Paket Hoho biasanya adalah bus bertingkat di kota-kota di Eropa, Amerika, Australia dan diberbagai kota besar lainnya di Asia termasuk di sejumlah provinsi di Indonesia dimana wisatawan dapat turun-naik bus tersebut untuk mengunjungi rute-rute yang berhenti di obyek-obyek wisata populer.
Mengemas paket-paket wisata bersubsidi yang terjangkau dan bersinergi antara pemerintah dan industri pariwisata kini dilakukan oleh Pemerintah Jepang dan Thailand melibatkan online travel agent, akomodasi, airlines dan banyak industri lainnya yang juga bisa diterapkan di Indonesia.