Menpar Arief didampingi Bupati Morotai, Benny Laos kunjungi Museum PD II Morotai di desa Wawama ( foto: dok. Kemenpar)
DARUBA, Malut, bisniswisata.co.id: Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan Museum Perang Dunia II cocok untuk edukasi wisatawan terutama anak-anak. Dengan mengunjungi museum itu Menpar paham Morotai memang memiliki ragam cerita ( Land of stories ).
“Morotai bukan hanya memiliki ragam cerita sejarah tetapi juga keunggulan potensi bahari sehingga tepat sebagai 10 destinasi wisata unggulan Bali baru. Museum salah satunya, merupakan potensi besar pariwisata Morotai untuk menjaring wisatawan mancanegara,” ujarnya hari ini.
Menurut Arief Yahya, daerah ini merupakan saksi betapa dasyatnya perang dunia ke II yang berkecamuk dulu kala. Museum ini menjadi salah satu bukti paling otentik yang dimiliki Morotai,” ujar Menpar Arief didampingi Bupati Morotai, Benny Laos.
Sejarah panjang memang jelas dimiliki Morotai. Daerah ini merupakan basis pangkalan perang pasukan Sekutu saat perang dunia II berkecamuk. Museum Perang Dunia II hanya sekelumit kecil yang dimiliki Morotai.
Museum Perang Dunia II diisi dengan perlengkapan perang yang pernah digunakan pasukan Sekutu dan Jepang kala itu. Bahkan sebagian perlengkapan tersebut merupakan hasil restorasi dari perlengkapan yang diangkat dari perairan Morotai.
Di dalam museum, terdapat penjelasan secara rinci kekuatan tentara Sekutu dan Jepang yang bertempur. Tiap dinding museum juga berisi kisah pertempuran yang terjadi dalam memperebutkan pulau tersebut.
“Ada tank, kapal perang, dan semua komponen perang. Juga ada storyline perjalanan Perang Dunia II, Morotai dipakai sebagai basecamp Amerika di Morotai oleh Jendral Douglas MacArthur, ini sangat menarik sekali bagi wisatawan,” ujar Menpar Arief.
Selain museum, Morotai memiliki tujuh landasan pesawat, Pitu Street. Landasan yang merupakan saksi sejarah hilir mudiknya pesawat tempur Amerika Serikat di Morotai.
Namun peninggalan Perang Dunia II tidak hanya landasan pacu. Di Pulau Zum Zum, dekat dengan Morotai, terdapat bungker tentara Amerika Serikat. Dulu bungker ini menjadi tempat persembunyian senjata dan tentara Amerika. Sedangkan di antara hutan mangrove terdapat gua tempat tentara Jepang bertahan.
Kini, wisatawan yang menyelam di sekitar Pulau Zum Zum, bisa melihat bangkai kapal selam milik tentara Jepang. Tapi jika tak bisa menyelam, wisatawan bisa datang ke Desa Mata Air yang letaknya tak jauh dari Pitu Street. Di mata air itu biasanya MacArthur mandi untuk membersihkan dirinya.
Sejarah Morotai pada PD II itu bermula pada September 1944, ketika Jenderal Douglas MacArthur membawa ratusan pesawat Sekutu ke Morotai karena posisinya sangat dekat dengan Filipina dan berada di sisi Samudera Pasifik.
Dalam waktu tiga bulan Morotai menjadi pulau militer, sebagai pusat konsolidasi pasukan Divisi VII Angkatan Perang Amerika Serikat yang tengah menaklukkan Jepang. MacArthur memboyong 3.000 pesawat tempur sekutu, terdiri dari pesawat angkut, pengebom, dan 63 batalion tempur ke Morotai.
Hasilnya, Amerika dan Sekutu berhasil melumpuhkan Jepang melalui Filipina. Pariwisata Morotaipun menggeliat sehingga mutiara di bibir Pasifik yang keindahan alamnya luar biasa ini harus didorong untuk aksesibilitas dan amenitasnya.
“Kalau wisman sudah bisa langsung datang ke Morotai masalah fasilitas bandara, jalan dan infrastruktur akan lebih cepat selesai. Khusus untuk Museum PD II sudah saya bahas dengan Bupati Benny Laos, Kemenpar akan bantu melakukan restorasi,” tandasnya.