Oleh : Nur Hidayat
JAKARTA, bisniswisata.co.id: Barangkali kita ini termasuk golongan orang yang bergaya hidup sedentari. Artinya, orang yang minim gerak atau aktivitas. Lebih-lebih di masa pandemi Covid-19, yang menghimbau orang untuk #dirumahsaja.
Membeli makanan, transfer uang atau mengirim barang, cukup secara online. Tidak perlu ke luar rumah. Tidak usah jalan kaki. Sambil ongkang-ongkang kaki, mie ayam dan sate padang “datang sendiri”.
Santai di tempat duduk atau sambil tiduran di kasur, belakangan ini, sudah jadi kebiasaan. Betah berjam-jam sambil main hp atau nonton drakor. Cobalah untuk mengingat-ingat.
Kapan kita bangkit dari tempat duduk dan melakukan aktivitas fisik tertentu? Jika kesulitan mengingatnya, bisa jadi kita adalah salah satu dari ratusan juta penduduk dunia yang menjalani gaya hidup mager alias malas gerak.
Tidak tahunya, menurut WHO, gaya hidup sedentari adalah salah satu dari 10 penyebab kematian terbanyak di dunia. Data yang dilaporkan oleh European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition (EPIC) menunjukkan bahwa kematian akibat kebiasaan malas gerak (mager) jumlahnya dua kali lebih banyak dibandingkan kematian karena obesitas.
Tidak hanya mager. Mungkin kita memang malas. Membaca Al-Qur’an malas. Shalat malam, dzikir, istighfar, bershalawat juga malas. Kalau beribadah malas, bagaimana kita bisa membawa bekal banyak untuk dibawa menghadap Allah Ta’ala.? Itu tentu tak bisa dibiarkan. Perlu dilawan. Dikalahkan.
Caranya.? Coba kita ikuti saran Anthony Robbins, pengarang banyak buku self help yang terkenal di seantero dunia. Pada 2017, Robbins telah menulis lima buku, empat di antaranya buku terlaris, termasuk Unlimited Power.
Dalam bukunya Awaken The Giant Within dia menuliskan cara dia mengubah rasa malas. Dia melompat-lompat! Katanya, “Melompat-lompat sebentar efektif dalam mengusir malas.” Berdirilah dan melompat-lompatlah selama 20 detik, ujar Robbins. “Melompatlah seolah ada yang ngirimin pizza gratis ke kamarmu.”
Setelah melompat-lompat, jantung jadi deg-degan dan darah terpompa. Mungkin akan sedikit berkeringat, tapi kita setidak-tidaknya akan tersenyum sebentar. Ini mengubah rasa malas, dan juga mood kita. Psikolog memberitahu beberapa cara untuk melawan rasa malas, berikut ini:
1.Mengubah “harus” menjadi “mau”
Kalau kita mengubah kalimat, pikiran kita juga ikut berubah. Orang-orang yang rajin selalu bilang “mau”, bukan “harus”. Mereka mempelajari sesuatu bukan karena keharusan, tapi karena mereka ingin. Harus itu kewajiban, yang sering tidak kita sukai karena mengandung beban.
2. Bikin perbandingan
Kita mungkin malas bersepeda sejauh 25 km. Supaya kemalasan itu lenyap, kita bayangkan peserta Tour de France sejauh sekitar 3.500 km. Terbagi dalam 21 etape, setiap rute 140-190 km, yang ditempuh sekitar 4 jam. Dengan begitu, jarak 25 km menjadi sangat dekat. Kalau santai, kita hanya perlu waktu sekitar 1 jam.
3. Bertingkah seolah sudah berhasil
Pesepakbola Inggris terkenal, Wayne Rooney, pernah bilang, “Malam sebelum pertandingan, saya kadang-kadang membayangkan diri saya mencetak gol.
Lalu saya berimajinasi merayakan gol tersebut. Kalau seperti itu, biasanya saya mencetak gol!” Bila kita malas menanam pohon, bayangkan kita siap memanen pepaya bangkok yang sedang berbuah lebat.
4. Bikin checklist
Sewaktu tengah bekerja dan muncul rasa malas, lihatlah checklist. Kita akan tahu masih ada beberapa hal yang perlu dirampungkan hari itu. Kita tergerak untuk meneruskannya. Bila kita tidak mengerjakan apa yang tertulis di checklist itu, bukan mustahil semua kegiatan itu bisa berantakan.
Pada suatu hari, Syaikh Masyhur Hasan Salman hafizhahullah ditanya, “Ada seorang pemuda, ia mampu bekerja tapi enggan bekerja. Apa pendapat anda?” Beliau menjawab, “Pendapatku sama dengan pendapat Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu.
“Aku melihat seorang pemuda, ia membuatku kagum. Lalu aku bertanya kepada orang-orang mengenai pekerjaannya. Mereka mengatakan bahwa ia tidak bekerja. Seketika itu pemuda tersebut jatuh martabatnya di mataku.”
Cendekiawan Muslim asal Mesir, Yusuf Al-Qaradhawi, menegaskan umat Islam tidak boleh malas apalagi tidak bekerja. Juga tidak boleh tidak bekerja dengan alasan karena seorang Muslim sibuk ibadah dan bertawakal, kata ulama besar itu.
Rasulullah SAW bersabda, “Hal-hal yang paling aku khawatirkan melanda umatku ialah besar perut, banyak tidur, pemalas, dan lemah keyakinan.” (HR Daruquthni dari Jabir).
Malas menyebabkan seseorang kehilangan kreativitasnya dan membuang-buang waktu percuma. Semoga kita tidak termasuk golongan orang-orang yang dikhawatirkan Kanjeng Nabi SAW itu.
Penulis adalah: Senior Journalist, pengamat dan penikmat pariwisata mancanegara.