DENPASAR, bisniswisata.co.id: Komunitas peduli laut menggandeng WWF-Indonesia dan Marine Debris Guard Udayana melakukan kampanye “Berkunjung dengan Cerdas” ke Pulau Menjangan, Taman Nasional (TN) Bali Barat.
Kampanye yang dikemas dalam funtastrip merupakan kelanjutan dari talkshow “Berkunjung dengan Cerdas” yang diselenggarakan Marine Buddies Denpasar sebelumnya bersama TN Bali Barat, Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Nusa Penida, dan WWF-Indonesia di Taman Baca Kesiman, Denpasar, Bali.
Dalam Funtastrip, seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Bisniswisata.co.id, mengunjungi kawasan konservasi TN Bali Barat berlokasi di Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Jembrana, Bali. Lokasi pertama yang disinggahi Pulau Menjangan, yang selama ini dijadikan lokasi berenang dan snorkeling bagi wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Pulau Menjangan memang terkenal sebagai destinasi wisata bahari yang indah, dengan karang yang masih rapat dan ikan yang bervariasi. Dari pulau Menjangan akan menikmati lautan putih terang hingga biru gelap menghiasi lautan TN Bali Barat. Ini merupakan sisi indah namun sebaliknya ada sampah melimpah ikut menghiasinya. Ini adalah tamparan keras bagi siapapun yang melihatnya.
“Banyak sampah bawaan yang terbawa arus hingga pantai di sekitar taman nasional. Masih sedikitnya masyarakat yang ikut berkontribusi dalam pembersihan sampah di Pulau Menjangan, satu kesulitan yang kami hadapi,” ucap Wayan Katun, Polisi Hutan Balai Taman Nasional Bali Barat (BTNBB).
“5 tahun terakhir ini, baru ada gerakan masyarakat yang ikut membantu untuk membersihkan sampah, tetapi jumlahnya masih relatif sedikit dengan jumlah sampah yang terus bertambah,” lanjut Wayan
Dari hasil membersihkan sampah pesisir Pulau Menjangan, terkumpul 19 karung sampah dengan berat 192 kilogram. Tak bisa dipungkiri, Sampah berserakan di tengah laut menimbulkan masalah secara efek domino.
Seperti biota laut penyu tidak sengaja memakan sampah plastik dikira ubur – ubur, plastik – plastik kecil yang dikira ikan kecil dan dikonsumsi oleh predator laut. Sehingga konsumsi biota laut tidak sehat. Itupun berdampak juga pada manusia yang mengkonsumsi biota laut, yang mengadung plastik.
Permasalahan sampah menjadi tantangan berbagai pihak untuk segera mencari solusi dalam mengurangi ancaman ini. Oleh karena itu, penting untuk berkomitmen dan melakukan tindakan untuk mengurangi dan mengelola sampah secara maksimal, dimulai dari sumber sampah itu sendiri – salah satunya kita.
Dalam Funtastrip, Komunitas Marine Debris Guard (MDG) Udayana berbagi cara bagaimana metode pendataan sampah yang mempermudah masyarakat untuk mendata sampah yang ada di pesisir.
“Dalam metode dari The Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO), lembaga penelitian Australia, kita memetakan distribusi sampah pesisir dengan random sampling. Di tiap titik pengamatan, kita catat jumlah dan jenis sampah yang ditemukan tiap 100 meter,” terang DeIndra Pratama, ketua MDG.
Misalnya, sambung dia, apakah kemasan makanan atau minuman, teks yang tertera, dan jumlahnya. “Sampah yang kami kumpulkan terdiri dari berbagai macam sampah, namun didominasi oleh sampah plastik, dan ini sangat menyayat hati,” paparnya sedih.
Fauntastrip juga melihat kondisi Mangrove, Meningat tanaman ini sangat berguna untuk mencegah abrasi. Di Pejarakan, Gerokgak, Buleleng Bali, juga dilakukan penanaman mangrove. Di pantai ini, per tahunnya terjadi abrasi sekitar 7 meter yang menggerus pantai. Hal tersebut membangkitkan rasa peduli dari masyarakat di sekitar pantai tersebut sehingga masyarakat berbondong untuk membudidayakan mangrove.
“Anda Berada di dalam Kawasan Konservasi Bahari,” notifikasi dari aplikasi Marine Buddies inilah yang akan muncul di layar smartphone ketika kita memasuki salah satu dari 165 kawasan konservasi bahari di Indonesia.
Melalui aplikasi yang dirilis WWF-Indonesia ini, wisatawan dapat mengenali dan mengawasi sebuah kawasan konservasi dengan melaporkan hal yang ia amati dan memberi penilaian terhadap kawasan.
“Bagi kami, secara keseluruhan, Pulau Menjangan sudah dikelola cukup baik oleh Balai Taman Nasional Bali Barat, melihat banyaknya papan penanda kawasan konservasi, upaya penanganan sampah yang dilakukan, dan keadaan terumbu karang yang masih relatif bagus,” sambungnya.
Diingatkan, jika ingin berwisata ke sebuah kawasan konservasi bahari, jangan lupa berikan penilaian dan ikuti tips-tips berwisata bahari yang ramah lingkungan dalam aplikasi Marine Buddies. “Kawasan konservasi juga perlu kita jaga, agar kelestarian alam dan keindahannya masih dapat kita nikmati di kemudian hari dilansir dari laman wwf Indonesia,” tandasnya. (redaksibisniswisata@gmail.com)