INTERNATIONAL KULINER LIFESTYLE

Kisah Perjalanan "La Mian," Menjadi Ramen yang Mendunia

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Ramen adalah hidangan mi kuah yang terkenal dari Jepang, namun sebenarnya memiliki akar sejarah yang rumit dan menarik. Hidangan ini diyakini berasal dari Tiongkok dan mulai diperkenalkan ke Jepang sekitar akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20.

Pengaruh budaya populer Jepang dalam beberapa dekade terakhir seperti anime, manga, dan drama Jepang semakin populer di Indonesia, terutama di kalangan anak muda. Dalam budaya populer Jepang, ramen sering digambarkan sebagai hidangan ikonik. Fenomena ini mendorong rasa penasaran dan keinginan masyarakat untuk mencoba ramen asli Jepang yang autentik namun halal.

Apalagi sebagian besar penduduk Indonesia menyukai makanan internasional, termasuk ramen, sehingga tercipta permintaan akan ramen yang halal agar dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Ramen asli Jepang umumnya mengandung bahan-bahan yang tidak halal, seperti daging babi atau kuah kaldu dari tulang babi (tonkotsu).

Namun, restoran ramen di Indonesia mengadaptasi bahan-bahan ini dengan menggunakan daging sapi atau ayam, dan mengganti kaldu babi dengan kaldu ayam atau sapi. Hal ini memungkinkan masyarakat Indonesia untuk menikmati ramen dengan cita rasa khas Jepang namun tetap memenuhi syarat halal.

Dengan kombinasi antara adaptasi terhadap budaya lokal dan tren global, serta meningkatnya kesadaran akan makanan halal, restoran ramen halal di Indonesia terus berkembang terutama membuka resto di mall -mall di kota besar. Hal ini membuka peluang lebih besar bagi kuliner Jepang untuk diterima di pasar Indonesia dengan lebih luas dan tetap menghormati preferensi keagamaan masyarakat setempat.

Tak heran, ramen kini juga mengikuti pertumbuhan kuliner halal global yang saat ini sedang tumbuh pesat di seluruh dunia, terutama di negara-negara dengan populasi Muslim besar seperti Indonesia, Malaysia, dan negara-negara Timur Tengah. Tren ini mendorong pengusaha restoran untuk menawarkan menu ramen halal sebagai bagian dari ekspansi kuliner halal yang lebih luas.

Banyak pengusaha kuliner di Indonesia yang melihat peluang bisnis dalam menyediakan ramen halal. Mereka berinovasi dengan menciptakan variasi ramen yang sesuai dengan preferensi lokal, seperti ramen pedas atau menggunakan bumbu-bumbu khas Indonesia. Hal ini menjadikan ramen halal tidak hanya sekedar versi adaptasi, tetapi juga memiliki ciri khas yang menarik bagi masyarakat Indonesia.

Respons terhadap gaya hidup halal dan sehat semakin banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya mengonsumsi makanan halal dan sehat, termasuk bagi mereka yang tidak beragama Islam. Mereka cenderung memilih tempat makan yang memiliki label halal karena dianggap lebih aman dan berkualitas.

Restoran ramen halal pun berkembang karena dianggap dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang lebih luas dan beragam dan menyebar di berbagai negara. Salah satu warga Indonesia yang berkunjung ke San Francisco AS, Aliya Aziza menyukai Iza ramen begitu diboyong ke San Francisco negri paman Sam oleh suaminya, Jeff.

Meski banyak jaringan restoran ramen Jepang di Indonesia, hingga saat ini, Iza ramen belum memiliki cabang resmi di Indonesia. Menjadi salah satu ramen autentik yang menawarkan berbagai varian ramen Jepang, maka Iza Ramen yang didirikan tahun 2013 bisa jadi adalah restoran otentik ramen di luar Jepang.

Didirikan pada tahun 2013, Iza Ramen telah menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia kuliner di Bay Area San Francisco berkat visi dan keahlian Eksekutif Chef Ritsu Tsuchida. Kehadiran resep ramen legendaris yang ia perkenalkan di Blowfish Sushi to Die For berhasil mematahkan anggapan bahwa ramen autentik hanya bisa ditemukan di Jepang. Pendekatan inovatif Chef Ritsu direstoran itu tidak hanya memuaskan pecinta ramen tetapi juga memberikan pengalaman makan yang berbeda bagi warga lokal.

Di balik kelezatan Iza Ramen terdapat hidangan yang diracik dengan cermat dan memiliki cita rasa kaya. Mi yang kenyal, telur rebus setengah matang, serta berbagai pilihan topping menambah daya tarik hidangan ini. Bagi yang menginginkan sensasi berbeda, Chef Ritsu juga menyediakan Tsukemen, sajian di mana mi dicelupkan ke dalam kaldu daripada dibiarkan terendam, memberikan pengalaman makan yang unik.

Selama dua setengah tahun, pop-up Iza Ramen beroperasi di dalam Blowfish Sushi di San Francisco, dan berhasil menarik perhatian banyak penggemar ramen di Bay Area meskipun jam operasionalnya terbatas.

Menyinggung soal asal-usul ramen, buat para pecinta ramen dimanapun berada agaknya perlu tahu aslinya dari Tiongkok. Ramen awalnya merupakan hidangan mi yang populer di Tiongkok. Mi yang serupa dengan ramen sudah dikonsumsi di Tiongkok sejak ribuan tahun, dan mi kuning yang kenyal serta berkuah ini dikenal dengan sebutan “la mian,” yang secara harfiah berarti “mi tarik.”

Orang Tiongkok yang datang ke Jepang pada abad ke-19 membawa serta mi ini, dan versi asli ramen ini umumnya berupa mi yang disajikan dalam kaldu dengan daging babi atau ayam. Ketika orang Jepang mulai menikmati hidangan mi ala Tiongkok, hidangan ini pun mulai diadaptasi sesuai dengan selera lokal Jepang.

Restoran ramen pertama di Jepang dibuka di Asakusa, Tokyo, oleh seorang koki Tiongkok. Ramen yang dijual saat itu masih memiliki pengaruh kuat dari cita rasa dan gaya Tiongkok, namun seiring waktu, ramen semakin disesuaikan dengan preferensi lokal.

Setelah Perang Dunia II, ramen mulai populer di kalangan masyarakat Jepang. Faktor utamanya adalah kedatangan tepung gandum dari Amerika Serikat, yang membantu memenuhi kebutuhan pangan Jepang yang kekurangan bahan makanan.

Tepung gandum ini kemudian banyak digunakan untuk membuat mi ramen. Selain itu, dengan adanya banyaknya tentara Jepang yang pernah dikirim ke Tiongkok, mereka memperkenalkan kembali masakan mi ini ketika kembali ke Jepang. Kedai ramen mulai bermunculan di seluruh Jepang, dan ramen semakin berkembang dengan berbagai varian.

Pada tahun 1958, inovasi besar dalam dunia ramen terjadi ketika Momofuku Ando dari Nissin Foods menemukan ramen instan. Penemuan ini menciptakan revolusi dalam industri pangan karena ramen instan mudah disajikan, awet, dan terjangkau.

Ramen instan kemudian menjadi populer di seluruh dunia, menjadikan ramen sebagai makanan cepat saji ikonik Jepang. Nah menarik kan cerita perjalanan ramen ini hingga menjadi kuliner yang disukai dimancanegara .

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin RedaksiĀ dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)