NEWS SOSOK

China Paska COVID-19 Panen Wisatawan Domestik ke Kunming

Danau Dianchi yang dipenuhi burung camar saat musim dingin, kota tua Dali dan Lijiang  serta kota modern Kunming ( Foto: Lovepik ).

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Liburan Lebaran hari ke dua warga Jakarta dan di provinsi lainnya di Indonesia biasanya menyerbu obyek wisata. Tentu saja hal itu terjadi tahun 2019 lalu ketika Indonesia dan 210 negara di dunia belum terpapar COVID-19.

Data April lalu yang diungkapkan Haryadi Sukamdani, Ketua PHRI adalah sebanyak 180 destinasi dan 232 desa wisata di Indonesia ditutup. Jadi liburan Lebaran kedua tahun ini disaat ada larangan mudik dan merayakan Hari Raya Idul Fitri 1441 H di rumah saja, maka kemeriahan bersilaturahmi bersama keluarga besar cukup dalam kenangan dulu.

Tenang saja slogan Stay at home #traveltomorrow sudah terbukti  di negara asal virus COVID-19 tadi yaitu China. Negara sumber asal virus yang sudah pula mengklaim menuntaskan pandemi itu setidaknya sudah membuktikan warganya telah berwisata kembali.

Tidak jauh-jauh, mereka pergi saat liburan Mayday alias Hari Buruh Internasional pada 1 Mei 2020 lalu ke destinasi domestik seperti Kunming di Provinsi Yunnan yang terkenal cantik sebagai kota bunga.

“Sedikitnya 9 juta wisatawan domestik China berkunjung ke Kunming. Selain perusahaan penerbangan memang memberikan diskon harga tiket pesawat juga tiket masuk obyek wisata disana terjual hingga 347 juta tiket,” kata Christian Wen, profesional tour guide Indonesia.

Pasca COVID, perusahaan penerbangan China menghidupkan kembali bisnis perjalanan bahkan dengan harga tiket pesawat yang disebut pers setempat seharga Bok coy.(https://bisniswisata.co.id/maskapai-china-beri-diskon-gila-gilaan-untuk-pikat-wisatawan/)

Berbicara di Live Insta Story Anton Thedy di Instagram, pria yg akrab dipanggil Owen ini mengaku sudah lima bulan tidak ke Kunming sejak awal Januari 2020. Biasanya pria yang melayani wisatawan Indonesia di Kunming ini sibuk mengantarkan peserta Charter Flight Kunming yang di jual TX Travel yang didirikan Anthon Thedy juga.

Anton Thedy dan Christian Wen berbagi cerita soal Kunming

” Dulu di Jakarta hanya bisa tinggal  tiga hari tiap bulannya karena peserta tour yang datang silih berganti. Sekarang sudah lima bulan di rumah saja,” ujarnya tergelak sambil menambahkan rekan-rekan  guide di China terus memberikan update termasuk kedatangan 9 juta wisatawan domestik merayakan Mayday di Kunming.

Rejeki di hari besar itu dalam mata uang resmi China bernama Renminbi mencapai 7 miliar. Nah tiap tanggal I Oktober akan ada libur lagi karena merupakan Hari Kemerdekaan China dan Libur Imlek 2021 yang rata-rata libur selama 7 hari.

” Jadi prediksi wisatawan domestik yang akan menggerakkan bisnis pariwisata paska COVID-19 terbukti di China,” kata Christian Wen.

Menurut Wen, laris manisnya paket ke Kunming karena cuacanya tidak terlalu ekstrim sekalipun di musim dingin. Dikenal dengan produksi obat dan minuman herbal dan juga kue dari bunga ros ( mawar) yang enak dikenal sebagai Rose Cake.

” Di provinsi Yunnan ada musim bunga-bunga yang populer seperti Sakura, Tulip dan Mawar. Masih ada bunga Matahari dan bunga Seruni atau Krisantemum aneka warna ” tambahnya.

Provinsi ini kaya akan sumber daya alam dan memiliki jenis tumbuhan terbanyak seantero Tiongkok. Dari sekitar 30.000 spesies tetumbuhan dataran tinggi, Yunnan memiliki sekitar 17.000 lebih jenis.

” Ada pasar bunga yang buka 24 jam dan mau cari bunga apa saja ada. Bangunan pasarnya mirip hangar pesawat yang besar,” jelas Wen.

Selain itu juga Kunming dikenal sebagai tujuan wisata friendly Muslim dengan beragam obyek wisata alam maupun buatan yang indah. Ada pepatah di China kalau mereka tidak memiliki satu jenis wisata maka mereka akan bikin. 

Itu sebabnya di negri itu yang tidak ada adalah pantai, selebihnya semua ada bahkan untuk air terjun yang spektakuler dan terbesar didunia juga hasil karya cipta sendiri.

Kunming adalah ibukota Yunnan,  salah satu provinsi di Tiongkok yang terletak di sebelah barat daya. Wilayah Yunnan terbentang seluas 394.100 kilometer persegi atau 4,1 persen dari total luas daratan Tiongkok. Populasi penduduknya diperkirakan sekitar 47 juta jiwa.

Ibukota Yunnan dulu juga dikenal dengan nama kota Yunnan. Wilayahnya berbatasan dengan Provinsi Guangxi, Guizhou, Sichuan, dan Daerah Otonomi Tibet, juga berbatasan dengan negara Vietnam, Laos, dan Myanmar.

Bukan hanya terkaya akan jenis tetumbuhan dataran tinggi, Provinsi Yunnan juga merupakan provinsi dengan etnis paling beragam. Ada 52 etnis di wilayah itu. Yang paling banyak adalah etnis Han yang mencapai 92 persen populasi.

Daya tariknya ada Dianchi Lake, juga disebut dengan nama Lake Dian atau Kunming Lake. Julukan lainnya adalah Sparkling Pearl Embedded in a Highland atau A Dianchi earl on the Plateau.

Danau Dianchi adalah danau air tawar terbesar di Provinsi Yunnan dan terbesar keenam di seluruh Tiongkok. Luasnya 298 kilometer persegi dengan panjang 39 kilometer dari utara ke selatan dan lebar 13 kilometer di titik terlebarnya. Kedalaman danau ini 4,4 meter.

Tepian danau terbentuk dari kaki pegunungan di keempat sisinya. Panjang garis pantainya 163,2 kilometer. Lebih dari duapuluh sungai bermuara di danau ini. Salah satu atraksi menarik di tempat ini adalah pemandangan ribuan atau mungkin jutaan burung camar di salah satu sisi danau. 

Burung-burung camar ini konon hanya ada di waktu musim dingin. Mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Atraksi yang ditawarkan di tempat ini adalah foto bersama burung camar. 

Ratusan fotografer lokal nampak menenteng kamera DSLR dan contoh foto jepretannya menawari para pengunjung untuk foto bersama burung camar. Harganya RMB 25 (sekitar Rp. 50.000) untuk satu foto.

Apalagi daya tarik Kunming ini ? Christian Wen mengatakan provinsi Yunnan juga dikenal dengan kota-kota tuanya yang seperti  Dali, dan Lijiang.Kota tua Dali penuh pekerja seni gaya indie yang senang mengekspresikan diri, baik melalui art performance maupun art work.

Sementara Lijiang adalah sebuah kota tua yang sudah masuk dalam daftar UNESCO. Di kota kuno ini rumah-rumah tua tetap dipertahankan  dan disulap menjadi toko souvenir, restoran, bahkan bar.

 ” Kotanya sudah berumur sekitar 1000 tahun dan biasanya turis Indonesia enggan pulang ke hotel karena banyak menghabiskan waktu untuk belanha dengan berbagai pernak-pernik yang ditawarkan,” kata Owen.

Pria yang memiliki pengalaman 27 tahun sebagai tour leader ini sebelum mengakhiri bincang-bincangnya dengan Anton Thedy mengingatkan bahwa bekerja sepenuh hati membuat profesi ini bisa menambah banyak saudara dan tidak ada matinya.

” Saya tidak khawatir meski sekarang semua terhenti karena pandemi global, dinikmati saja kehidupan saat ini di rumah karena setelah ini berlalu orang akan traveling lagi,” ujarnya meyakinkan.

Kelar COVID-19, seperti halnya wisatawan China yang juga menjalani social distancing dan sempat bekerja, belajar dari rumah akhirnya tidak menunggu tahun depan untuk berwisata. Mereka langsung berwisata meski dengan aturan yang ketat. Tak ada yang mampu menghadang langkah mereka. Sabar dulu wisatawan Indonesia….

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)