NASIONAL

BKPM: Pariwisata Berpotensi Tingkatkan Investasi

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyebut ada dua sektor yang berpotensi untuk mendorong investasi dan menjaga neraca perdagangan Indonesia. Kedua sektor itu pariwisata dan energi.

“Memang konsisten tiga tahun terakhir itu, pariwisata. Jadi ekonomi kita sangat terbantu. Devisa kita terbantu karena pariwisata internasional. Ini momentum yang harus kita genjot,” kata Thomas saat ditemui di Kantor Kementerian Bidang Kemaritiman, Jakarta, Selasa (18/9/2018).

Thomas Lembong melanjutkan, pariwisata kini menjadi perhatian banyak investor asing maupun domestik yang ingin menanamkan uangnya ke Indonesia. Hal iIni sangat dipengaruhi oleh jutaan orang di dunia yang naik kelas menjadi kelas menengah, sehingga mempengaruhi pola konsumsi dari belanja barang-barang menjadi belanja hiburan.

Ketertarikan agar berinvestasi di sektor pariwisata itu, sambung Kepala BKPM, sudah disampaikan para investor asing dari berbagai negara maupun domestik. Investor asing dari Korea Selatan, Timur Tengah, Jepang, Singapura, Taiwan, Malaysia, Australia, Tiongkok, Inggris, India, Rusia dan Amerika Serikat.

Mengingat potensi investasi di sektor pariwisata terbuka kian besar, seiring perubahan gaya hidup seperti kegiatan berbelanja barang bermerek yang biasa dilakukan kelas menengah kini mulai digantikan dengan aksi berswa foto atau vlog dengan latar belakang obyek pariwisata.

Fenomena ini dibuktikan dengan performa industri pariwisata di Indonesia tiap tahun terus meningkat bila dibandingkan kinerja industri berhasis komoditas seperti minyak, gas, batu bara serta kelapa sawit, lontarnya.

Berdasarkan data World Bank kini setidaknya 52 juta orang di Indonesia masuk dalam kelas menengah, berkontribusi pada 43 persen dari total PDB Indonesia. “BKPM mencatat realisasi investasi industri pariwisata selama 5 tahun tahun terakhir (2013-2017) rata-rata tumbuh sebesar 20 % per tahun, dan khusus 2017 tercatat peningkatannya mencapai 31 % mencapai angka USD 1,7 miliar,” katanya.

Diketahui, Pemerintah melalui BKPM menargetkan realisasi investasi pada 2018 sebesar Rp 765 triliun. Sementara, realisasi capaian investasi per kuartal II 2018 tercatat baru sebesar Rp 176,3 triliun.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan, ‎realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) pada kuartal II (April-Juni) 2018 mencapai angka sebesar Rp 176,3 triliun. Angka ini turun 4,9 persen dibandingkan kuartal I 2018 yang sebesar Rp 185,3 triliun.

Namun jika dibandingkan kuartal II 2018, realisasi investasi di kuartal II mengalami peningkatan sebesar 3,1 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017 yang sebesar Rp 170,9 triliun.

Selama kuartal II 2018, realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 80,6 triliun, naik 32,1 persen dari Rp 61,0 triliun pada periode yang sama 2017. Sedangkan untuk Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 95,7 triliun, turun 12,9 persen dari Rp 109,9 ‎triliun pada periode yang sama 2017.

BKPM juga mencatat realisasi investasi lima besar lokasi proyek adalah DKI Jakarta sebesar Rp 29,9 triliun (16,9 persen), Jawa Barat Rp 22,2 triliun (12,6 persen), Jawa Timur Rp 16 triliun (‎9,1 persen), Banten Rp 14,4 triliun (8,2 persen) dan Kalimantan Timur Rp 13,8 triliun (7,8 persen).

Sedangkan realisasi investasi berdasarkan sektor usaha dalam lima besar adalah Pertambangan sebesar Rp 28,2 triliun (16 persen), Transportasi, Gudang, dan Telekomunikasi Rp 25,6 triliun, (14,6 persen), Listrik, Gas, dan Air Rp 20,8 triliun, (11,8 persen); Industri Makanan Rp 17,2 triliun (9,8 persen); dan ‎Perumahan, Kawasan Industri, dan Perkantoran Rp 15,8 triliun (8,9 persen).

Lima besar negara asal PMA antara lain, Singapura sebesar USD 2,4 miliar (33,5 persen), Jepang USD 1 miliar (14,4 persen), Tiongkok USD 0,7 miliar (9,4 persen); Hong Kong, RRT USD 0,6 miliar, (8,2persen) dan Malaysia USD 0,4 miliar (5,3 persen). (EP)

Endy Poerwanto