SOSOK

Yenny Wahid Ingin Garuda Jadi Kebanggaan Indonesia

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Yenny Wahid mendapat kepercayaan memegang jabatan sebagai Komisaris Independen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Penetapan Putri kedua Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini, melalui rapat umum pemegang saham atau RUPSLB yang digelar di kantor Garuda Indonesia, Tangerang, Rabu (22/01/2020) pagi.

“Garuda Indonesia ini bukan sekadar bisnis penerbangan, tapi juga merupakan national flag carrier. Saya ingin Garuda bisa selalu menjadi ikon kebanggaan anak bangsa,” papar pemilik nama asli Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid dalam pesan pendek, Rabu (22/01/2020).

Yenny dikenal sebagai aktifis Islam ini, memiliki rencana khusus untuk membawa perusahaan penerbangan yang sudah go publik ke arah yang lebih baik, lebih maju dan lebih berkembang sesuai tuntutan jaman. “Saya juga punya komitmen untuk memajukan perusahaan milik negara bersama-sama denga seluruh keluarga besar perseroan,” tambah wanita berkerudung.

Yenny mengaku masih akan mempelajari secara komprehensif ihwal kondisi Garuda Indonesia. “Saya kan bakal mewakili publik. Karena itu, prioritas saya tentunya untuk ikut mendorong terciptanya akuntabilitas dan transparansi publik,” ucapnya seperti dikutip laman Tempo.

Yenny puluhan tahun malang melintang di pemerintahan dan partai politik. Wanita kelahiran Jombang itu pernah berkuliah di Jurusan Psikologi Universitas Indonesia, Namun pendidikan sarjanannya itu terhenti di tengah jalan sebelum kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Trisakti. Beberapa tahun kemudian, dia meneruskan pendidikan di Universitas Harvard Kennedy School, Boston.

Yenny Wahid sempat menjalani profesi sebagai wartawan. Dia menjadi koresponden harian Australia, The Sydney Morning Herald tahun 1997-1999 dan beberapa kali meliput di Timor Leste.

Yenny Wahid kemudian masuk ke pemerintahan saat ayahnya, Gusdur, terpilih menjadi presiden. Dia mendampingi ayahnya bertugas dengan menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik.

Di masa pemerintah Presiden SBY, Yenny juga sempat mengemban tugas yang sama sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik, sekaligus mulai aktif di partai politik dengan menjadi Sekjen PKB. Yenny belakangan memutuskan mundur dari parpol usai berseteru dengan Ketua Umum PKB saat itu, Muhaimin Iskandar. (*)

Endy Poerwanto