JAKARTA, bisniswisata.co.id: Tren wisata alam ke hutan misalnya mengantar wisatawan untuk mengenal flora & fauna di Indonesia. Lokasi negara ini yang sangat strategis diapit oleh dua benua dan dua samudera menjadikan kondisi geologisnya sangatlah unik, termasuk flora dan fauna yang ada.
Tak hanya kaya akan spesies flora dan fauna, Indonesia juga merupakan rumah dari berbagai flora dan fauna eksotis dan juga langka.
Kali ini penulis menyoroti ‘demam’ bertanam pohon maupun sayuran dimasa pandemi global ini untuk mengenal tanaman Mata Pelanduk yang nama latinnya adalah Arsidia crispa yang juga merupakan tanaman obat serta bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
Buahnya bundar agak pipih dan yang matang atau masak berwarna hitam, seukuran buah Salam atau buah Buni, sepintas mirip mata pelanduk atau mata kancil, karena itu masyarakat bahari di sekitar Selat Sunda menyebut tumbuhan tropika dengan nama sains Ardisia crispa ini sebagai Mata Pelanduk atau Mata Kancil.
Namun ada juga yang menyebutnya Mata Ayam, karena buahnya hitam berkilat mirip mata ayam. Tumbuhan renek ini pertama saya lihat tahun 1978, di hutan Pantai Jamang di utara daratan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Banten, saat field trip bareng Youth Scient Club Bulungan Gelanggang Remaja Jakarta Selatan.
Sejak itu, tiap kali ke TNUK (walau di tempat lain di Indonesia juga tumbuh), saya cari Mata Pelanduk dan memotretnya. Ardisia crenata tumbuh liar di hutan sekunder atau di pantai-pantai pada ketinggian 10– 200 m.
Berbunga pada Desember – April, Mata Pelanduk ini merupakan habitus semak menahun, tegak, tinggi ½ – 1½ m, berkayu, batang coklat kehitaman. Daunnya tunggal, memanjang dan bergeligih, bergelombang, ujung meruncing, permukaan licin, bertangkai panjang ½ – 1 cm.
Bunganya majemuk berbentuk payung, terletak di ketiak daun, kelopak berlekatan, ujung meruncing, panjang 0,2 – 0,4 cm, warna hijau kekuningan. Perhiasan mahkota berlekatan, berbilang lima, panjang ½ – 1½ cm, ujung runcing, warna putih.
Buahnya tunggal berbentuk lanset, kecil, bulat agak pipih, coklat kemerahan dan jadi hitam saat. masak. Sepintas memang mirip mata pelanduk, kancil atau ayam. Di Taman Nasional Ujung Kulon tumbuhan ini juga tercatat sebagai bagian dari tumbuhan yang biasa dimakan oleh Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus).
Binatang langka yang dilindungi undang-undang, dan sejak lama dicatat UNESCO sebagai bagian dari Warisan Dunia bidang ilmu pengetahuan asal Indonesia

Bermanfaat obat
Berkas tua di Museum Herbarium Bogoriensis di Kota Bogor mencatat Mata Pelanduk atau Mata Kancil atau Mata Ayam ini sebagai bagian dari berlaksa tumbuhan obat Indonesia.
Ardisia crispa disebut sebagai berkhasiat obat, bermanfaat untuk merawat otot, merawat dada sakit, diare, sakit tenggorokan, keracunan, pembengkakan testis,demam, batuk dan obat mengatasi keluhan asam urat.
Akar dan daunnya mengandung polifenol, Akarnya juga mengandung saponin dan flavonoida. Daunnya juga mengandung berbagai macam zat, antara lain: Vitamin A18250 IU; Vitamin B1 0.15 mg; Vitamin C 140 mg; Kalori 79 kal; Protein 8.0 gr; Lemak 2gr; Karbohidrat 11.9 gr; Kalsium 353 mg; Fosfor 63 mg; Zat Besi 0.8 mg; Air 75.4 gr;Papayotin; Kautsyuk; Karpain; Karposit; dan Papain seperti pada Carica papaya
Ragam zat dalam daun itu disebut berfungsi untuk mengeluarkan asam urat yang berlebihan yang tersimpan di sendi-sendi merupakan sumber penyakit Arthritis dan Gout (asam urat tinggi), kelebihan asam urat di keluarkan melalui urine.
Herba ini bersifat diuretik (melancarkan buang air kecil) oleh karena itu harus banyak minum air putih (2 liter/hari). Seberapa jauh tumbuhan ini sudah dibuat obat yang berguna bagi masyarakat? Para dokter dan ahli farmakologi Indonesia yang bisa menjawab.
Yang pasti, masyarakat diberbagai daerah di Indonesia sejak lama meramunya jadi jamu. Daun atau seluruh bagian tanaman Mata Pelanduk, baik segar maupun setelah dikeringkan, digunakan antara lain untuk memperlancar peredaran darah, anti racun, dan anti radang.
Untuk memperlancar peredaran darah digunakan akar segar sebanyak 10 gram, dicuci,direbus dengan 400 ml air sampai mendidih selama 15 menit, disaring, dan setelah dingin diminum sekaligus, dilakukan sehari 2 – 3 kali.
Mata Pelanduk juga diracik jadi obat batuk. memanfaatkan 15 gram daun segar, dicuci, direbus 10 menit dengan 200 ml air sampai mendidih, disaring, setelah dingin diminum 2 kali sehari pagi dan sore.
Nah bagaimana ? menarik kan untuk memahami khasiat tanaman di Indonesia. Salam ekowisata bekowisatutan.