KOMUNITAS

Wajah Kutub Selatan dalam An(t)arktika

KUTA, bisniswisata.co.id:  Kawan, pemanasan global itu nyata. Subjek kontroversi itu bukan hanya isapan jempol belaka. Bahkan kini telah menjelma menjadi keresahan kolektif masyarakat dunia. Bayangkan saja, benua keenam di selatan bumi atau yang dikenal dengan Antartika mencatatkan rekor suhu terpanasnya.

Menurut World Meteorological Organization (WMO), rekor tertinggi suhu di Pangkalan Esperanza di ujung utara Semenanjung Antartika tercatat mencapai 18,3 derajat Celsius atau 64,94 derajat Fahrenheit. Suhu dicatat pada tanggal 6 Februari 2020. Sebelumnya rekor terpanas di benua terdingin di dunia itu terjadi pada bulan Maret 2015; 17, 5 derajat Celcius! 

Keresahan itu juga yang akhirnya membawa empat sahabat, Benny Soetrisno, Jay Subyakto, Krish Suharnoko, dan Yori Antarmenyambangi benua terbesar keempat setelah Asia, Afrika, dan Amerika tersebut.

Mereka mengunjungi daratan seluas 13.661.000 km² yang dikelilingi dataran tinggi dengan puncak gunung tertinggi Vinson Massif 4892 mdpl di jajaran pegunungan Ellsworth, pada bulan Februari 2013, ketika suhu tertinggi tercatat mencapai 13.8 degrees Celsius atau 56.8 derajat Fahrenheit. Perjalanan visual yang mereka lakukan sesungguhnya telah membuka gerbang visi bagi, saya dan semua kita.

Oscar Motuloh, kurator pameran menuturkan kehadiran mereka di sana — Antartika— telah membuka gerbang yang menguak tabir kekhawatiran mereka tentang masa depan dunia, dalam fenomena yang mengguncang bumi.

“Kecemasan yang mereka, kita dan dunia rasakan,” ujarnya.

Meski pun foto-foto yang diabadikan jauh dari ketamakan manusia, tetapi menjadi sebuah penanda yang menakutkan, lahirnya pemanasan global akibat ulah manusia.

“Fenomena yang membuat takdir Antartika seperti telah ditentukan sekarang. Sebentuk peringatan dibalik imaji fotografi yang mereka kemukakan.”

Sementara salah satu pameris, Jay Subyakto menuturkan keberadaaan mereka menapaki daratan es Antartika untuk pertama kalinya guna menyaksikan alam yang berkelindan dengan seisinya tanpa kehadiran manusia.

“Menjadi saksi bahwa tanpa manusia, alam berjalan dalam perputaran yang sempurna dan terhenyak merasakan kesenyapan yang Agung,”paparnya.

Nama Antartika berasal dari bahasa Yunani “Antartikos” yang berarti lawan dari Arktika (Kutub Utara) atau “Artikos”, beruang dari gugus bintang Ursa Minor dengan bintang paling benderang Polaris atau bintang utara. 200 juta tahun yang lalu, Antartika bersama Australia, Afrika, Amerika selatan, India, dan Selandia baru merupakan bagian dari ‘super benua’ Gondwana. Perlahan bersama waktu, Gondwana mulai terpisah. 100 juta tahun kemudian Antartika terpisah dari Australia dan bergerak ke Kutub Selatan menjadi benua keenam.

Buku perjalanan ke Antartika

Benua es ini tidak mempunyai penduduk asli. Sebelum abad ke 20, tidak ada satu pun manusia yang bermukim. Populasi pada musim panas adalah 4000 penduduk, pada musim dingin 1000 penduduk dan bukan merupakan penghuni tetap. Pada 1 Desember 1959, pakta Antartika disepakati oleh 12 negara menyatakan bahwa Antartika tidak dikuasai oleh siapa pun dan hanya diperbolehkan untuk kegiatan ilmiah dan tujuan perdamaian.

Setelah dipamerkan pertama kali di Jakarta, lalu Pati, Semarang, Yogyakarta, kini pameran foto “AN(T)ARKTIKA” dalam bentuk pop art exhibition yang bekerja sama dengan Gandarrana hadir di Bali mulai Minggu (27/09)hingga 10 Oktober, menampilkan 15 karya fotografi.

Bertepatan dengan perayaan Hari Pariwisata Dunia (World Tourism Day) 2020, pameran berlangsung di Uma Seminyak, Kuta Utara, Badung, sekaligus meluncurkan buku bertajuk AN(T)ARTIKA, catatan perjalanan setebal 96 halaman ditambah 64 halaman lampiran foto.

Dwi Yani

Representatif Bali- Nusra Jln G Talang I, No 31B, Buana Indah Padangsambian, Denpasar, Bali Tlp. +628100426003/WA +628123948305 *Omnia tempus habent.*