ART & CULTURE

30 Tahun Vakum, Wayang Orang Pentas Lagi di Jerman

HAMBURG, bisniswisata.co.id: Setelah 30 tahun vakum tampil di Eropa, pagelaran wayang orang kembali dipentaskan di tiga kota di Jerman, yakni Hamburg, Hannover, dan Bremen dengan mengangkat cerita Kresna Duta. Pentas kesenian tradisional Indonesia ini, mendapatkan sambutan antusias dari penonton masyarakat Jerman bahkan wisatawan asing.

Wayang orang itu dipentaskan para seniman dari berbagai sanggar seni, di antaranya Wayang Orang Bharata, ISI Surakarta, RRI Surakarta, RRI Jakarta, dan Swarga Loka, yang menampilkan sejumlah seniman yang namanya sudah tidak asing lagi seperti Dewi Sulastri (Dewi Kunthi), Matheus Wasi Bantolo (Adipati Karna), dan Ali Marsudi (Raden Arjuna).

Malam pementasan pertama, sekitar 500 orang memadati gedung teater Neue Flora di Hamburg. Seperti halnya pada pementasan di Hannover, pertunjukan ditonton oleh orang-orang lokal pecinta seni budaya, pecinta Indonesia, dan juga warga Indonesia yang tinggal di Hamburg dan sekitarnya.

Sebanyak 120 bangku gedung teater Altes Magazin di Hannover terisi penuh. Bahkan penonton meluber dan duduk di tangga, selebihnya berdiri di belakang. Berbeda dengan teater megah Neue Flora di Hamburg, teater Altes Magazin berkapasitas lebih kecil, dengan tiang-tiang konstruksi di antaranya, ujar Miranti Hirschmann, salah seorang penonton, seperti dikutip Antara, Ahad (15/09/2019).

Akustiknya sangat baik sehingga tidak membutuhkan mikrofon. “Suasana ini mengingatkan seperti main wayang orang di Keraton Surakarta,“ kenang Teguh “Kenthus” Ampiranto, pemeran Prabu Kresna, yang juga sutradara pagelaran ini.

Tamu-tamu VIP pada pagelaran itu berasal dari pemerintah Kota Hamburg, juga kalangan diplomatik seperi Konsul Jendral dari India, Venezuela, Chile, Peru, Korsel, Syprus dan Turki. Pagelaran di Hamburg itu diawali dengan lantunan lagu kebangsaan Indonesia Raya, dilanjutkan dengan sambutan Duta Besar RI untuk Republik Federal Jerman, Arif Havas Oegroseno.

Berbeda dalam pementasan wayang orang biasanya, unsur suara dalang yang biasanya mengiringi kisah wayang orang, diganti dengan penutur bahasa Jerman.

Antonia Schwingel, seniwati teater dan penari balet keturunan Spanyol dan Jerman terpilih sebagai penutur pengantar dalam bahasa Jerman. Antonia mengaku ia belum pernah sekalipun mengunjungi Indonesia. Baginya, menuturkan pengantar kisah “Kresna Duta” ini merupakan pengalaman baru dalam kariernya.

Menerjemahkan tutur dalang ke bahasa Jerman pun bukan urusan sembarangan. Panitia menyerahkan hal ini kepada ahlinya, yaitu penterjemah senior, Dr. Martina Heinschke. Bagi Martina, kisah pewayangan Jawa bukan hal asing, namun ia khawatir penonton muda Jerman yang belum pernah mengetahui epos Mahabharata sulit memahami alur kisahnya. Ia berusaha keras agar penonton mengerti, “terjemahannya agak sedikit bebas, sebuah adapsi,” ujaranya.

Teguh “Kenthus” Ampiranto memastikan “alur cerita, tokoh, musik, lagu dan tarian tetap teguh pada pakem wayang orang klasik”. Begitu juga dengan durasi pertunjukan wayang orang yang biasanya berlangsung tiga hingga empat jam, untuk pertunjukkan di Jerman, pagelaran ini dipadatkan menjadi 90 menit.

Salah satu penggagas pagelaran ini, Dr. Prasti Pomarius dari Yayasan Paramarta Karya Budaya mengatakan mengolah konsep pagelaran agar dimengerti oleh penonton Jerman ini adalah tantangan yang paling menantang dalam proses persiapannya.

Baginya, wayang orang tidak ada bedanya dengan seni opera di Eropa yang menggunakan kombinasi musik live, kisah, tarian. “Dengan memperkenalkan pagelaran wayang orang yang megah ini, kami berharap masyarakat Jerman lebih terbuka melihat Indonesia,” tuturnya.

Harga tiket untuk menonton pagelaran ini dipatok 20 euro per orang. Rangkaian pagelaran Wayang Orang didukung Direktorat Jendral Kebudayaan Kemendikbud, KJRI Hamburg, Ikatan Ahli dan Sarjana Indonesia di Jerman (IASI), DIG Hamburg, Diaspora Indonesia in Bremen, AFA, juga PPI dari berbagai kota di Jerman. (ndy)

Endy Poerwanto