NIAS SELATAN, bisniswisata.co.id: Tradisi Lompat Batu Nias dilankukan secara turun temurun di Desa Bawomataluo di Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara (Sumut). Melompat batu atau yang biasa disebut oleh orang Nias sebagai fahombo batu, mulanya dilakukan oleh seorang pemuda Nias untuk menunjukan bahwa pemuda yang bersangkutan sudah dianggap dewasa dan matang secara fisik.
Lebih jauh dari itu bila sang pemuda mampu melompati batu yang disusun hingga mencapai ketinggian 2 m dengan ketebalan 40 cm, yang dilompati secara sempurna, artinya sang pemuda kelak akan menjadi pemuda pembela kampungnya samu’i mbanua atau la’imba hor, jika ada konflik dengan warga desa lain.
Tradisi lompat batu, kini tetap lestari bahkan menjadi daya tarik wisata. Wisatawan baik nusantara maupun mancanegara yang datang ke Nias, selalu disuguhi tradisi ini. Selain Wisatawan mengabadikan bahwa menunjukkan pernah datang ke Nias, juga diposting di media sosial bahwa Indonesia memiliki tradisi yang unik dan menarik sehingga layak untuk dikunjungi.
Saat ada event Sail Nias 2019, peserta Sail dari mancanegara pun ditunjukkan kehebatan pemuda Nias melampot batu setinggi 2 meter, Bahkan pemerintah dan Panitia Nasional Sail Nias 2019 berencana mengusulkan Desa Bawomataluo di Kabupaten Nias Selatan, sebagai salah satu situs warisan dunia.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pengajuan Desa Bawomataluo sebagai salah satu warisan kebudayaan dunia sudah disampaikan pada International Seminar Nias Heritage 2019 di Gunungsitoli yang merupakan rangkaian kegiatan Sail Nias 2019. “Keindahan dan kekayaan alam di daerah ini tidak perlu diragukan,” kata Luhut seperti dilansir Antara, Ahad (15/09/2019).
Salah satu agenda dalam International Seminar Nias Heritage 2019 di Gunungsitoli yang menjadi rangkaian kegiatan Sail Nias, adalah mengajukan Desa Bawomataluo menjadi warisan dunia. Hombo Batu merupakan tradisi yang muncul dari kebiasaan berperang antar desa, masing-masing desa membentengi wilayahnya dengan batu atau bambu setinggi dua meter.
Penduduk Desa Bawomataluo memegang teguh adat istiadatnya secara turun-temurun, termasuk melestarikan tradisi lompat batu. Luhut meyakini jika Desa Bawomataluo masuk dalam daftar situs warisan dunia, maka jumlah kunjungan wisatawan asing ke Nias akan meningkat.
Luhut menyatakan perhelatan Sail Nias 2019 yang bertema ‘Nias Menuju Gerbang Wisata Bahari Dunia’ ini tidak hanya berhenti di acara puncak. Perhelatan ini menjadi awal proses promosi wisata Kepulauan Nias. “Selanjutnya dapat disusun program pariwisata Nias dalam paket wisata kemudian disosialisasikan melalui berbagai platform,” sambungnya. (ndy)