JAKARTA, bisniswisata.co.id: Langkah Kemenparekraf untuk menghadiri Arabian Travel Mart ( ATM) Dubai 2021 sudah tepat karena dari sisi pemasaran di tengah pandemi COVID-19 dibutuhkan trust atau kepercayaan yang tinggi kata Wuryastuti Sunario.
“Negara yang mengandalkan devisa dari pariwisata tengah berlomba mengambil hati atau memenangkan kepercayaan konsumen ( gain consummer confidence). Oleh karena itu begitu event tahunan ini kembali kesempatanpun dimanfaatkan,” kata ahli pariwisata yang juga mantan Managing Director Badan Promosi Pariwisata Indonesia ( BPPI) dan akrab disapa Tuti Sunario ini
Dia memahami mengapa kehadiran Kemenparekraf di ATM Dubai 2021 menuai kontroversi di kalangan industri pariwisatanya sendiri karena memang terkait peraturan anggaran yang tidak bisa dialihkan untuk kepentingan lain dan hal ini tidak sepenuhnya dipahami oleh berbagai pihak terkait.
“Sebagai contoh dalam hal penggunaan anggaran pemerintah. Kalau sudah ditetapkan untuk promosi pariwisata RI di ATM Dubai, maka penggunaannya tidak bisa dialihkan untuk peruntukan yang lain seperti kebutuhan vaksinasi pelaku industri pariwisata misalnya,”
Menghadapi krisis yang terjadi saat ini mulai dari krisis menguasai tekhnologi digital hingga krisis akibat pandemi global COVID-19 akan memaksa pemerintah untuk meninjau ulang peraturan yang ada dan merombak aturan yang menyesuaikan zaman.
Tuti paham dari sisi administrasi negara jika dana ATM 2021 tidak dimanfaatkan maka tahun depan bisa tidak dianggarkan lagi sementara Kemenparekraf mengandalkan bursa-bursa pariwisata internasional untuk menjaring kunjungan wisatawan mancanegara.
Terkait peraturan anggaran, Indonesia masih menganut Hukum Kontinental dari Belanda, sementara banyak negara didunia memakai Hukum Inggris yang sudah lebih luwes dengan membentuk Statutory board dimana keuangan pemerintah dan swasta bisa digabung.
” Kalau di Singapura maka pemerintahnya mendirikan lembaga seperti Singapore Tourism Board ( STB) dimana keuangan pemerintah dan swasta bisa disatukan sehingga para stakesholder pariwisatanya bisa selaras, sejalan dalam melakukan promosi bersama,” jelasnya..
Tuti mengingatkan ketika menyelenggarakan PATA Conference tahun 1974, semua stakeholder mulai dari airlines, travel biro, akomodasi semua kompak dan bisa mengemas pre & post tour dengan baik dan pariwisata RI kemudian berkembang pesat.
Pihaknya berharap industri pariwisata bisa segera melakukan coorporation, bersinergi, berkolaborasi sehingga di tengah pandemi global dalam 15 bulan terakhir maka RI sudah bisa menggerakkan wisata domestik untuk membangkitan perekonomian dari sektor pariwisata.
” Kita harus segera menggerakkan wisata domestik atau wisata nusantara ( wisnus) karena pelaku usaha terutama di Bali makin dalam kondisi ‘ sekarat ‘. Harus dipelajari apa yang menghambat dan bagaimana solusinya termasuk dalam hal peraturan yang menghambat,”
“Indonesia negara kepulauan harusnya kita bisa segera menggerakan wisata domestik tetap dengan aman sehingga ekonomi dan prokes bisa sama-sama jalan,” kata Tuti Sunario
Dia menyarankan agar Kemenparekraf beserta industri pariwisata dan para wakil rakyat memberikan input pada Presiden Jokowi apa saja yang perlu dirombak karena krisis yang memaksa negara untuk lebih luwes dengan aturan yang telah dibuat agar pariwisata bangkit dan kembali jadi penghasil devisa negara.