FASHION

Tren Kebaya 2019: Simple Tapi Glamour

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Kebaya, busana tradisional Indonesia kini kembali naik daun. Kerap diperbincangkan di dunia fashion nasional. Juga kerap hadir di fashion show baik nasional hingga internastional. Lebih menggembirakan lagi kebaya kini hadir di acara resepsi pernikahan, upacara kenegaraan, maupun acara resmi lainnya. Dan umumnya, kebaya pengantin pun kini hadir dalam beraneka macam model.

Desainer Vera Anggraini atau dikenal Vera Kebaya mengungkapkan tren kebaya terkini masih tidak jauh berbeda dengan 2018. Kebaya simpel namun tetap glamour menjadi pilihan wanita untuk kebaya pernikahan.

“Nggak jauh-jauh generasi muda masih suka yang konsepnya bisa dibilang cutting simple tapi ingin detail-detail yang glamour. generasi melinial biasanya ingin sentuhan yang lebih modern pada gaun tersebut agar sesuai dengan jiwa mereka.,” kata Vera dalam keterangannya saat peluncuran buku kebaya di Jakarta, kemarin.

Detail-detail glamour yang dimaksud, adanya taburan kristal pada kebaya yang kini banyak diminati. Kebaya dengan detail taburan kristal mendominasi tren kebaya pengantin 2019. Selain itu, ada permintaan yang tidak kalah mencuri perhatian. “Memang sih, tahun ini kristal-kristal lebih banyak walaupun ada sebagian juga yang langsung frontal tidak mau ada monte,” tandasnya.

Namun, Vera menyarankan dengan pemilihan bahan yang lebih bagus akan menghasilkan penampilan kebaya yang lebih rapi, lebih enak dipandang mata dan terkesan anggun, tambah desainer berusia 44 tahun.

Selain kebaya pengantin, Vera juga banyak mengerjakan kebaya untuk ragam acara seperti wisuda, tunangan atau sekadar kondangan. Dan kebaya yang tengah tren di kalangan anak muda untuk jenis acara-acara tersebut adalah kebaya dengan model yang fleksibel. “Kalau buat anak muda lebih ingin model yang flexible karena sekarang kebaya juga nggak harus modelnya yang ketat semua, yang longgar juga sedang banyak diminati,” ungkapnya.

Seiring meningkatnya permintaan kebaya dengan model yang fleksibel, Vera berharap semakin banyak wanita muda yang mengenakan kebaya untuk berbagai acara. Dan dia juga menyimpan harapan kebaya dengan potongan klasik tidak ditinggalkan anak-anak muda.

“Mudah-mudahan tahun depan kebaya cutting classic masih diminati, karena anak-anak sekarang bisa dibilang mereka sangat bangga mengenakan baju-baju tradisional, jadi kayak kalau bridesmaid aja itu lucu-lucu sekali ya bajunya dan mereka bebas berekspresi dengan model yang sangat bervariasi tapi tetap tidak menghilangkan pakem indahnya kebaya,” tutup Vera.

Terkait dengan warna, Vera juga menyebut belum terlalu banyak perubahan. Permintaan masih banyak ke warna pastel, biru, rose gold, masih warna-warna standar. Bagi Vera memilih memakai warna yang lebih berani. Yang tidak biasa menjadi warna untuk baju pengantin namun tetap sejalan dengan aturan berbusana pengantin di suatu daerah dan cocok saat dipadukan dengan hiasan adat. “Contoh, untuk busana pengantin Papua, saya menggantikan rumbai-rumbai dengan kristal,” kata Vera.

Dilanjutkan untuk modifikasi baju pengantin tradisional bisa saja dilakukan asalkan tidak menyalahi pakemnya. Untuk mengakomodir sentuhan modern seperti yang diinginkan calon pengantin generasi muda, dia menerapkan beberapa sentuhan berbeda pada baju penganting rancangannya.

“Koleksi terbaru saya berusaha mendekati pakem yang ada di setiap daerah walaupun sudah dimodifikasi agar bisa diterima di kalangan anak muda. Caranya, Kebaya menggunakan warna yang lebih beragam, sehingga tidak fanatik dengan warna baju pengantin tertentu dari suatu daerah.” tambahnya.

Dengan melakukan modifikasi yang tidak melanggar pakem, Vera Kebaya berharap lebih banyak anak muda yang bangga menggunakan busana adat di hari pernikahan mereka. Bukan hanya bermain warna baju pengantin, Vera Anggraini juga memberikan sentuhan berbeda pada perhiasan yang digunakan.

Sebagai bentuk kecintaan Vera pada kebaya, koleksi kebayanya terangkum apik dalam jepretan fotografer Darwis Triadi di buku bertajuk Kebaya – Merajut Daur Hidup. Buku ini telah resmi dirilis pada 27 Agustus 2019. “Asal muasalnya karena kebaya bisa dibilang dikenakan mulai acara pernikahan sampai tua. Banyak acara yang bisa mengenakan kebaya seperti pernikahan, syukuran, pelantikan itu diwakilin memakai busana kebaya atau kebaya nasional,” tambahnya.

Buku dengan 251 halaman ini menampilkan 74 model yang merupakan klien Vera. Dijual dengan harga Rp1 juta, buku diterbitkan oleh Red & White Publishing ini turut berkolaborasi dengan wedding planner Weddingku serta organizer pernikahan Emil Eriyanto dan Dhanny Iskandar.

“Karena hard cover, materialnya lumayan pilihan karena saya ingin buku ini bisa disimpan dalam jangka waktu yang panjang sehingga pemilihan material dan kertasnya yang terbaik,” lanjutnya. (end)

Endy Poerwanto