Pemandangan kota Baku, Azerbaijan ( foto: repro Google).
JAKARTA, bisniswisata.co.id: Azerbaijan, ada yang kenal dengan negara ini sebelumnya? Mungkin negara ini memang kurang dikenal di kalangan warga Indonesia. Bahkan untuk menyebutkan kata “Azerbaijan” pun cukup sulit dilafalkan bukan?.
“Tapi, ternyata negara ini sudah memikat hati saya sejak beberapa kali business trip kesana dan setelah saya membaca sejarah serta juga fakta-fakta menarik tentang Azerbaijan. Negara Api di dataran Eropa ini hampir memiliki kesamaan dengan Turki,” kata William Satriaputra, hari ini.
Republik Azerbaijan adalah sebuah negara di Kaukasus di persimpangan Eropa dan Asia Barat Daya. Ia berbatasan dengan Rusia di sebelah utara, Georgia dan Armenia di barat, dan Iran di selatan. . Ibu kotanya Baku dan mata uangnya adalah Manat Azerbaijan
“Jadi memang sebagian besar daratannya berada di benua Asia dan sebagian lain berada di Eropa. Bahkan, negara kita Indonesia merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Azerbaijan di dunia,” ungkap William Satriaputra.
Itulah sebabnya mengapa warga Azerbaijan kalau sudah berjumpa dengan warga Indonesia akan dianggap saudara, brother, relatives bahkan family karena kita memang memiliki banyak kedekatan.
Penduduk Azerbaijan kira-kira sekitar 10 juta orang. Sangat sedikit jika dibandingkan dengan penduduk Jakarta pada siang hari yang bisa mencapai hingga 13 juta orang.
Menariknya justru hampir 95 persen penduduknya beragama Islam. Meskipun negara ini negara sekuler, namun toleransi sangat dijunjung tinggi meskipun ada perbedaan madzhab. Jadi, jangan khawatir jika ingin traveling ke Azerbaijan.
William Satriaputra yang menjadi Kordinator Wilayah ESQ Europe, Middle East and Africa (EMEA) mengatakan untuk mempererat hubungan ke dua negara dan sesama saudara Muslim, pihaknya menjadwalkan training ESQ Character Building di Baku, ibukota Azerbaijan pada 16-17 Maret 2019.
Bekerja sama dengan Persatuan Pelajar dan Pemuda Indonesia di Azerbaijan dan Indonesian Diaspora Network Azerbaijan akan menyelenggarakan Training ESQ Batch 17 di wilayah kerjanya diharapkan dapat mengisi dan mengasah ruang batin para diaspora Indonesia dan masyarakat muslim di negara tersebut.
Rencana training ini terselenggara tak lepas dari respon positif dari Dubes RI untuk Azerbaijan, Dr. H. Husnan Bay Fananie, MA. Diplomat kelahiran Jakarta, 13 November 1967 ini memperoleh kepercayaan sebagai Duta Besar RI untuk Azerbaijan sejak 2016.
Dubes RI Untuk Azerbaijan
Husnan yang alumni Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo yang telah menamatkan pendidikan strata satu hingga strata 3 berturut-turut di University of the Punjab, Lahore, Pakistan dan Rijks Universiteit Leiden, the Netherlands, dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
The power of a dream telah dibuktikan sendiri oleh Husnan, bagaimana dahsyatnya mimpi yang bisa diraih dengan semangat dan kemauan yang keras. Impian adalah ambisi dari dalam diri manusia yang mampu menjadi motor untuk bangkit dan maju.
Impian akan memotivasi menuju keberhasilan, menghadapi berbagai rintangan untuk menghadapi tujuan seperti long marchnya Nelson Mandela. Masa depan hanyalah milik orang-orang yang percaya akan keindahan mimpi-mimpi kata Eleanor Roosevelt.
“Kisah dari Prof Dr Husnan Bey Fananie, MA, Dubes RI untuk Azerbaijan bisa menjadi teladan bagi kita semua untuk mampu mewujudkan mimpi,” kara William.
Awal kisah kehidupannya di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo yg didirikan KH R. Zainuddin, kakeknya untuk meraih ilmu dan membiasakannya hidup dilingkungan pesantren. Sering dipandangnya awan awan sambil bermimpi dan melukiskannya benua benua yang ingin di jelajahinya.
Tersihir dengan mantra Man Jadda Wa Jadda, siapa yang bersungguh sungguh ia akan berhasil dengan demikian berangkatlah Husnan menuntut ilmu ke Pakistan. Tak cukup dengan ilmu yang didapat dan bahasa Urdu yang dikuasai, semangat ingin mengejar mimpinya menjadi “Duta Besar” dan memutuskan berangkat menuju Negeri Belanda.
Kerja serabutan, aktif di PPME Den Haag dari Mushalla Al Ittihaad di awal tahun 90 an sehingga Masjid Al Hikmah terrealisir menjadi Masjid pertama Indonesia di negri Belanda dilakoninya sambil kuliah lagi di Leiden.
Menyadari untuk menggapai impian disamping ilmu perlu sarana maka Husnan pulang ke tanah air, aktif di dunia politik sebagai santri yang ingin mengabdi kepada bangsa dan negara. Dia kemudian menjadi Aspri Wapres Hamzah Haz dan anggota DPR/MPR sambil menyelesaikan tesisnya.
Diangkat sebagai Duta Besar untuk Azerbaijan 3 tahun yang lalu dan menganggap tugas yang di emban sebagai ibadah sekaligus representasi Indonesia, Husnan rajin promosi dan memperkenalkan budaya dan produk Indonesia.
Menurutnya ini cara ampuhnya untuk mengangkat Indonesia di kancah internasional seperti membentuk Indonesia Culture Club, memberikan kuliah umum dan menyambangi 38 perguruan Pencak Silat di Azerbaijan dengan 10.000 pesilat.
“Gelar Profesor dari Azerbaijan University of Languages diberikan kepada-nya demikian juga Award Duta Besar Sahabat Utama Pers Azerbaijan 2018 setelah sebelumnya mendapat predikat Duta Besar terbaik selama 3 tahun berturut turut di Azerbaijan,” jekas William Satriaputra.
Maulana Malik Ibrahim
Siapa sangka hubungan RI dan Azerbaijan terhubung berabad-abad lalu sehingga penduduk Azerbaijan sudah menganggap warga Indonesia sebagai saudaranya sendiri. Mengapa? Karena ternyata Maulana Malik Ibrahim arau dikenal sebagai Sunan Gresik berasal dari Azerbaijan, namun kemudian ia belajar di Samarkand.
Lewat perdagangan Maulana Malik Ibrahim membawa Islam hingga ke Samudera Pasai. Di negri ini lebih banyak pengikut Syiahnya dibanding pengikut Sunni. Namun yang patut diapresiasi mereka saling menghormati satu sama lain.
Azerbaijan disebut sebagai negara Api karena salah satu tempat wisata di Azerbaijan adalah sebuah gunung yang selalu mengeluarkan api. Menurut beberapa sumber di bawah “Burning Mountain” ini terdapat cadangan minyak yang berlimpah. Salah satu pendapatan Azerbaijan adalah emas hitam atau minyak bumi.
Gunung yang mengeluarkan api tersebut bernama Yanar Dag. Gunung setinggi 116 meter ini berlokasi di Absheron Peninsula 25 kilometer sebelum timur laut dari ibukota Azarbaijan, Baku.
Minyak bumi di Azerbaijan ternyata bukan hanya diolah menjadi beberapa produk lain seperti bensin dan lain sebagainya. Melainkan digunakan sebagai salah satu terapi untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.
“Benar, minyak bumi di Naftalan dipercaya bisa mengurangi pegal-pegal, nyeri sendi hingga digunakan untuk tujuan kecantikan, memperindah kulit. Nah, makin penasaran kan bagaimana bisa spa dengan minyak mentah di Naftalan, Azerbaijan?, ” ujarnya.
William Satriaputra diThe Haidar Aliyev Centre
Banyak kisah menarik lainnya saat mengeksplorasi obyek wisata di negri ini, salah satunya kisah cinta paling terkenal sepanjang sejarah di dunia adalah kisah Layla dan Majun. Padahal kisah tersebut sudah ditulis pada abad ke 12 dan masih bertahan hingga kini sebagai kisah cinta sepanjang masa.
Penulisnya, Nizami Ganjavi, ternyata berasal dari Azerbaijan. Inilah yang menjadi bukti bahwa Kebudayaan dan Peradaban tinggi pernah berdiri di Azerbaijan. Apalagi Azerbaijan berdekatan dengan negara-negara kuat seperti Iran dan Rusia.
William juga menjelaskan bahwa berwisata di Azerbaijan memiliki rasa aman dan nyaman karena tingkat kriminalitas di Azerbaijan tergolong rendah. Peraturan ditegakkan dengan sangat tegas. Bahkan pemerintahnya tidak akan segan-segan menindak segala tindak kejahatan seperti salah satunya illegal logging yang masih menjadi isu besar di Indonesia.
Tidak ada cerita tentang illegal logging hingga pembukaan lahan untuk pertanian. Hutan di Azerbaijan benar-benar sebagai warisan bagi anak cucu kelak. Sebuah warisan yang tak akan ternilai harganya bagi generasi mendatang.
Azerbaijan termasuk negara yang sangat menghargai alam. Menariknya Azerbaijan sudah memahami bahwa hutan adalah hutan. Jadi, hutan di Azerbaijan benar-benar dilindungi dan dilestarikan.
Tak heran area Taman Nasional Gobustan juga menjadi obyek yang menarik kunjungan wisatawan. Obyek yang lebih dikenal sebagai Gobustan Rock Art Cultural Landscape ini berjarak sekitar 64 km di barat daya dari pusat Kota Baku, tepatnya di sisi barat Laut Kaspia sehingga dalam sejam dari ibukota suasana alam tersaji.
Taman nasional ini meliputi daerah pegunungan dan perbukitan yang berada di tengah-tengah Azerbaijan. Selain memiliki koleksi lebih dari 6.000 ukiran batu yang telah bertahan selama 40.000 tahun lamanya.
Taman Nasional Gobustan juga memiliki reruntuhan gua yang pernah dihuni oleh manusia zaman purba, serta tempat tinggal dan area pemakaman. Semua peninggalan sejarah ini diduga berasal dari periode sebelum Zaman Es terakhir. Dengan luas sebesar 537 hektar, Taman Nasional Gobustan merupakan wilayah yang dilindungi.
Selain petroglyph, di Gobustan juga memiliki taman yang memiliki bebatuan bernyanyi. Salah satunya dikenal dengan nama Gaval Dash atau yang berarti batu tamborin.
Gaval dash adalah batu datar yang memiliki panjang sekitar dua meter. Batu ini mampu menghasilkan bebunyian jika diketuk dengan batu berukuran lebih kecil, sepintas suara yang dihasilkan batu ini menyerupai bunyi tamborin.
Di sini juga terdapat fosil dan benda benda laut seperti kerang yang menandakan pegunungan ini waktu banjir besar Nabi Nuh berada dibawah air.
Pernah mendengar nama kaum penyembah api? Merekalah yang hidup di zaman Persia pada abad ke-6 sebelum Masehi. Kaum ini adalah kaum penyembah api yang menganggapnya sebagai tuhan.
“Nah, hingga saat ini kuil kaum Zoroaster masih berdiri kokoh di ibu kota Azerbaijan, Baku. Jadi kunjungan ke negri ini akan banyak pengalaman yang bisa kita peroleh selain training ESQ,” katanya.
Para peserta training yang datang dari Turki, Indonesia, Belanda dan Finlandia disamping dari Azerbaijan sendiri oleh panitia lokal akan mengikuti Cultural Excursion di kota Baku pada 18 Maret 2019 seperti mengunjungi Old City, Şəhidlər Xiyabanı, Highland Park dan Heydar Aliyev Center.
Old City atau Kota Lama atau fisebut Kota Dalam adalah pusat sejarah Baku, ibukota Azerbaijan. Kota Lama tersebut adalah bagian paling kuno di Baku yang dikelilingi oleh tembok yang melindunginya.
The Haidar Aliyev Centre adalah kompleks bangunan seluas 57.500 m² di Baku, Azerbaijan yang dirancang oleh arsitek Irak-Inggris, Zaha Hadid dan terkenal karena arsitekturnya yang khas dan gaya melengkung yang melengkung yang menghindari sudut tajam.
“ Setelah tour, peserta yang mengambil penerbangan malam akan langsung diantar ke bandara untuk pulang ke negara masing-masing. Kami berharap nanti ada training lanjutan dan Indonesia bisa menarik kunjungan wisatawan dari Azerbaijan,” kata William Satriaputra optimistis.