NASIONAL

Tour de Terumbu, Solusi Cerdas Selamatkan Terumbu Karang

PALU, bisniswisata.co.id: Terumbu Karang Indonesia sangat rentan terhadap kerusakan, terutama aktivitas manusia. Bahkan banyaknya wisatawan nusantara (Wisnus) dan mancanegara (wisman) yang menyelam atau diving maupun snorkling kini menjadi penyebab utama kehancuran terumbu karang.

Indonesia, yang berada dalam area segitiga karang (coral triangle) dunia, tercatat data LIPI tahun 2017 memiliki total luas terumbu karang 2,5 juta hektar. Dari area itu, kondisi terumbu karang yang baik hanya 6,39 persen. Menyedihkan memang.

Demikian juga kondisi terumbu karang di Sulawesi, dari 862.627 Ha luasan terumbu karang Sulawesi, sekitar 31,2% atau 269.570 Ha di antaranya berstatus jelek atau rusak. Padahal, terumbu karang sangat penting bagi lingkungan dan manusia.

Terumbu karang mampu melindungi penduduk pesisir dari badai karena mampu menyerap 97% energi ombak. Terumbu karang sebagai rumah ikan, serta biota laut lainnya. Terumbu karang yang sehat menghasilkan 5 – 10 ton ikan/km2 setiap tahun.

Terumbu karang juga dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi destinasi wisata bahari. Secara nasional, wisatawan yang berwisata bahari dengan melihat terumbu karang, mampu menghasilkan pendapatan sebesar Rp13 Triliun dari sekitar 2,5 juta wisatawan.

Tak ingin kondisi terumbu karang mengalami kerusakan lebih parah lagi, PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) VII Sulawesi punya solusi untuk menyelamatkan terumbu karang. Sekaligus turut melestarikan terumbu karang. Solusinya dengan menggandeng
Balai Taman Nasional Kepulauan Togean (TNKT), melakukan transplantasi karang, yang dikemas dalam Tour de Terumbu.

Transplantasi karang berlangsung di Pulau Pangempa, Kepulauan Togean Sulawesi Tengah, Kamis (06/09/2018). Transplantasi karang ini dilakukan langsung oleh para penyelam dari TNKT dan Pertamina MOR VII yang dilepas secara simbolis oleh General Manager MOR VII, Tengku Fernanda.

“Kepulauan Togean memiliki luas terumbu karang 13.909 hektar, namun lebih dari dari 50 persen atau 8.345 hektar terumbu karang berstatus rusak dan hanya 5.564 hektar yang berstatus sehat. Pertamina bersama Balai TNKT melakukan transplantasi karang sebanyak 5.600 bibit di Pulau Pangempa, Togean,” jelas Tengku Fernanda dalam keterangan terulis, Jumat (07/09/2018).

Tour de Terumbu ini, merupakan bagian dari upaya konservasi dan pelestarian kehidupan bawah laut yang menjadi salah satu komitmen kepedulian Pertamina di bidang lingkungan hidup. “Khusus di Togean, secara jangka panjang kegiatan ini menjadi bentuk dukungan kami bersama TNKT untuk mewujudkan Togean menjadi Cagar Biosfer,” lontarnya.

Transplantasi karang dilakukan dengan mengaitkan karang ke media yang diletakkan di bawah laut. Bentuknya seperti meja, berfungsi sebagai substrat atau tempat karang menempel, dengan total 280 substrat. “Kita melakukan intervensi percepatan regenerasi karang dan perbaikan lingkungan yang rusak dan tak bisa lagi ditumbuhi karang,” kata Tengku.

Karang yang telah ditanam nantinya dapat dijaga kelangsungannya. “Sebaik apapun kondisi terumbu karang di suatu lokasi, bila terus menerus mendapatkan gangguan ataupun tekanan tentunya akan dapat merusak ekosistemnya. Ini yang wajib kita jaga bersama,” sarannya.

Untuk menjaga itu, Pertamina melalui TNKT juga melakukan edukasi kepada masyarakat sekitar serta wisatawan mengenai pentingnya ekosistem terumbu karang, mengingat kawasan Togean juga merupakan kawasan objek wisata dengan intensitas kunjungan wisatawan yang cukup tinggi.

Pertengahan September 2018 Pertamina MOR VII akan memberikan bantuan transplantasi terumbu karang di Baubau sebanyak 1800 bibit karang. “Sebelumnya beberapa program konservasi laut telah kami lakukan di wilayah Sulawesi antara lain kegiatan Penanaman 500 bibit Mangrove dan Pembangunan Kawasan Ekowisata Mangrove Desa Lantebung, Bira Kota serta transplantasi lebih dari 9 ribu terumbu karang di Sulawesi sejak tahun 2013,” jelas Tengku

Kepala Balai TNKT, Ir Bustang menjelaskan, cagar biosfer merupakan wilayah atau kawasan yang terdiri dari daratan, perairan, dan pantai yang keseluruhan unsur alamnya dilindungi dan dilestarikan. Keberadaan cagar biosfer bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara melestarikan keanekaragaman hayati, pembangunan ekonomi dan kebudayaan.

“Berbagai upaya telah dilakukan Balai TNKT untuk mewujudkan Kepulauan Togean menjadi cagar biosfer Bahkan Tour de Terumbu tidak hanya dilakukan di Kepulauan Togean, namun di 3 lokasi. Dua lokasi di wilayah Sulawesi Tenggara yakni di Wakatobi, dilakukan tranplantasi karang sebanyak 1000 bibit pada Sabtu, (25/08) dan di Kolaka, 200 bibit pada Rabu, (29/08),” paparnya. (redaksi@bisniswisata.co.id)

Endy Poerwanto