PALU, bisniswisata.co.id: Sebanyak 15 tim mancanegara mendaftarkan pembalapnya untuk mengikuti lomba balap sepeda wisata internasional bertajuk Tour de Central Celebes (TdCC) II-2018, yang digelar pada 14 hingga 18 Oktober 2018. “Ini menunjukkan bahwa antusiasme pembalap mengikuti lomba ini sangat tinggi,” kata Dr Hasan, Race Director TdCC, di Palu Selasa (25/9/2018).
Dilanjutkan, pada TdCC I-2017, tim-tim peserta baru mendaftarkan pembalapnya hanya tiga-empat hari sebelum pelaksanaan lomba. Tapi kali ini, satu bulan sebelum hari pelaksananan, tim-tim sudah mendaftarkan pebalapnya. Ini menunjukkan TdCC semakin menjadi day tarik bagi pembalap luar negeri. “Setiap tim mendaftarkan lima pembalap dan tiga offisial,” katanya menambahkan.
Menurut Ketua Harian ISSI Sulteng itu, sudah terdaftar 20 tim mancanegara, lima diantaranya tim nasional akan mengikuti TdCC, serta lima tim cadangan yang akan mengisi bila yang terdaftar saat ini mengundurkan diri.
Ada beberapa hal yang membuat TdCC II-2018 sangat diminati pembalap dunia. Yakni pertama karena TdCC kini sudah terdaftar di Uni Sepeda Internasional (UCI-Union Ciclyst Internationale) sehingga peserta akan mendapatkan point untuk pemeringkatan pebalap dunia.
Selain itu, bonus yang disediakan penyelenggara juga semakin menarik yakni bernilai total Rp 1,3 miliar, dua kali lipat dari TdCC I-2017 yang berjumlah total Rp 600 miliar. TdCC II-2018 ini akan menempuih rute sepanjang 760 kilometer yang dibagi dalam lima etape yakni Etape I Luwuk-Bunta, Etape II Ampana-Poso, Etape III Tentena-Parigi, Etape IV Parigi-Sigi, dan Etape V Donggala-Palu.
Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola pernah mengatakan bagi Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), tahun 2016 merupakan salah satu momentum kebangkitan pariwisata setempat. Pasalnya, fenomena Gerhana Matahari kala itu membuat pemerintah setempat sadar bahwa dari segi infrastruktur dan akomodasi semuanya masih serba kurang.
Sulteng menjadi salah satu lokasi terbaik untuk menyaksikan fenomena Gerhana Matahari. Sebab itu, banyak wisatawan baik asing dan dalam negeri berbondong-bondong mengunjungi Sulawesi Tengah. Banyaknya wisatawan akhirnya membuat kapasitas penginapan di sana membludak.
Hal ini yang kemudian membuat titik balik bagi Sulteng untuk berbenah. Upaya tersebut pun tidak mudah. Selama beberapa tahun terakhir, Sulteng sering dicap sebagai wilayah yang tidak aman. Kota Poso yang berada di wilayah Sulteng kerap diberitakan media sebagai lokasi konflik. “Investasi tidak ada yang masuk, bahkan pada keluar dari Sulteng,” ujar Longki.
Kini Sulteng sedang mempersiapkan ajang Tour de Central Celebes (TdCC) yang lintasannya akan mencakup enam kabupaten dan satu kota di Provinsi Sulawesi Tengah. Sebelumnya, Pemprov Sulteng menggelar TdCC I-2017 pada 6-8 Nopember 2017 yang diikuti 65 pembalap dari 15 negara dan dinilai sangat berhasil oleh UCI (Union Cyclist Internationale).
TdCC memiliki tujuan mempromosikan pariwisata guna meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik ke Sulteng. Selain itu kompetisi ini juga dapat memfasilitas para pegiat sepeda dalam dan luar negeri untuk berkompetisi dalam semangat sportifitas, mencari bibit-bibit pebalap sepeda.
“Mungkin banyak yang bertanya kenapa kami memilih balap sepeda ketimbang marathon. Pertama, dengan sepeda akan ada banyak lokasi yang bisa dieksplorasi. Kedua, dengan lomba sepeda tentunya infrstruktur jalanraya di sana menjadi lebih baik,” tambah Longki.
Pada tahun 2018, Longki menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara akan mencapai angka 75 ribu sedangkan wisatawan nusantara mencapai 3,75 juta. “Kunjungan turis dari banyak negara membuktikan bahwa Sulteng itu aman. Bila penyelenggaraan ini sukses tentu akan membuka perspektif baru terhadap Sulteng,” tutup Longki.
Bahkan terinspirasi dari Tour de France, lanjut dia, pemerintah Sulteng untuk kali ketiganya menggelar kegiatan balap sepeda Tour de Central Celebes 2018. Bertujuan mempromosikan potensi pariwisata dan kebudayaan Sulteng, kegiatan ini diharapkan mampu berperan sebagai pintu masuk wisatawan mancanegara di Sulteng.
“Kami ingin mengubah citra Sulteng yang dikenal erat dengan keributan, teroris, atau pun sipil bersenjata dengan image yang lebih positif. Melalui sport tourism, Sulteng akan lebih dikenal. Kami ingin menanamkan image bahwa Sulteng tidak hanya dikenal dengan situasi berdarah, melainkan lebih dari pada itu. Kami punya banyak destinasi wisata yang menarik yg bisa dikunjungi,” tuturnya.
Meski baru memasuki tahun kedua, pemerintah Sulteng nampaknya bisa berbangga. Pasalnya, Tour de Central Celebes telah memperoleh pengakuan dari Induk organisasi sepeda di Indonesia yaitu Ikatan Sepeda Sport Indonesia (ISSI) yang berafiliasi dengan organisasi sepeda internasional, yaitu Union Cycliste Internationale (UCI) untuk memberikan rekomendasi dan mengagendakan kegiatan ini dalam kalender event ISSI tahun 2018.
“Untuk mendapatkan pengakuan ini tidak mudah. Kami harus membuktikan bahwa tidak ada hal-hal yang mengurangi nilai atau mengecewakan pembalap itu sendiri. Pengakuan ini mengindikasikan kami serupa dengan Tour de France atau pun Tour de Bali, hanya saja berbeda kelas. Namun setidaknya kami sudah mendapat pengakuan UCI,” ujar Longki.
Longki menambahkan, TdCC ini akan diintegrasikan dengan obyek wisata maupun event pariwisata di setiap daerah yang dilalui. “Karena tujuan kami adalah menyampaikan informasi-informasi potensi yang terkandung di Sulteng agar diketahui secara nyata oleh masyarakat dunia. Berbagai atraksi, dan kesiapan berbagai sub-sektor pariwisata telah kami siapkan guna mendukung gelaran ini,” jelasnya sambil menambahan Sulteng menargetkan event ini dapat menarik 2.000 wisman dan 30 ribu wisnus. (EP)