Muslim traveller pilih wisata halal ( foto: Mastercard CrescentRating GMTII)
JAKARTA, bisniswisata.co.id: Pertumbuhan wisata halal dunia rata-rata 27 persen per tahun, jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan sektor wisata dunia yang hanya tumbuh 6,4 persen, kata Sapta Nirwandar, Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center ( IHLC) hari ini.
“Laporan Mastercard CrescentRating Global Muslim Travel Index (GMTI) ini seharusnya di Indonesia sudah ditanggapi dan dikembangkan dengan mempromosikan paket-paket wisata halal atau di dunia dikenal dengan nama Halal Tourism,” jelasnya.
Apalagi laporan itu juga memprediksi dengan melihat pengeluaran penduduk Muslim dunia untuk berwisata akan tumbuh US$300 miliar pada 2026. Sapta menyayangkan industri pariwisata RI belum menunjukkan tandap-tanda untuk kreatif membuat paket inbound Halal Tourism ke tanah air.
Selain minimnya sosialisasi dan literasi pada masyarakat luas, Indonesia memang baru menangani Halal Tourism di Kemenparekraf sebagai bagian dari minat khusus. Hal ini berbeda dengan negara tetangga seperti Malaysia yang memiliki Islamic Tourism Center ( ITC) yang resmi diluncurkan sejak 2009.
ITC diawasi oleh Dewan Direksi yang terdiri dari pejabat Pemerintah dan profesional utama di industri pariwisata dan perhotelan serta lembaga pendidikan tinggi. Selain melengkapi fungsi Kementerian Pariwisata, Malaysia, ITC juga berfungsi sebagai badan penasehat khususnya dalam hal-hal yang berkaitan dengan pariwisata Islam.
“Sadar sepenuhnya akan potensi global pariwisata Islam, ITC terus bekerja dengan pemangku kepentingan dan pelaku industri untuk memastikan bahwa Malaysia selalu menjadi yang terdepan dalam Halal Tourism atau pariwisata halal ini,” kata Sapta.
Apa yang pernah dilakukan oleh ITC misalnya menyelenggarakan Regional Seminar on Islamic Tourism (ReSIT) terkait paket wisata halal dan jalur wisata. Selain itu juga menyelenggarakan Joint Seminar on Islamic Tourism (JoSIT) untuk membahas hal-hal mengenai keberlanjutan kedatangan wisatawan muslim di Malaysia, Indonesia dan Brunei.
Malaysia juga memiliki Halal Development Corporation (HDC) mempelopori pengembangan ekosistem dan infrastruktur halal terintegrasi dan komprehensif Malaysia untuk memposisikan diri sebagai negara paling kompetitif yang memimpin industri halal global.
HDC ini, ujarnya, sebuah lembaga Malaysia di bawah Kementerian Perdagangan dan Industri Internasional (MITI), ini adalah perusahaan pengembangan industri halal pertama yang didukung Pemerintah di dunia.
Menurut Sapta untuk menjadikan wisata halal sebagai bagian dari ekosistem industri halal dan meningkatkan perekonomian Indonesia maka pemerintah pusat apalagi dengan terbentuknya kabinet pemerintahan baru di medio akhir Oktober ini agar memproritaskan Halal Industry termasuk Halal Tourism yang kini menjadi mata uang baru dunia.
“Harus disadari bahwa dalam size saja kita negara Muslim terbesar di dunia dengan sekitar 270 -275 juta penduduk. Tentu angka ini berbeda dengan jumlah muslim di negara -negara anggota Organisasi Kerjasama Islam ( OKI) dan negara lainnya di dunia,” tegasnya.