HALAL

Sapta Nirwandar: Mari Bertransformasi  dari Konsumen Jadi Produsen Halal Industry

JAKARTA. bisniswisata.co.id: Merger perbankan syariah menjadi Bank Syariah Indonesia ( BSI)  berpeluang menjadikan Indonesia sebagai negara produsen Halal Industry , kata Sapta Nirwandar, Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center ( IHLC).

Berbicara pada webinar Peluang dan Tantangan Perbankan Syariah Pasca Merger Bank Syariah BUMN, Rabu (10/2) yang diselenggarakan oleh Majalah Warta Ekonomi,  Sapta mengatakan umat Islam Indonesia perlu menyambut baik merger 4 bank syariah itu karena Indonesia butuh modal yang kuat untuk mengejar ketertinggalan dalam hal ekonomi Islam yaitu Halal Industry.

” Bukan hanya modal, kita juga perlu gencarkan marketing dan literasi untuk mengedukasi akan besarnya penghasilan dari Halal Industry ini. Selama ini kita sudah kehilangan potensi pendapatan ( loss) yang besar karena jadi negara konsumen ( pengguna) bukan produsen,” ujarnya.

Halal Industry mencakup multi segmen dan multi sektor yang sudah menjadi global trend dimana Muslim maupun non Muslim menggunakan produk-produk dalam ekonomi Islam yang halal dan sehat.

Indonesia memang negara Muslim terbesar di dunia tetapi negara maupun pihak swastanya belum sepenuhnya paham mengapa harus menjadi negara produsen, jangan hanya menjadi konsumen saja karena peluang bisnisnya besar sekali karena itu butuh literasi yang gencar.

Global Islamic Economy Report melaporkan pasar Halal Industry global saat ini tidak hanya berfokus pada industri pengolahan pangan ( Halal Food) tapi juga mencakup produk keuangan Islam, travel, fashion, media dan rekreasi, kesehatan dan kecantikan.

Selain itu Halal Industry juga menjangkau komponen sektor jasa seperti logistik, pemasaran, percetakan, pengemasan, branding dan pembiayaan. Jika ada perusahaan yang tidak melek membidik sektor dan segmen ini maka mereka dianggap kehilangan peluang pasar, ungkap Sapta Nirwandar.

” Di bidang media dan rekreasi di saat pandemi global saat ini ketika orang banyak menghabiskan waktu di rumah, ada film serial Turki yang boom mengalahkan drama Korea ( Drakor). Ini contoh yang bagus,” tambahnya.

Sapta mengingatkan agar produk dan layanan Bank Syariah Indonrsia seperti yang diungkapkan presiden Jokowi haruslah kompetitif, memenuhi kebutuhan berbagai segmen konsumen mulai dari UMKM, Korporasi hingga ritel.

Sementara Wapres Ma’ruf Amin menekankan agar dana BSI untuk mendorong Halal Industry sehingga RI menjadi hub dunia di sektor ini, untuk perluasan usahs syariah, industri keuangan syariah dan dana sosial syariah.

” Kalau Indonesia bisa jadi negara produsen Halal Industry maka untuk memenuhi kebutuhan 230 juta umat Muslimnya saja sudah membuat UMKM kita sibuk.  Kalau bisa melayani kebutuhan satu negara Islam saja seperti Pakistan dengan 222 juta penduduk Muslimnya juga sudah luar biasa,” kata Sapta.

The Global Islamic Indicator 2020/2021 mengungkapkan pengeluaran konsumen Muslim akan capai US$ 2,02 triliun dari 1,9 milyar Muslim untuk 6 sektor halal industry  di atas.

” Malaysia serius menggarap pasar Muslim dan sudah punya 20 Halal Industrial Zone di seluruh negri. Indonesia baru punya dua industrial zone. Jadi sudah ketinggalan jauh,”

Sapta mengajak kalangan pemerintah dan swasta untuk melayani kebutuhan Muslim dunia karena disaat pandemi ini,  jaringan hotel Accor Grup menggunakan kayu putih asal Indonesia sebagai salah satu produk farmasi untuk kompresor AC.

“Kalau semua hotel di seluruh dunia minta minyak kayu putih yang mengharumkan ruangan dan menyehatkan dari Indonesia, sanggupkah.?,”

Sapta juga mengajak para pemilik hotel bintang lima plus untuk tidak ragu melayani kebutuhan 160 juta traveler Muslim di dunia yang baru 4 juta orang yang datang ke Indonesia.

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)