HOTEL NASIONAL

Perlu Budayakan Slogan Jakarta Sebagai ' Muslim Friendly Destination'

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Pemprov DKI Jakarta perlu membudayakan slogan Jakarta sebagai destinasi Muslim Friendly karena selain ibukota negara Indonesia juga sebagai negara Muslim terbesar di dunia, kata Hilda Ansariah Sabri, kemarin.

Berbicara pada Programa 4 Radio Republik Indonesia ( RRI)  bersama host Yanti Yusfid, Ketua Departemen Pariwisata Persatuan Wartawan Indonesia ( PWI) ini mengusulkan hal itu dalam materi promosi agar wisatawan dunia menjadi familiar bahwa Indonesia tujuan wisata yang ramah Muslim.

“Kata ramah Muslim atau Muslim Friendly terbukti lebih universal dan diterima ketimbang branding halal tourism. Negara-negara yang mempromosikan negaranya sebagai Muslim Friendly Country seperti Jepang, Thailand, Korea dan Taiwan sukses menjaring wisatawan Muslim dunia.

Saat ini, ujarnya, The Islamic Economy Indicator 2020/ 2021 mencatat  jumlah Muslim di dunia mencapai 1,9 miliar orang dengan pengeluaran sebesar US$ 2,02 triliun untuk produk Halal Industry termasuk di dalamnya sektor travel.

“Mengklaim Jakarta sebagai Muslim Friendly Destination pas karena ibukota negara ini punya Mesjid Istiqlal yang baru selesai direnovasi dan diresmikan Presiden Jokowi pada 7 Januari 2021 lalu,” tutur Hilda yang juga Pemimpin Redaksi portal berita wisata ini.

Renovasi tersebut merupakan yang pertama sejak 42 tahun yang lalu dan menelan biaya sebesar Rp 511 miliar dari APBN dan tampak seperti baru kembali

Kepala Negara menilai renovasi Masjid Istiqlal bukan hanya menjadi kebanggaan seluruh rakyat Indonesia dan kebanggaan bangsa Indonesia tapi juga kebanggaan umat Islam.

“Jakarta juga punya Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas  setinggi 132 meter (433 kaki), didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda, ” kata Hilda.

Monas sebagai ikon kota Jakarta sudah mendunia terutama pada aksi Muslim 212 tahun 2016 lalu. Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan seperti halnya Menara Eiffel, Paris yang per tahun dikunjungi lebih dari 10 juta orang, Pemprov DKI harus menambah dan mengganti lift yang dapat mengakomodasi turis ke ajungan atas dan meningkatkan pelayanannya.

“Sayangnya Jakarta belum memiliki hotel bintang lima plus dengan brand Halal Hotel. Padahal 90% warganya beragama Islam dan menjadi negara Muslim terbesar di dunia. Sepanjang jalur utama Jln Jendral Sudirman hingga jln Thamrin tidak ada satupun hotel halal bintang lima plus misalnya,”  tambahnya.

Sedangkan Bangkok yang warga Muslim hanya 5%, pemerintah dan pengusahanya melek Halal dan memiliki Halal Hotel Al Meroz misalnya, sebuah hotel bintang empat yang okupansinya selalu tinggi.

Mengenai Destinasi Super Prioritas ( DSP) yang menolak membahas apalagi menyiapkan konsep wisata halal, Hilda mengatakan penggunaan Muslim Friendly Destination juga bisa dipakai di Danau Toba, Likupang, Labuan Bajo karena fasilitas halal sudah tersedia.

Halal tourism itu sebenarnya pelayanan tambahan ( extended service) dan Islam adalah agama yang Rahmatan lil alamin artinya Kasih sayang Allah untuk semesta alam. 

“Jadi bukan untuk menjadikan warga di destinasi jadi beragama Islam karena Halal tourism intinya pelayanan tambahan contohnya tempat sholat dan makanan yang terjamin halal,”  tegasnya.

Pusat perbelanjaan premium seperti Kota Kasablanka, Gandaria City, Senayan City, Jakarta malah telah memiliki fasilitas Musholla yang luas dan mewah di dalam mall sehingga pengunjung bisa melaksanakan  ibadah di tengah aktivitasnya. Para pemilik mall paham betul peluang bisnis yang diperolehnya akibat memiliki fasilitas halal tourism, jelas Hilda

Untuk itulah dia berharap tingkat sadar wisata dari pimpinan hingga warga di tingkat kelurahan memahami  apa yang dimaksud dengan Muslim Friendly Destination dan berupaya meningkatkan pelayanan untuk mendapatkan lebih banyak devisa negara dari traveler Muslim.

 

Arum Suci Sekarwangi