EVENT

Peluang dan Tantangan Perbankan Syariah Pasca Merger Bank Syariah BUMN.

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Pandemi global COVID-19 sudah berlangsung nyaris satu tahun, namun perkembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia masih sangat tinggi dan besar. 

Sektor ekonomi syariah di Indonesia meliputi keuangan syariah, halal food, Travel, Pharmacy, Cosmetic, Fashion, Media & Recreation kecuali sektor travel halal masih tumbuh positif.

Khusus di perbankan syariah,  pada tanggal 2 Februari 2021, Indonesia telah mempunyai Bank Syariah Indonesia (BSI), hasil merger 3 Bank BUMN. Tentu hal ini menjadi faktor utama industri Perbankan syariah mampu terdongkrak.

Lantas bagaimana peluang dan tantangan Perbankan syariah pasca terbentuknya BSI ini? Adalah CEO & Chief Editor Majalah Warta Ekonomi Muhammad Ihsan

menyelenggarakan webinar dengan nara sumber Ketua Dewan Komisioner Otoritas jasa keuangan Indonesia (OJK) Wimboh Santoso, Taufik Hidayat, Direktur Jasa Keuangan Syariah KNEkS.

Bertajuk Peluang dan Tantangan Perbankan Syariah Pasca Merger Bank Syariah BUMN, Rabu (10/2), hadir pula sebagai nara sumber Adiwarman Karim, akademisi & praktisi ekonomi syariah, Hery Gunardi yang menjadi Dirut PT BSI dan Sapta Nirwandar, Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center     ( IHLC).

Muhammad Ihsan mengatakan prospek industri syariah cerah meskipun soal kapan berakhirnya pandemi global ini belum ada titik terang meski distribusi dan vaksinasi di Indonesia dan berbagai belahan dunia sudah mulai berjalan.

“Kita harus menjaga kewarasan dan siap-siap berbusbis setelah pabdemi berakhir apalagi indikator dari lembaga internasional menunjukkan perekonomian Indonesia dan khususnya keuangan stariah Indonesia punya prospek cerah,” kata Muh. Ihsan.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas jasa keuangan Indonesia (OJK) Wimboh Santoso menjelaskan perbankan syariah di Indonesia mempunyai peluang yang besar, pertama dilihat dari jumlah penduduknya yang 87% atau setara 230 juta adalah muslim, potensi seperti ini harus di manfaatkan dan ditangkap secara nyata.

Kedua, berdasarkan laporan The State of The Global Islamic Economy 2020, RI kini menempati posisi ke-4, meningkat dari posisi ke-5 di tahun 2019 dan tahun sebelumnya yang menempati posisi ke-10, dalam keuangan syariah.

Para nara sumber dari kiri: Wimboh Santoso, Hery Gunardy, Adiwarman Karim dan Taufik Hidayat.

Ketiga, pada tahun 2019 ekonomi Syariah Indonesia tumbuh melampaui rata rata nasional yakni sebesar 5,72% (PDB nasional saat itu yang 5,02%).

Keempat, Semakin meningkatnya industri halal Indonesia dimana pada tahun 2020, nilai perdagangan industri halal Indonesia telah mencapai US$3 Miliar dengan tren yang meningkat.

“Untuk meningkatkan capaian industri keuangan syariah di Indonesia dengan memaksimalkan potensi dimaksud, kami memandang masih terdapat beberapa tantangan yang akan dihadapi ke depan,” ujar Wimboh.

Tantangan tersebut meliputi pertama, Market share industri jasa keuangan Syariah masih relatif kecil, yaitu sebesar 9,90% dari aset industri keuangan nasional.

“Perbankan Syariah dituntut mampu menyediakan kebutuhan keuangan dalam pengembangan industri halal dan pengembangan Lembaga Keuangan Syariah,” tambah Wimboh.

Kedua, permodalan yang terbatas, dimana masih terdapat 6 (enam) Bank Syariah yang memiliki modal inti di bawah Rp2 triliun dari total 14 bank umum Syariah per Desember 2020.

Ketiga, literasi keuangan Syariah yang masih sangat rendah, yaitu sebesar 8,93%, jauh tertinggal dibandingkan indeks nasional sebesar 38,03%. Sementara Indeks Inklusi Keuangan Syariah yang sebesar 9,1% juga masih tertinggal dibandingkan indeks nasional sebesar 76,19%.

Keempat, terbatasnya sumber daya di industri keuangan syariah, antara lain kebutuhan sumber daya manusia yang handal dan memiliki kompetensi tinggi di bidang perbankan Syariah.

Competitiveness produk dan layanan keuangan Syariah yang belum setara dibandingkan keuangan konvensional. Dalam hal ini, diversifikasi produk keuangan Syariah dan business matching menjadi hal yang sangat krusial,” kata Wimboh.

Kelima, rendahnya research and development dalam mengembangkan produk dan layanan syariah lebih inovatif.

 

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)