DAERAH

Rumah Kelahiran B.J. Habibie bakal Dijadikan Museum

PAREPARE, bisniswisata.co.id: Wali Kota Parepare, H.M. Taufan Pawe berencana menjadikan rumah tempat kelahiran Presiden Ke-3 RI B.J. Habibie dit Jln. Alwi Abdul Jalil Habibie, Desa Mallusetasi, Kecamatan Ujung Pusat Kota Parepare, Sulawesi Selatan, menjadi “Museum BJ Habibie”.

“Ini adalah tempat yang kita akan jadikan museum satu satunya di dunia, karena saya pernah menyampaikan kepada beliau (B.J. Habibie) dan dia menantang saya dengan mengatakan saya tantang kamu Taufan untuk membuat museum di rumah kelahiran saya,” lontar Taufan mengenang pertemuannya dengan Habibie saat berkunjung ke Kota Parepare pada tahun 2017.

Dilanjutkan, rencana pembangunan Museum BJ Habibie, memang lokasinya tidak jauh dengan lokasi “Monumen Cinta Sejati Habibie-Ainun” di Kota Parepare. Dan rencana Museum BJ Habibi juga mendapat dukungan positif dari Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah.

Sebelumnya rumah tempat kelahiran Habibie ini telah menjadi aset Kementerian BUMN, yang dimanfaatkan Bank BNI, tetapi setelah ada pembicaraan Habibie bersama Wali Kota Parepare Taufan Pawe dengan pihak Bank BNI, rumah tersebut dialihkan sebagai aset daerah.

“Jadi, saya bersama Bapak Habibie dan pihak BNI sudah bertemu dan alhamdulillah rumah beliau itu telah menjadi aset daerah sekarang sehingga insyaallah tahun 2020 kami mulai membangun museum sehingga dikunjungi wisatawan,” lontarnya seperti dilansir Antara, Kamis (12/09/2019).

Selain museum tersebut, kata Taufan, Pemerintah Kota Parepare juga berencana membangun Taman BJ Habibie yang bertujuan untuk menjadikan tokoh Menteri Riset dan Teknologi pada era Presiden Soeharto itu sebagai edukasi dan inspirasi.

Prof Dr Ing Bacharuddin Jusuf Habibie atau dikenal B.J. Habibie lahir di Kota Parepare 25 Juni 1936 dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan Tuti Marini Puspowardojo. B.J. Habibie yang memiliki tujuh bersaudara menikahi Hasri Ainun Besari yang melahirkan dua orang putra yakni Ilham Akbar Habibie dan Tareq Kemal Habibie.

Kondisi rumah yang sudah menjadi cagar budaya itu hingga kini masih terawat baik dan kondisinya utuh. Bahkan, Struktur dan bagian dalamnya masih seperti dulu. Luas lahan rumah tersebut tercatat 942 meter persegi dengan luas bangunan 240 meter persegi dan berbahan batu.

Presiden ketiga RI Bacharuddin Jusuf Habibie (BJ Habibie) telah menghembuskan nafas terakhirnya, Rabu (11/9) petang. Habibie yang lahir di Parepare, Sulawesi Selatan pada 25 Juni 1936 itu wafat pada usia 83 karena sakit yang dideritanya.

Habibie lahir di kota Parepare saat orang tuanya berdinas di kota tersebut. Jalan yang menjadi lokasi rumah dinas itu saat ini menggunakan nama ayah dari Habibie yakni Alwi Abdul Jalil Habibie. Ayah Habibie merupakan seorang pakar pertanian. Namun saat Habibie berusia 14 tahun ayahnya wafat.

Selain rumah dinas di Jalan Alwi Abdul Jalil Habibie tersebut, keluarga besar Presiden ketiga RI itu pun memiliki kediaman pribadi di Jalan Bau Massepe permpatan Jalan Usman Isa Nomor 5, Parepare. Namun, kediaman pribadi itu kini sudah berpindah tangan dan tercatat atas nama keluarga almarhum Usman Balo. Usman Balo dikenal sebagai salah seorang pejuang kemerdekaan di Sulsel. Rumah itu telah dibeli dari keluarga BJ Habibie.

Hingga saat ini, rumah batu yang kira-kira luasnya 10 x 15 meter itu masih asli bagian dalamnya. Ada 4 kamar yang satu diantaranya kamar pembantu, dapur dan garasi semua masih asli yang dibangun dengan batu tanpa besi, berikut perabotannya.

Hanya bagian luar yang dipugar yakni lantainya yang tegel biasa sudah diganti, Pintunya dulu pintu geser, kini pintu kaca didorong. Kondisi kursinya sudah rusak, perabotan yang tersisa itu hanya dua yakni ranjang besi model dulu dan lemari kayu.

Semasa hidupnya, BJ Habibie menghabiskan hidupnya di Sulawesi Selatan, Bandung, Jerman, dan Jakarta. Ayah Habibie berasal dari Gorontalo, sementara ibunya dari Jakarta. Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara. Marga ‘Habibie’ ialah salah satu marga asli dalam struktur sosial Pohala’a (Kerajaan dan Kekeluargaan) di Gorontalo.

Dari Parepare kehidupan Habibie berlanjut ke Bandung. Di Kota Kembang ia menuntut ilmu di SMP dan SMA Kristen Dago. Dalam masa ini ia berkawan dengan Hasri Ainun, yang setelah lulus kuliah dipersuntingnya menjadi istri.

Lulus SMA, Habibie melanjutkan kuliah di Fakultas Teknik Institut Teknologi Bandung. Seakan haus ilmu, Habibie yang telah lulus melanjutkan studi teknik penerbangan spesialisasi konstruksi pesawat terbang RWTH Aachen, Jerman Barat. Selepas kuliah dan sejak mendapat pekerjaan di perusahaan kereta api sekitar tahun 1962, Habibie, Ainun, dan anaknya hidup di Jerman.

Pada 1974 ia dipanggil Presiden RI Soeharto untuk pulang ke Indonesia “mengurusi negara”. Semenjak saat itu Habibie aktif dalam pemerintahan hingga menjadi presiden menggantikan Soeharto pada 1998, dan lengser setelah laporan pertanggungjawabannya tak diterima MPR pada 1999. (ndy)

Endy Poerwanto