DAERAH

Punti Kayu, Objek Wisata Alam Diabaikan Saat Event Global

PALEMBANG, bisniswisata.co.id: Bunyi klakson kendaraan terus bersahutan menjadi irama hiburan sehari-hari warga Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Padatnya kendaraan terus menyumbang polusi udara, semakin mengurangi asupan oksigen segar tanpa polusi.

Wajah Kota Palembang kini semakin disesakkan pembangunan gedung bertingkat, pusat perbelanjaan modern, hingga transportasi canggih. Untuk pariwisatanya, Pemerintah Daerah (Pemda) setempat lebih tertarik dengan wisata yang berbau heritage, religi, dan sport tourism.

Masifnya pembangunan infrastruktur ini semakin memudarkan pamor Punti Kayu, yang dulunya menjadi primadona pusat wisata di Palembang. Meskipun berada di tengah Kota Palembang, kawasan hutan pinus ini tak jua membuat para warga Palembang tertarik untuk menikmati indahnya panorama alami.

Even internasional sekelas Asian Games yang digelar bulan Agustus 2018 kemarin pun, tak berdampak banyak bagi kawasan penghasil oksigen segar yang berada di Jalan Kolonel H Burlian Kilometer 6,5 Palembang ini.

Menurut Raden Azka, Manager Punti Kayu Palembang, berbagai acara besar di Palembang, baik tingkat nasional maupun internasional tidak terlalu mendongkrak jumlah pengunjung Punti Kayu.

“Jumlah pengunjung masih statis, meskipun Asian Games 2018 kemarin digelar di Palembang. Hanya ada beberapa orang yang turut serta kegiatan itu, yang datang kemari. Itu juga tidak terlalu banyak,” ucap Raden Azka seperti dilansir Liputan6.com, Senin (19/11/2018).

Setiap hari Senin hingga Jumat, jumlah pengunjung hutan seluas 12 Hektar ini bisa mencapai 100-an orang. Namun tak jarang jumlah pengunjungnya hanya puluhan. Namun di akhir pekan, jumlahnya cukup meningkat drastis, terlebih saat hari libur di tanggal merah.

Padahal Ruang Terbuka Hijau (RTH) ini menyajikan suasana yang tenang dan indahnya alam. Ratusan pohon pinus menjulang tinggi dengan warna dedaunan hijau, membuat kawasan konservasi ini menjadi pilihan tepat untuk merasakan segarnya udara.

Di antara pepohonan, pengunjung bisa melihat kelincahan para monyet ekor panjang berkeliaran. Tingkah lucu satwa liar ini pun cukup menjadi hiburan santai. “Dulu ada banyak satwa langka di sini. Namun adanya undang-undang perlindungan hewan, jadi kita hanya memelihara hewan yang tidak dilindungi, seperti kelinci, kuda, iguana, kura-kura dan satwa lainnya,” katanya.

Selain menikmati sepoian angin di antara rimbunnya Pohon Pinus, pengunjung juga bisa mendatangi berbagai wahana lainnya di wisata di Palembang ini. Seperti Wahana Bird Park, Indian Village, Danau Perahu Bebek dan Flying Fox.

Untuk masuk ke wisata alam ini pun sangat terjangkau. Cukup membayar Rp 5.000 untuk anak-anak, Rp 10.000 untuk orang dewasa dan Rp 12.500 di hari Sabtu dan Minggu. Harga tiket masuk wahana juga sangat murah, yaitu Rp 10.000 hingga Rp 25.000 per orang.

Kawasan konservasi yang masih terjaga ini bisa dikelilingi menggunakan kendaraan pribadi. Tiket masuk untuk kendaraan roda dua hanya dikenakan Rp 5.000 dan Rp 10.000 untuk kendaraan roda empat. “Salah satu tempat favorit jembatan gantung dan landmark negara. Lokasi ini juga sering dipakai untuk sesi foto prawedding dan swafoto,” ungkapnya.

Warga asal Kota Solo, Ayi Nanda, sangat menikmati liburannya di Kota Palembang dengan mengunjungi hutan Punti Kayu. Pria berusia 32 tahun ini pun bisa membawa keluarganya piknik ceria di tengah alam.

“Awalnya tidak menyangka, ada lokasi wisata alam di tengah kota yang tidak terkontaminasi dengan polusi udara. Hutan ini menjadi referensi bagus bagi pelancong Palembang, untuk mendapatkan suasana yang baru,” ucapnya. (EP)

Endy Poerwanto