LAPORAN PERJALANAN

Petualangan Warga Senior Trekking dan Snorkling di P. Komodo  

 

LABUAN BAJO, bisniswisata.co.id: Perjalanan wisata bersama teman-teman komunitas IBMer, mantan-mantan teman sekantor di IBM yang rata-rata dudah menjadi warga senior selalu menjadi kenangan manis meski sudah dilakukan beberapa tahun lalu. 

Kini di tengah pandemi global dan pembangunan 3 A (Akses, Atraksi dan Amenitas) yang gencar, kerinduan berkunjung ke pulau Komodo semakin kuat apalagi sudah dicanangkan Presiden Jokowi sebagai destinasi prioritas pastinya banyak perubahan di Labuan Bajo, kota wisata yang menjadi titik awal petualangan ke Pulau Komodo

Titik berangkat untuk trekking di Pulau Rinca terlebih dahulu memang dari Labuan bajo. Setelah semalam istirahat di hotel di Labuhan Bajo. Pagi-pagi  jam 09:00 rombongan dibawa ke pelabuhan Labuhan Bajo. 

Labuan Bajo adalah ibu kota kabupaten Manggarai Barat dan terletak di ujung paling barat Pulau Flores, dimana penghuninya kebanyakan mencari nafkah di atas air ( kota nelayan ). Hal ini tercermin dari teluk yang sibuk yang penuh dengan berbagai ukuran kano, kapal layar, dan perahu bermotor.

Kami naik kapal Pinisi yang diubah menjadi mini hotel, dengan 6 kamar. Ditengah ada tempat kumpul, tempat makan dan tempat bercengkerama, paling atas di bagian atap disulap menjadi tempat mencari angin diwaktu malam. Kemudi kapal ada di bagian paling atas.

Jam 11 kami tiba dipulau Rinca. Ada 4 ranger yang akan mengawal 16 orang rombongan eks IBM untuk trekking. Kalau menjumpai komodo dialam bebas, kami dilarang bicara keras,  dilarang bercanda bahkan gerakan harus sesedikit mungkin. Kalau bisa jangan jauh jauh dari ranger yang ditugaskan mengawal kami.

Pulau Rinca, mempunyai 2,300 komodo. Kami melakukan trekking, berjalan menyusuri hutan kering alias pohonnya menanggas, untuk melihat komodo dan berbagai macam binatang liar seperti rusa, babi hutan, monyet, banteng dan aneka ragam burung. Baru melangkah 1 km sudah menemukan beberapa komodo yang berada dibawah rumah yang dihuni ranger.

Kani terus berjalan dan mulai menaiki bukit gersang panas karena matahari dan be.temu seekor kerbau yang sedang berkubang di air, tengan luka bekas gigitan komodo di kaki belakang dan punggungnya. Kerbau ini akan mati dalam waktu kurang dari seminggu karena bisa komodo. Pesta menyantap kerbau oleh beberapa komodo akan dimulai kalau kerbau sudah mati.

Kami naik ke bukit dan melihat seekor komodo sedang dibawah pohon. Ngeri juga melihatnya. Adrenalin kami naik tapi terus berjalan kepuncak bukit untuk melihat pemandangan laut dan pantainya yang indah dari atas. 

Berpose di pintu gerbang Taman Nasional Pulau Komodo dan berfoto ria bersama binatang langka ini. ( Foto: Gufron)

Cuaca panasnya bukan main dan keringat menetes sampai kaos kami basah kuyup. Setelah selesai memotret, kami turun kebawah lewat jalan lain. Sampai dibawah ditempat kantor ranger barulah bisa istirahhat dan terus kedermaga dan naik ke Pinisi. 

Makan siang dinikmati di atas kapal dan rasanya nikmat sekali makan siangnya karena habis trekking pula. Menunya seperti hotel ada capjai, ayam goreng, tahu goreng dicampur sayur dan ada nanas dan ditambah menu bawaan dari Jakarta. 

Snorkling

Acara selanjutnya adalah snorkeling di dua pantai yang pasirnya bersih dan airnya jernih. Salah satunya yang unik adalah di Pink Beach. Pantainya benar-benar berwarna pink atau merah jambu. Apa yang sebenarnya terjadi?

Pink Beach atau Pantai Merah Muda adalah salah satu pantai yang ada di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur. Pantai ini disebut Pink Beach dikarenakan pasir pantainya yang berwarna pink, kesannya romantis. 

Warna pink dari pantainya merupakan campuran dari warna pantai pasir putih yang bercampur dengan serpihan karang, cangkang kerang, serta kalsium karbonat dari invertebrata laut yang berukuran sangat kecil, dan juga Foraminifera, Amuba Mikroskopis yang memiliki cangkang tubuh berwarna merah. Pantai seperti ini hanya ada 7 di dunia. Jadi kita harus bangga mempunyai salah satu pantai yang berwarna pink ini.

Di Pink Beach ini terdapat begitu banyak biota lautnya meliputi 1000 spesies ikan, 260 spesies terumbu karang, dan 70 spesies spong. Dengan adanya biota laut yang begitu banyak, kami menikmati sebagai tempat snorkeling

Arus di pantai ini cukup kuat dan hal itu dikarenakan adanya pertemuan air laut tropis dari utara dan air laut dari selatan. Ada satu teman putri terseret arus keras, tapi dibantu oleh pemandu kami yang jago berenang. Alhamdullilah semua teratasi dengan baik. Maklum rombongan kaum hawa ini sudah tidak ada yang muda lagi dengan usia antara 60-69 tahun.

Kami tidur di kapal cruise pinisi 6 kamar ini, wah ributnya suara mesin. Ditambah bau solar benar-benar mengganggu kenyamanan tidur. Ada beberapa teman yang memilih mengungsi tidur di dek kapal. Jam 4 subuh saya sudah bangun untuk sholat. 

snorkling
Penulis siap-siap snorkling dan menikmati Keindahan pink beach serta serunya petualangan menginap di atas kapal kayu ( Foto: Gufron)

Kapal berhenti sepanjang malam selama kami tidur, berlainan dengan kapal cruise yang malah terus berlayar ketika kami beristirahat. Jadi kapal Indonesia solider dengan manusianya, sama-sama istirahat di malam hari.

Sejuta kalong 

Ada satu fenomena alam yang menarik hati yaitu terbangnya sejuta kalong keluar dari sarangnya di senja hari setelah matahari terbenam. Ratusan kalong terus keluar seperti semburan air selama 20 an menit tak berhenti sedetikpun, kapal kemudian berjalan lagi mendekati Pulau Komodo.

Setelah selesai sarapan pagi, jadwal kami mulai trekking dan seperti anak sekolahan, jam 7 teng anggota IBMer  ini sudah siap. Teman-teman saya ini memang tepat waktu dan mudah diatur. Kapal pinisi ini tak kalah dengan kapal cruise pelayanannya, yakni mereka juga punya tender, sekoci untuk mengangkut penumpang dari kapal ke pantai pp.

Trekking di Pulau Komodo ini hasilnya lumayan daripada di Pulau Rinca kemarin sebab kami berjumpa dengan dua ekor komodo yang sedang melakukan penyamaran, pura-pura jadi batang pohon mati, tak bergerak, namun siap mengintai mangsanya kalau-kalau ada yang mendekat.

Akan halnya bau manusia, apalagi kakek nenek uzur yang alot seperti rombongan kami ini mungkin sensor  mereka mendeteksi “bukan  makanan” ! Trekking hari ini mengambil route yang medium, tidak terlalu berat dan tidak terlalu sulit medannya.

Setelah itu siap-siap untuk snorkeling site yang memang top markotop, selain mudah aksesnya, artinya beberapa meter saja dari pantai, taman lautnya juga aduhai. Namun arusnya memang deras dan terasa sekali ketika hari semakin siang. Ongkos trip ke Kepulauan Komodo terbayar lunas disuguhi pemandangan indah di sini.

Kami berenang di atas air laut di pantai itu dan melihat ke bawah seperti sedang ada di akuarium raksasa. Puluhan jenis ikan berwarna-warni yang indah serta terumbu karang yang hidup menerpa mata dari spot yang satu ke yang lain.

Setelah sekitar dua jam snorkeling, kami kembali ke kapal untuk makan siang bersama. Di pinisi ini, beragam  lauk dimasak  ABK. Menu makan siangnya, chicken snitzel alias ayam goreng tepung, sayur gocai yakni sekitar 5 macam sayuran dicah, tahu tempe masak tomat, ikan teri asin pakai cabe, yang terakhir bukan disiapkan chef kapal tapi dibawa salah satu dari kami.

Setelah makan, snorkeling kembali untuk kedua kali dihari yang sama tapi kali ini di dekat Pulau Sebayur. dan snorkeling di Kanawa Resort. Akomodasinya sederhana dibandingkan dengan yang di Raja Ampat.

Menurut Ondo, pendamping kami, pemilik resort adalah orang Itali. Jelas tamunya yang terlihat disana-sini bule semuanya. Kata Ondo lagi, ongkos nginap di resort juga sangat terjangkau. Snorkeling di pantai resort ini so-so untuk ukuran Kepulauan Komodo.

Malam hari tepat jam 19.00, acara makan malam ( dinner) dimulai dengan aneka hasil laut,  nasi dengan lauk pauk ikan bakar, terong cah tomat dan bawang, bakmi goreng dan sayur urap. Tiada appetizer dan dessert, chef kapal Padaelo sudah kecapean. 

Sebagai gantinya, kami isi dengan cerita nostalgia semasa kerja termasuk kisah-kisah teman -teman exIBM yang tidak ikutan trip serta para mantan bos-bos kami yang lucu-lucu. Rasanya memang ingin menikmati malam terakhir dengan begadang sambil memandang langit penuh bintang.

Maklum esok pagi kapal merapat lagi ke pelabuhan dan kamipun meninggalkan Labuan Bajo untuk kembali ke Jakarta, melewati rutinitas serta kesibukan kota metropolitan dan berdendang lagu Kors Plus : Ke Jakarta aku kan kembaliiii……

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)