Wisata alam jadi keunggulan desa wisata di tanah air. ( Foto: DESMA)
Direktorat Pengembangan Destinasi Pariwisata Regional I Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Parekraf mengundang bisniswisata. co.id untuk menghadiri Rapat Kordinasi Desa Wisata Super Prioritas Borobudur di Hotel The Phoenix Hotel Yogyakarta – MGallery Collection. Berikut tulisan ke sebelas ( terakhir)
YOGYAKARTA, bisniswisata.co.id: Desa wisata berkontribusi dalam mempromosikan ‘kekuatan’ dari Indonesia, kata Wiwiek Mahdayani, Founder & Direcfor DESMA, perusahan konsultan yang fokus pada sustainable tourism & consevation.
Tak berlebihan memang karena negara ini terdiri dari 17.504 pulau di 34 provinsi, 1340 suku bangsa, luas wilayah sepanjang 1,91 juta km persegi dan data BPS 2017 penduduknya mencapai 265 juta orang yang menjadi ‘kekuatan’ dan keunikan dibandingkan bangsa-bangsa lain di dunia.
Oleh karena itu ketika Sekjen Badan Pariwisata Dunia ( UNWTO), Zurab Pololikashvili mengatakan bahwa tema sentral Hari Pariwisata Dunia yang jatuh tiap 27 September dirayakan dengan tema Tourism & Rural Development maka peluang RI mengembangkan desa wisata semakin besar.
Tema Pariwisata dan Pembangunan Pedesaan memang tepat karena ditengah pandemi global, tren warga dunia adalah berwisata di pedesaan, alam terbuka dan kawasan konservasi lainnya. Di Indonesia Rural & Tourism Village bahkan menyumbang 45% bagi devisa pariwisata.
“Ribuan desa dengan potensi wisata di Indonesia punya prospek cerah ke depan untuk menggerakkan perekonomian rakyat. Pariwisata telah terbukti menjadi penyambung hidup bagi banyak komunitas pedesaan,” kata Wiwik Mahdayani.
Namun, kekuatan sebenarnya masih harus dikerahkan sepenuhnya. Untuk itu dia mengajak pengelola desa wisata terutama yang menawarkan program Live In terus menggali keunikan potensi alam, seni dan budayanya.
Dengan demikian dari ribuan desa dengan potensi wisata di Indonesia bisa menperpanjang lama tinggal wisatawan baik domestik maupun dari mancanegara.
” Jika desa wisata yang ada memiliki keunggulan masing-masing, bukan paket yang itu-itu saja dan seragam maka desa akan menjadi sumber kekuatan ekonomi masyarakat,” kata Wiwiek optimistis.
Kekuatan sebenarnya yang masih harus dikerahkan sepenuhnya, ungkap Wiwik, misalnya dalam hal kebijakan dan program karena pemerintah daerah harus mendukung pengembangan desa wisata.
“Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2019 Tentang Pemberdayaan Desa Wisata di Provinsi Jawa Tengah maksudnya adalah sebagai acuan dalam penetapan, pengelolaan, pembinaan dan pengawasan desa wisata. DSP Borobudur adalah salah satu desa wisata andalannya”
Banyak hal lainnya yang menjadi tantangan dalam pengembangan desa wisata seperti sumber daya sebagai atraksi wisata, stakesholder kunci sebagai pengelola, kelembagaan, produk dan jasa yang berkualitas.
Belum lagi tantangan untuk akses ke pasar-pasar utama, kemitraan dengan stakesholder terkait, dukungan pemerintah tingkat Desa, Dinas Pariwisata Kabupaten, Provinsi hingga ke Pemerintah Pusat.
” Pengembangan desa wisata juga membutuhkan sinergi Pentahelix antara pemerintah sebagai pengatur, akademisi sebagai konseptor, bisnis/ swasta sebagai investor, media sebagai katalisator dan masyarakat ( komunitas) sebagai akselerator,” ungkap Wiwik Mahdayani.
” DSP Borobudur saat ini ibarat ‘gula’nya, magnet untuk wisatawan berkunjung. Program roadmap dan penguatan dari Direktorat Pengembangan Destinasi Pariwisata Regional I Kemenparekraf untuk 12 desa disekitarnya akan membuat ” gula-gula” atau daya tarik wisata baru ,” kata Wiwik.
Oleh karena itu, perlu tata kelola desa wisata untuk memfasilitasi kegiatan pariwisata dengan lebih baik , pemerintahan yang baik (good governance) di tingkat desa dan sinergitas Pentahelix akan memperkuat SDM desa wisata untuk kembangkan dan kelola desa wisatanya secara lebih professional.
” Ingat, alasan mengapa pengunjung akan datang kesuatu desa wisata, karena biasanya yang dicari adalah keunikan. Ciri khas ini dapat dijadikan senjata untuk keluar dari persaingan harga, yang dapat berdampak buruk bagi kelangsungan desa wisata,”
Sudah saatnya juga pengelola dewasa menciptakan platform maupun berkerja sama dengan platform digital yang sudah ada seperti booking.com, agoda, tokopedia, traveloka, gojek, grab, bukalapak untuk optimalkan penjualan produk maupun jasa desa wisata.
Memaksimalkan penggunaan aplikasi terpadu untuk layanan dan produk di desa , baik pertanian, peternakan dan industri lainnya, penggunaan energi ramah lingkungan dan memiliki marketplace atau platform jual beli produk UMKM juga sudah menjadi tuntutan jaman.
Jika dikembangkan dengan baik maka hasilnya juga akan luar biasa sampai-sampai Presiden Jokowi mengunggah desa wisata ke akun Instagram yairu kolam wisata Umbul Ponggok, Desa Ponggok di Klaten, Jawa Tengah dimana pengunjung berfoto di bawah air dengan motor maupun aksesoris lainnya.
” Penghasilan desa wisata Ponggok itu mencapai Rp 10,3 miliar/ tahun,” jelas Wiwik. Masih banyak best practise lainnya dari desa wisata di Indonesia, seperti Desa Bilebante 10 km dari Kota Mataram, Lombok, NTB.
Jarak tempuh ±25 menit dari Kota Mataram dan 40 menit dari Bandara di Praya dengan jumlah penduduk 4174 jiwa tahun 2019, luas lahan 226 hektare lahan pertanian dan 87 hektare kebun milik masyarakat di desa.
Diresmikan Wakil Bupati Lombok Tengah sebagai desa wisata pada 1 September 2016. Penggabugan Pokdarwis, BUM Desa, Koperasi wanita ini berhasil menjadi daya tarik wisata andalan dikelola pengurus aktif Pokdarwis sekitar 15 orang dan 30 anggota.
Tahun 2019 mengembangkan kebun herbal dan wellness center (Pusat Teraphist Kebugaran) kerjasama dengan Martha Tilaar dan Kampoeng Djamoe
” Di Indonesia data Kemendes ada 1902 desa wisata yang potensial dan 7505 diantaranya sudah punya restoran di desa itu untuk kebutuhan wisatawan. Data Kemenpar tercatat 4,2 juta wisatawan mancanegara yang berkunjung ke desa-desa wisata dari total kunjungan 16 juta wisman/ tahun,”
Pandemi COVID-19 telah membuat dunia terhenti. Sektor pariwisata terpuruk dan paling terpukul hingga jutaan pekerja berisiko kehilangan pekerjaan. Namun desa wisata pula yang diyakini menjadi media pemulihan untuk membantu masyarakat pedesaan menggerakkan perekonomian setempat maupun nasional.
Desa wisata akan mempertahankan warisan alam dan budaya mereka yang unik, mendukung proyek konservasi, termasuk melindungi spesies yang terancam punah, tradisi maupun ritual yang hilang, tegas Wiwik.